Kehadiran kedua tokoh oikumene ini (van Doorn dan Dr.Kraemer) Â membawa arti yang sangat penting dalam gerakan oikumene di Indonesia. Puncaknya, pada tanggal 18-19 Februari 1926 diadakan Musyawarah Pimpinan-Pimpinan Pemuda Kristen pertama di Bandung, diketuai oleh Ir.C.L.van Doorn.Â
Muktamar ini dihadiri oleh para pimpinan pemuda kristen dari seluruh penjuru Indonesia, serta mendatangkan ketua WSCF yang juga seorang pejuang oikumene yang gigih, Dr.John R.Mott dan Dr.H.C.Rutgers.  Dalam muktamar ini Dr. Hendrik Kraemer membawakan materi  berjudul "De plaats de Christelijke Jougd in de Nationalistiche Beweging" (Tempat Pemuda Kristen dalam pergerakan Kebangsaan).Â
Hasil lain dari muktamar ini adalah  terbentuknya Persekutuan Mahasiswa Kristen Indonesia (PMKI), organisasi muda kristen pertama yang menyatukan generasi muda kristen dari berbagai daerah. Patut diperhatikan bahwa gerakan oikumenisme pada akhirnya menyatu dengan gerakan nasionalisme, yang bahkan didorong oleh tokoh-tokoh perintis berkebangsaan Belanda.
Spirit nasionalisme yang ditanamkan oleh para zending lewat perkumpulan oekumene, seperti digambarkan di atas membawa pemuda Jo Leimena ke "panggung nasional." Â Sama halnya dengan gerakan kekristenan yang bermetamorfosis menjadi PMKI, demikian pula organisasi-organisasi pemuda berbasis etnis berkembang melampaui batas etnisitasnya membentuk "forum" yang lebih luas (intra dan inter etnis). Bunga-bunga nasionalisme terlihat mulai bermekaran.
Gerakan kebangsaan (nasionalisme)  mendapatkan wujud  yang lebih nyata ketika 30 April- 2 Mei 1926 di Jakarta (Batavia) diadakan Kongres Pemuda I. Kongres ini  dihadiri oleh  wakil-wakil pemuda antara lain dari Jong Java, JSB, Jong Ambon, Studerende Minahassers, Jong Bataks.  Dalam Kongres ini, Pinontoan (utusan Minahasa) berpidato  tentang "Kewajiban Agama dalam Pergerakan Kebangsaan." Dalam pidato itu antara lain mengusulkan perlunya semua organisasi pemuda difusikan dalam sebuah badan sentral.
Sejak Kongres Pemuda I inilah serangkaian pertemuan dilakukan untuk mewujudkan "Indonesia Bersatu" melalui Kongres Pemuda II tahun 1928.  Di antara Panitia Kongres II yang diketuai oleh Soegondo Djojopuspito (PPPI), dan Moh.Yamin (JSB),  terdapat  Senduk dari Jong Celebes, dan J.Leimena (Jong Ambon). Utusan-utusan lainnya yang hadir dalam kongres pemuda 28 Oktober 1928 adalah A.I.Z.Mononutu dari Persatuan Minahasa, Nona Tumbel, J.O.Tumbuan, Pengemanan, dan Wage Rudolf Supratman.  Dalam Kongres Pemuda II inilah dihasilkan apa yang terkenal hingga sekarang dengan nama Sumpah Pemuda.
Leimena Ketua CSV op Java
Gerakan oikumene telah dimulai sejak awal 1920-an, dan diteruskan setelah Kongres Pemuda. Sejumlah pertemuan pemuda Kristen dilakukan, mulai dari komperensi Bandung (1926), Solo (1926), Padalarang (1927), Bandung (1928), Merbabu (1929), di Jakarta (1930 dan 1931) hingga yang berpuncak pada 28 Desember 1932 ketika terbentuk CSV op Java.CSV op Java ini merupakan hasil peleburan dari sejumlah  CSV, antara lain Batavia, Surabaya, dan Yogyakarta. Â
Om Jo yang juga menjadi salah satu pembicara di forum itu terpilih menjadi Ketua pertama, Â sedangkan sebagai sekretaris terpilih Sucipto. Prestasi puncak yang dicapai oleh organisasi ini adalah ketika diberi kepercayaan menyelenggarakan konperensi mahasiswa Kristen se-Asia di Citeureup Jawa Barat pada bulan September 1933. Dalam komperensi ini juga didiskusikan tema-tema seperti "Kekristenan dan Nasionalisme," serta gerakan-gerakan non-violence.
Melalui forum CSV op Java ini metode-metode Pemahaman Alkitab (PA) berkembang, disertai dengan pembahasan-pembahasan politik terutama yang terkait dengan pergerakan nasional.  Mereka bergerak dengan sistem sel, yang menganut paham bahwa setiap anggota berfungsi sebagai sel dimanapun dia berada ia  dapat berkembangbiak menghasilkan sel-sel baru.Â
Seperti telah dikemukakan sebelumnya melalui forum-forum inilah Leimena bertemu dengan tokoh-tokoh seperti Moh.Yamin, Amir Syarifudin, dan Yap Thiam Hien, dan kemungkinan S.T.Gungung Mulia, Pdt.Ds.Probowinoto, Abednego, dsb-nya.  Aktivitas organisasi ini menjadi terganggu, bahkan kemudian dibubarkan selama masa pendudukan Jepang, yang melarang semua organisasi yang "berbau Belanda." Tetapi itu tidak mematikan partisipasi pemuda Kristen dalam perjuangan.  Leimenadan Amir Syarifudin bahkan termasuk pernah dipenjarakan oleh Jepang karena gerakan-gerakan perjuangan mereka.Â