KEBERPIHAKAN PREMPUAN
ku pijak bumi,
tak kejak dalam intraksi
tak luputpun.., ku tuangkan cinta,
pada penghuni yang sesakkan dada
Â
pijak nan cintaku menurut kemampuan,
riak bumi, tanggap penghuni, hanya membanding
bandingkan
Â
ksaksianku pun dihakimi,
dipersidangkan selayaknya tahanan korupsi
Â
gerakan awan, memang tak berpihak memayungi,
apalagi bumi dan penghuni, tak sudi ‘tuk mengerti
Â
bait-bait anak petani,
yang tersakiti,
kelak jadi saksi
Â
Dasan Agung, 19 Oktober 2015
Â
CINTA-KEHIDUPAN
 Mahatma Ghandi menyatakan;
‘dimana ada cinta, di situ ada kehidupan.’
seorang kan sadar tentang hidup-fana yang diberikan Tuhan,
tak kan menyia-nyiakan waktu sedetik pun mencari cinta sejati demi kbahagiaan.
Â
kendati dalam perjalanannya terseok-seok, tak menjadikannya berkeluh-kesah dan rendah diri.
yang dipertaruhkan ialah; perkara hidup-mati,
demi cinta sejati!
Â
 R. A Kartini pun telah sadar dan mengerti;
‘tugas manusia ialah menjadi manusia itu sendiri.’
Ia mencintai, seolah tak pernah merasa tersakiti,
pengorbanan demi pengorbanan, selalu dengan tulus ia curahkan,
tak perduli dengan kepergiannya jadi balasan, di balik itu semua; yakinlah ada kebangkitan!
Â
biarlah Mahkamah Hati Nurani kan mengadili kasusnya data perdata,
bahwa pengorbanan ialah bukti terkuat dari cinta.
begitu pun dengan kejahatan dan kematian,
Pengadilan Agama Samawi tlah memutuskan:
hal itu, bukanlah akhir dari segala-gala kehampaan.
Â
Kalimat Kunci: Mencintai seolah tidak merasa tersakiti dan pengorbanan; bukti terkuat dari cinta.
Â
Mataram, 13 Desember 2015
Â
AKANKAH GILIRAN HEWAN MEMPROTES TUHAN?
sehebat apa pun burung terbang ke pnjuru arah,
kan jatuh ktika sayap-sayapnya rapuh
tak lama ia pun kan mati,
karna tak bisa mmpertahankan diri
hidupnya yang pnuh kebebasan,
kan hilang seiring kpunahan
Â
manusia pun terkadang demikian,
sebesar apa pun cintanya pada seseorang
akan lumpuh, dikala mlihat pacarnya slingkuh dan cumbu-cumbuan
sayap cinta pun kan patah; terserak tak terelakan
Â
murungnya muka yang diarungi butiran air mata,
terkadang tak sanggup mengobati sakitnya cinta segitiga
Â
tapi dalam cinta, manusia tak boleh seperti burung,
yang mati dikala patah sayap; tak bisa brtahan hidup
manusia harus terbang mlintang mngalahkan burung, bahkan bila prelu hilang mncari hikmah di balik ganasnya awan khidupan
karna sayang, bila manusia punah dengan racun-racun cinta yang mletup
giliran hewanlah memiliki hak memprotes Tuhan yang sbelumnya oleh para Malaikat; bahwa penciptaan manusia menjadi pemimpin di muka bumi ini, perlu dipertanyakan!
yang seharusnya manusia dan cinta, laiknya mengalahkan indahnya kicauan burung dan brsosok periang, bukan setan pendendam!
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI