Pengertian PPN dan PPnBMÂ
PPn dan PPnBM merupakan dua hal yang berbeda.Â
PPn merupakan pajak yang dikenakan terhadap pertambahan nilai yang muncul karena pemakaian faktor-faktor produksi oleh pengusaha kena pajak (PKP) yang menyiapkan, menghasilkan dan memperdagangkan Barang kena pajak (BKP) dan jasa kena pajak (JKP).Â
PPnBM Merupakan pajak yang dikenakan pada barang yang masuk golongan barang mewah. pengenaan PPnBM dibebankan pada produsen atau PKP yang menghasilkan atau mengimpor barang mewah.Â
Objek PPnÂ
1. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha
2. Penyerahan jasa kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha
3. Impor barang kena pajak
4. Pemanfaatan Barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabeanÂ
5. Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabeanÂ
6. Ekspor barang kena pajak berwujud oleh pengusaha kena pajakÂ
7. Ekspor barang kena pajak tidak berwujud oleh pengusaha kena pajak
8. Ekspor jasa kena pajak oleh pengusaha kena pajakÂ
Objek PPnBMÂ
1. Penyerahaan barang kena pajak yang tergolong mewah yang dilakukan oleh pengusaha yang menghasilkan barang tersebut di dalam daerah pabean dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.
2. Impor barang kena pajak yang tergolong mewahÂ
Dasar HukumÂ
UU Nomor 8 Tahun 1983 > Mulai berlaku 1 April 1985
     Di ubah denganÂ
UU Nomor 11 Tahun 1994 > Mulai berlaku 1 Januari 1995
    Di ubah denganÂ
UU Nomor 18 Tahun 2000 > Mulai berlaku 1 Januari 2001
    Di ubah denganÂ
UU Nomor 42 Tahun 2009 > Mulai berlaku 1 April 2010
   Di ubah denganÂ
UU Nomor 11 Tahun 2020 > Mulai berlaku 11 November 2020
   Di ubah denganÂ
UU Nomor 7 Tahun 2021 > Mulai berlaku 1 April 2022
Tarif PajakÂ
Tarif Pajak PPnÂ
1. Tarif PPn sebesar 11%
2. Tarif PPn atas ekspor BKP sebesar 0%Â
dengan peraturan pemerintah, Tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diubah menjadi serendah-rendahknya 5% dan setinggi-tinggi nya 15%.
Tarif PPnBMÂ
1. Tarif PPnBm adalah serendah-rendahnya 10% dan paling tinggi 200%Â
2. Atas ekspor BKP yang tergolong mewah dikenai pajak dengan tarif 0%
Batas Waktu PelaporanÂ
1. Batas waktu penyetoran PPn dan PPnBM : Akhir bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir dan sebelum SPT masa PPn disampaikan.
2. batas waktu pelaporan PPn dan PPnBM : Akhir bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir
Dasar Pengenaan PajakÂ
1. Harga jual
2. PenggantianÂ
3. Niai eksporÂ
4. Nilai ImporÂ
Saat Terhutang PPn Dan PPnBMÂ
Saat Terhutang PPn :
1. Saat penyerahan Barang kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha
2. Saat penyerahan jasa kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusahaÂ
3. Saat impor barang kena pajakÂ
4. Saat pemanfaatan Barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabeanÂ
5. Saat pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabeanÂ
6. Saat ekspor barang kena pajak berwujud oleh pengusaha kena pajak
7. Saat ekspor barang kena pajak tidak berwujud oleh pengusaha kena pajakÂ
8. Saat ekspor jasa kena pajak oleh pengusaha kena pajakÂ
Saat Terhitung PPnBM :
1. Saat penyerahaan Barang kena pajak yang tergolong mewahÂ
2. Saat impor barang kena pajak yang tergolong mewahÂ
Cara menghitung PajakÂ
* Cara menghitung PPn
PPN yang terutang = Tarif PPn x Dasar pengenaan pajakÂ
* PPn Dan PPnBM menjadi barang dari hargaÂ
PPn atau PPnBM terutang = 1/10 x dasar pengenaan pajakÂ
                            atauÂ
                           = 1/130 x dasar pengenaan pajakÂ
Pasal 2 Ayat (1) PER 03/2022 disebutkan PKP yang menyerahkan BKP dan/atau JKP wajib memungut PPn yang terutang  dan membuat faktur pajak sebagai bukti pungutan PPN.Â
* Faktur pajak penjualan. Faktur pajak penjualan adalah dokumen yang dibuat oleh PKP penjual yang telah memungut PPn saat melakukan transaksi atau penjualan barang/jasa kena pajak.
