Mohon tunggu...
Puisi

Puisi-puisi Inspiratif

17 Februari 2016   12:29 Diperbarui: 17 Februari 2016   13:09 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KEBERPIHAKAN PREMPUAN

ku pijak bumi,

tak kejak dalam intraksi

tak luputpun.., ku tuangkan cinta,

pada penghuni yang sesakkan dada

 

pijak nan cintaku menurut kemampuan,

riak bumi, tanggap penghuni, hanya membanding

bandingkan

 

ksaksianku pun dihakimi,

dipersidangkan selayaknya tahanan korupsi

 

gerakan awan, memang tak berpihak memayungi,

apalagi bumi dan penghuni, tak sudi ‘tuk mengerti

 

bait-bait anak petani,

yang tersakiti,

kelak jadi saksi

 

Dasan Agung, 19 Oktober 2015

 

CINTA-KEHIDUPAN

 Mahatma Ghandi menyatakan;

‘dimana ada cinta, di situ ada kehidupan.’

seorang kan sadar tentang hidup-fana yang diberikan Tuhan,

tak kan menyia-nyiakan waktu sedetik pun mencari cinta sejati demi kbahagiaan.

 

kendati dalam perjalanannya terseok-seok, tak menjadikannya berkeluh-kesah dan rendah diri.

yang dipertaruhkan ialah; perkara hidup-mati,

demi cinta sejati!

 

 R. A Kartini pun telah sadar dan mengerti;

‘tugas manusia ialah menjadi manusia itu sendiri.’

Ia mencintai, seolah tak pernah merasa tersakiti,

pengorbanan demi pengorbanan, selalu dengan tulus ia curahkan,

tak perduli dengan kepergiannya jadi balasan, di balik itu semua; yakinlah ada kebangkitan!

 

biarlah Mahkamah Hati Nurani kan mengadili kasusnya data perdata,

bahwa pengorbanan ialah bukti terkuat dari cinta.

begitu pun dengan kejahatan dan kematian,

Pengadilan Agama Samawi tlah memutuskan:

hal itu, bukanlah akhir dari segala-gala kehampaan.

 

Kalimat Kunci: Mencintai seolah tidak merasa tersakiti dan pengorbanan; bukti terkuat dari cinta.

 

Mataram, 13 Desember 2015

 

AKANKAH GILIRAN HEWAN MEMPROTES TUHAN?

sehebat apa pun burung terbang ke pnjuru arah,

kan jatuh ktika sayap-sayapnya rapuh

tak lama ia pun kan mati,

karna tak bisa mmpertahankan diri

hidupnya yang pnuh kebebasan,

kan hilang seiring kpunahan

 

manusia pun terkadang demikian,

sebesar apa pun cintanya pada seseorang

akan lumpuh, dikala mlihat pacarnya slingkuh dan cumbu-cumbuan

sayap cinta pun kan patah; terserak tak terelakan

 

murungnya muka yang diarungi butiran air mata,

terkadang tak sanggup mengobati sakitnya cinta segitiga

 

tapi dalam cinta, manusia tak boleh seperti burung,

yang mati dikala patah sayap; tak bisa brtahan hidup

manusia harus terbang mlintang mngalahkan burung, bahkan bila prelu hilang mncari hikmah di balik ganasnya awan khidupan

karna sayang, bila manusia punah dengan racun-racun cinta yang mletup

giliran hewanlah memiliki hak memprotes Tuhan yang sbelumnya oleh para Malaikat; bahwa penciptaan manusia menjadi pemimpin di muka bumi ini, perlu dipertanyakan!

yang seharusnya manusia dan cinta, laiknya mengalahkan indahnya kicauan burung dan brsosok periang, bukan setan pendendam!

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun