Hari ke 8, 9, 10.
Aku mulai putus asa, tapi Tomas tetap tegar dengan doa rosario nya. Dia terus menerus berdoa.
Hingga saatnya tiba ...
Hari ke 11.
Kami berdua tengah berada di pinggi pantai. Tampak ada kapal pencari ikan yang menuju kepulau. Setelah melihat perahu nelayan itu, kami merasa hidup kembali, timbul semangat yang besar dari kami. Setelah kapal itu mendarat, kami langsung menyalami nelayan tersebut. Kujabat tangannya yang dingin dan memperkenalkan diri.
"Saya Manula Sepuh, bapak siapa dan dari mana?" tanyaku.
Beliau menjawab "Saya M . . . . "(Saya tidak akan menyebutkan nama beliau) sambil tersenyum. "Saya dari Pamengpeuk, tapi saya tidak bisa mengantar kesana. Saya akan titipkan di kapal yang menuju Australia. Selanjutnya bisa pulang ke Jakarta." Terangnya kemudian.
Kegembiraanku tiada tertahan, namun aku agak heran, mengapa pak M ini tahu kalau aku dari Jakarta?
"Kok Pak M bisa tahu, kita tinggal di Jakarta ya?" bisikku pada Tomas.
Hari ke 12
        Ada perasaan aneh terkait keberadaan Pak M ini, dia sendirian membawa kapal di samudera luas ini, "kenapa tidak ada teman yang menyertainya? Apakah dia penduduk salah satu pulau dekat sini?." Banyak tanya dan keheranan akan Pak M, namun aku hanya memendam dalam hati saja. Aku dan Tomas menaiki kapalnya tanpa tanya-tanya lagi, dan menunggu kapal lewat seperti yang dikatakan Pak M.