Sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
Dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.
Pada puisi "Senja di pelabuhan kecil" ini menceritakan cinta yang sudah tidak dapat diperoleh lagi. Pengarang melukiskan gedung, rumah tua, cerita tiang dan temali, kapal dan perahu yang tidak bertaut. Ungkapan perasaan sedih dan sepi.Pengarang merasa bahwa benda-benda di pelabuhan itu membisa kepadanya, menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut. Terdapat pada bait ke 1 yaituÂ
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
Di antara gudang, rumah tua, pada cerita
Tiang serta temali, kapal, perahu tiada berlaut
Menghembus diri dalam mempercaya mau terpaut.
Pada bait 2 dalam puisi "Senja di pelabuhan kecil" perhatian pengarang fokuskan ke suasana pelabuhan dan tidak lagi kepada benda-benda di pelabuhan yang beraneka ragam. Di pelabuhan itu turun gerimis yang mempercepat kelam (menambah kesedihan penyair) dan ada "kelapak elang" yang "menyinggung muram"(membuat hati penyair lebih muram), dan "hari-hari seakan lagi berenang" (kegemingan telah musnah).Â
Suasana di pantai itu suatu saat membuat hati penyair dipenuhi harapan untuk terhibur, tapi ternyata suasana pantai itu kemudian berubah. Harapan untuk mendapatkan hiburan itu musnah, sebab "kini tanah, air tidur, hilang ombak".
Pada baik ke-3 dalam puisi "Senja di Pelabuhan Kecil" pikiran penyair lebih dipusatkan pada dirinya dan bukan kepada pantai dan benda-benda sekeliling pantai itu. Dia merasa "aku sendiri". Tidak ada lagi yang diharapkan akan memberikan hiburan dalam kesendirian dan kedukaannya itu.Â
Dalam kesendirian itu, ia menyisir semenanjung semula ia berjalan dengan dipenuhi harapan. Namun sesampainya di ujung sekalian selama jalan. Jadi, setelah penyair menapai ujung tujuan, ternyata orang yang diharapkan akan menghiburnya itu malah mengucapkan selamat jalan. Penyair merasa bahwa sama sekali tidak ada harapan untuk mencapai tujuannya.Â