sambil telingaku asyik mendengarkan suara si bapak yang berbicara pada pemuda ber rambut gondrong di pojok…..
“nak, yang terpenting itu jangan pernah menuding orang lain salah, sebelum kita sendiri benar dalam segala hal, jangan sampai menuding orang malas sebelum kita menjadi orang rajin ….aku tidak membenarkan jendral itu, tapi seandainya kita ada di posisi jendral itu kita juga belum tentu bisa mengatasinya” Katanya dengan bahasa Indonesia yang sangat kental logat jawanya, entah mereka sedang membicarakan apa, tetapi rasanya aku pernah mendengar kalimat itu beberapa tahun yang lalu.
Aku jadi teringat kisah mereka yang menghakimi seorang perempuan yang berzinah, sampai datang Seseorang dan berkata, “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.”
Warung angkringan ini memang bukan warung yang biasa, selain makanan dan minuman yang enak, bapak pemilik warung adalah seorang yang ramah dan suka bercerita….aku selalu mendapatkan ‘sesuatu” sepulang dari sana.
Malam semakin larut, aku memutuskan tidak akan meneruskan perjalanan ini, terlalu berat bagiku….mengurai kembali kenangan akan rindu yang terlarang ini…tiba-tiba mataku melihat sebuah buku yang tertinggal di kursi, ku raihnya dan kubuka asal, tertulis…..
-Perempuan yang jatuh hati pada bintang-Chapter 11
Altair…..aku cemburu
Esok pagi nyamuk malam itu pasti akan bercerita tentang malam yang berdarah itu, ketika aku harus menyaksikan bintang yang kukira adalah hadiah langit untuk hidupku begitu mengkhawatirkan…..
“mas….maaf sepertinya itu buku saya yg ketinggalan….” Tiba-tiba seorang gadis sudah ada disampingku sambil menunjuk ke buku yang aku pegang
“ohh…maaf yaa…tadi saya menemukannya di bangku dan maaf saya telah lancang membukanya dan sedikit membacanya….” Kataku sambil memberikan bukunya
“Rhe….” Katanya sambil mengulurkan tangannya setelah menerima buku itu