Kriteria utama yang dikenakan pada karya sastra adalah "kebenaran" penggambaran terhadap objek yang digambarkan, atau yang hendaknya digambarkan. Peristiwa mimesis sebuah karya sastra juga dipertegas oleh Wellek dan Warren (dalam Rahayu, 2014) yang mengatakan sifat sastra memang menyajikan sebagian besar tentang kehidupan, sementara itu kehidupan dunia nyata merupakan keadaan sosial masyarakat. Jadi ada faktor tiruan terhadap keadaan sosial dunia nyata dalam karya sastra. Bagi Plato, mimesis terikat pada ide pengarang, dan ide itu tidak bisa menghasilkan tiruan yang persis sama, lewat mimesis tataran yang lebih tinggi hanya berupa angan-angan karya seni (sastra).
Tidak bisa menjelma langsung dalam wujud yang ideal. Menurut (Ghani,Y, 2016) Pendekatan mimesis adalah pendekatan yang dalam pengkajian terhadap karya sastra berkaitan fenomena hubungan karya sastra dengan realita atau kenyataan. Pendekatan mimetik merupakan suatu rekaan dari sebuah makna menjadi gambaran yang ada di alam sekitar. Penggambaran kata yang sebenarnya menjadi sesuatu yang bukan realita yang terbentuk dari kehidupan nyata. Dalam pendekatan mimetik, pengarang lebih menganalogikan perasaan melalui ungkapan dengan kata-kata tiruan yang berada di sekitar. Kata-kata itu bisa kata benda atau apapun itu yang terdapat di sekitar pengarang. Tidak hanya sesuatu yang dekat saja, pendekatan mimetik ini bisa saja menggunakan kata berupa anganangan si pengarang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H