* Faktur pajak pembelian. Faktur pajak pembelian adalah dokumen yang diterima oleh PKP pembelian atau pengusaha kena pajak yang membeli barang/jasa kena pajak.Â
Penghitungan PPn dan PPnBM dlaam satu TransaksiÂ
Contoh :Â
PT. Yulanda adalah sebagai importir melakukan impor air conditioner (AC) sebanyak 2.000 unit dari jepang dengan harga impor (CIF) US$500 per unit, atas impor AC terutang Bea masuk 50%. Kurs berdasarkan keputusan menteri keuangan Rp. 12.000 per US$1. Perhitungan PPn dan PPnBM sebagai berikut :Â
Harga impor (CIF) = 2.000 x $5000 x Rp 12.000 = Rp 12.000.000.000
Bea Masuk 50% x Rp 12.000.000.000 = Rp 6.000.000.000
Nilai Impor = Rp 18.000.000.000
PPn Terutang 10% x Rp 18.000.000.000 = Rp 1.800.000.000
PPnBM 20% x Rp 18.000.000.000 = Rp 3.600.000.000
Jumlah yang harus dibayar importir = Rp 23.400.000.000
Pencatan Harga perolehan & Penyerahan BKPÂ
Dalam UU PPn disebutkan bahwa pengusaha kena pajak (PKP) diwajibkan mencatat semua jumlah harga perolehan dan penyerahan BKP / JKP dalam pembukuan perusahaan.Â
* Besarnya PPn :Â
1. Dapat dikreditkan
2. Tidak dapat dikreditkanÂ
* Pencatatan retur barang :Â
1. Retur penjualan : Di catat dalam buku penjualan, dalam hal ini mengurangi jumlah penjualan dan pajak keluaran.
2. Retur pembelian : Di catat dalam buku pembelian, Hal ini mengurangi jumlah pembelian dan pajak masukan.
* Saat PPn Terutang :Â
Pada prinsip PPn di pungut berdasarkan 2 prinsip :Â
1. Prinsip akrual : Sesuai pasal 11 ayat (1) UU PPn, PPn Terutang pada saat penyerahan barang, jasa / Impor barang.
2. Prinsip Kas : Sesuai pasal 11 ayat (2) UU PPn, PPn Terutang pada saat penerimaan pembayaranÂ
ada 2 cara pembukuan PPn dalam akuntansi :Â
1. Metode faktur : PPn terhutang di catat pad saat faktur dikeluarkan F.P di buat pada saat pembayaran / pada saat penyerahan. Biasanya digunakan oleh PKP yang telah dihukumÂ
2. Metode kas : PPn di catat pada saat peneriman pembayaran. pencatatan tidak tergantung pada pembuatan faktur. biasanya digunakan oleh perusahan yang tidak dikukuhkan sebagai PKP.Â
Kewajiban Bagi pengguna nama perhitungan penghasilan NetoÂ
Berikut ini beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pengguna norma perhitungan penghasilan neto.
* Wajib pajak yang menggunaka norma perhitungan penghasilan neto wajib memberitahukan mengenai pengguna norma perhitungan kepda direktur jendral pajak paling lama 3 bulan sejak awal tahun pajak yang bersangkutanÂ
* wajib pajak yang tidak memberitahukan kepada direktur jendral pajak sesuai dengan ketentuan diatas dianggap memilih menyelenggarakan pembukuan.