Mohon tunggu...
Semuel Leunufna
Semuel Leunufna Mohon Tunggu... Dosen - You Will Never Win if You Never Begin

Dosen Universitas Pattimura Ambon

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Beberapa Catatan Pribadi dari Seminar Nasional Perhimpunan Ilmu Pemuliaan Indonesia (PERIPI)

6 April 2022   18:11 Diperbarui: 6 April 2022   18:25 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ada kondisi terpaut erat, meskipun memiliki peluang sangat kecil, mungkin dapat dipisahkan (kedua sifat yang terpaut) melalui persilangan dan segregasi dimana ada kemungkinan terjadinya pindah silang (crossing over) yang mematahkan pautan yang terjadi, memisahkan kedua sifat dan menyatukan sifat protein tinggi dan minyak tinggi serta protein rendah dan minyak rendah. Pada kondisi pleitropi tidak dapat diupayakan pemisahannya melalui program persilangan. Mungkin melalui study biokimia, kondisi pleitropi dapat dipahami.

Seingat penulis, kedele yang dikembangkan di negara maju sebagaimana disebutkan, diarahkan untuk di peras (crash) bagi kandungan minyaknya, dan sisanya dengan kandungan protein rendah di jadikan makanan ternak, tentu dengan menambah asupan protein dari sumber lain.  Kedele yang dikembangkan untuk kandungan minyaknya atau kedele dari manca negara (sebagaimana sekitar 30 galur pemuliaan dan varietas yang dibawa kembali oleh penulis) memiliki ukuran biji yang besar.  Kedele di Indonesia, dilain pihak, sesuai data yang ditampilkan, telah dikembangkan untuk kebutuhan pembuatan tempe, tahu atau kebutuhan kandungan protein yang tinggi, memiliki ukuran biji kecil hingga sedang. 

 Ukuran biji, selain jumlah biji, merupakan parameter produksi yang sangat dekat dengan produksi dan dengan demikian kedele Indonesia yang dikembangkan untuk keperluan kandungan protein yang tinggi, yang berbiji kecil akan memberikan penampilan produksi rendah.  Pendekatan pemuliaan tanaman untuk meningkatkan produksi kedele di Indonesia mungkin lebih logis melalui peningkatan jumlah biji per tanaman.

Akan halnya masalah rasa atau bau yang pada kedele Indonesia meskipun dirasakan, tidak telalu mencolok (sebagaimana juga di sampaikan pemulia kedele lain dalam diskusi), pada pengamatan penulis agak mencolok pada minyak kedele yang di konsumsi di manca negara, saat itu sekitar awal tahun 1990-an.

Penjelasan untuk ini terdapat pada kandungan asam lemak tidak jenuh (unsaturated fatty acid) atau asam lemak berantai ganda yang terkandung dalam minyak kedele seperti asam linoleat (linoleate fatty acid) dan aslam linolenat (linolenate fatty acid). Bila minyak dipanaskan hingga mencapai suhu tertentu maka rantai ganda asam lemak akan terputus dan menimbulkan reaksi berantai yang pada akhirnya memunculkan rasa dan bau yang tidak menyenangkan (mungkin melalui program pemuliaan, kandungan asam lemak dimaksud telah diturunkan).

Implikasi dari presentasi, diskusi dan penjelasan diatas adalah bahwa dalam mengembangkan varietas unggul kedele bagi kebutuhan dalam negri yang mengutamakan kandungan protein yang tinggi bagi kebutuhan tempe dan tahu, pemanfaatan plasma nutfah (sumberdaya genetik) dari manca negara (sebagaimana kedele yang dikembangkan di USA dan Canada) akan kurang menguntungkan karena kandungan protein yang rendah dan kualitas (rasa dan bau) yang kurang baik.

Prof. Dr. Sobir dari IPB Bogor, sebagai pembicara utama membawakan materi "Strategi Pemuliaan Tanaman Hortikultura Berkelanjutan dalam Mewujudkan Keunggulan Kompetitif di Tingkat Nasional dan Internasional". Dalam presentasi Prof. Sobir disinggung prosedur pemeriksaan varietas baru sebelum dimasukkan dalam daftar varietas yang direkomendasikan. 

Sebagai seorang yang tidak banyak berkecimpung dalam pemuliaan praktis di Indonesia, penulis menanyakan apakah konsep yang dibicarakan merupakan suatu usulan ataukah suatu prsedur yang telah dijalankan.  Pertanyaan penulis berkaitan dengan publikasi daftar varietas baru yang jarang diterbitkan, serta upaya menyediakan infra struktur bagi efektifitas pelaksanaan pemuliaan.

Pengalaman di Negara maju khususnya untuk tanaman pangan, pemeriksaan ini dilakukan oleh seed grower association (perhimpunan penangkar benih) sebuah badan yang beranggotakan pemulia, akademisi, petani, serta pemulia swasta,  yang pada stadia tertentu berkeliling mengunjungi lokasi-lokasi pengujian dan memeriksa beberapa karakter tertentu, memeriksa/menganalisis data produksi kemudian memutuskan apakah varietas tertentu pantas direkomendasikan. 

Daftar varietas yang direkomendasikan untuk wilayah tertentu, kemudian dipublikasikan bagi semua pemangku kepentingan. Dalam publikasi disertakan juga data produksi selama tiga tahun pengujian, yang minimal melampaui varietas pembanding dalam tahun/musim tertentu, tidak harus melampaui secara statistika.  Badan ini mungkin juga mengelola lisensi perbanyakan benih setelah direkomendasikan.

Beberapa badan lain yang, menurut penulis menjadi bagian dari infra struktur pemuliaan termasuk lembaga Perlindungan Varietas Tanaman (PVT), perangkat lebaga peradilan yang memungkinkan adanya penyelesaian perkara yang berkaitan dengan hak-hak pemulia, hak-hak masyarakat tradisional dll, lembaga konservasi sumberdaya genetik, lembaga-lembaga negri dan swasta yang dapat diberi lisensi memperbanyak benih, selain program pemuliaan di berbagai lembaga dengan spesifikasi tanaman tertentu yang ditangani pemulia tertentu dengan stasiun-stasiun pengujian/penelitian dan kerjasama pengujian di berbagai lokasi dengan petani/kelompok tani, lembaga pemerintah maupun perusahaan swasta.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun