Mohon tunggu...
selamat martua
selamat martua Mohon Tunggu... Penulis - Marketer dan Penulis

Hobby: Menulis, membaca dan diskusi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Panggilan Jiwa

1 November 2020   10:43 Diperbarui: 1 November 2020   10:51 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah 18 bulan Aku menjadi Sales barang elektronik di Perusahaan yang Pak Sulaiman pimpin. Suka dukanya sangat beragam, tapi jujur banyak Sukanya. Kenapa? Ya, diriku berangkat dari Nol, karena sebelumnya aku sangat awam dengan dunia penjualan dan cenderung menghindari profesi itu.

Pak Sulaiman sebagai Manejer dengan Senior Supervisor Mas Syaiful terus memotivasi dan menggembleng diriku untuk menjadi seorang Sales yang tangguh. Aku dilatih secara marathon dan telah diuji dengan beragam tingkatan kastamer, mulai yang mudah di prospek hingga sangat sulit diyakinkan. Hasilnya membuatku jadi lebih berpengalaman dalam mengelola pelanggan.

Aku juga mendapat banyak kawan di jaringan pertemanan, baik dari pelanggan maupun dikomunitas Sales. Terkhusus untuk komunitas Sales, teman-teman sangat baik dan menyenangkan. Kalo Kita ngumpul, banyak sharing tentang pengalaman penjualan yang inspiratif Aku dapatkan. 

Mulai dari tips-tips bagaimana meyakinkan pelanggan sulit, tipe-tipe pelanggan yang suka memPHP, menaklukkan Bos yang orientasi target, Bos yang enggak punya kepemimpinan menjual dan lain sebagainya.

Aku mencatat itu semua sebagai pelajaran yang mungkin enggak akan didapatkan di bangku kuliah .

Dalam pertemuan para Sales tingkat Propinsi, Aku bertemu dan berdiskusi dengan seorang Sales Perusahaan Elektronik Premium. Dia bercerita bahwa nuansa kantornya sangat kondusif, punya tim solid, menyenangkan, terbuka, dan ada pola karir. 

Pertumbuhan penjualan di Kota ini menjadi pencapaian terbaik Tingkat Nasional. Untuk mempertahankan prestasi ini, mereka memerlukan armada penjualan yang lebih tangguh dan terampil. 

Mereka lagi mencari Sales yang berpengalaman minimal 1 tahun dan biasanya bila dalam 1 tahun bisa melampaui target, akan dijadikan kandidat Sales Supervisor. Ia merasa Aku adalah orang yang tepat dan dengan tangan terbuka menawariku untuk bergabung.

Tawaran itu sangat menggoda dan mengganggu pikiranku. Apakah ini jalan bagiku untuk menjadi Sales Sukses? Kalo iya, bagaimana cara Aku pamit dengan Pak Sulaiman dan Mas Syaiful? Apakah Mereka merasa dikhianati? 

Hari itu Aku bekerja enggak konsentrasi, hingga ada kesalahan-kesalahan kecil yang Aku lakukan.

Situasi ini tertangkap oleh pak Sulaiman dan dengan bijak Beliau mengajakku untuk ngobrol di ruangannya.

"Gimana tempat kos yang baru, seru anggak?" Pak Sulaiman memulai dengan tenangnya.

"Ah biasa aja Pak, tempat kos barunya dekat jalan raya. Jadi aksesnya lebih mudah dan enggak berisik"jawabku.

"Dengar-dengar Kamu punya gebetan baru yaaaa? Dan khabarnya niiiih, gebetannya ga jauh dari kos-kosan!" Katanya menggoda.

"Engga sih Pak, itu Cuma gossip"jawabku seadanya.

"Oooooh gitu" katanya pelan.

"Hmmmm, Saya perhatikan dari tadi, Kamu kayaknya kurang fokus bekerja. Saya yakin ini bukan disengaja, karena semua orang di Kantor tahu kalau Kamu itu terampil dan sangat cepat kerjanya. Ada masalah?" Tanya pak Sulaiman.

"Iya pak, Ada yang mengganggu pikiranku belakangan ini" Jawabku berterus terang.

"Apa itu? masalah serius" Tanyanya serius.

"Benar Pak! sangat serius!" lanjutKu

"Boleh tahu? Mungkin Saya bisa bantu" Kata Pak Sulaiman menawarkan diri dengan bijak.

"Eemmmmm, begini pak. Kemarin-kemarin khan ada forum sales di Kota ini" kataku perlahan.

"Yaa Saya tahu itu, terus gimana" Katanya memotong.

"Saya ngobrol sama Sales dari perusahaan yang menjual mesin cuci Premium itu pak" Kataku perlahan.

"OK! terus ada khabar baik apa?" sahut pak Sulaiman

"Beliau menawari Saya untuk bergabung  pak" ucapku ragu.

 "Ooooooh! itu yang mengganggu pikiranmu?" Kata Pak Sulaiman dengan santainya.

"Iya betul Pak!" jawabku berharap respon positif Pak Sulaiman.

"Berminat?" Tanya pak Sulaiman Balik.

"Saya ingin mencoba tantangan baru pak" kataku sedikit memelas.

"Yakin bisa jadi sales yang sukses?" Tanya Pak Sulaiman menguji.

"Yaaa, logikanya benar pak. Kalo Saya berhasil mengatasi tantangan yang baru itu, berarti potensi Saya untuk sukses terbuka lebar ya pak? Tanyaku balik.

"Lhoo khan Kamu yang bakal menjalani, Menurutmu Gimana?" Tanya pak Sulaiman kembali.

"Insya Allah yakin sukses Pak!" Kataku bersemangat.

"Tunggu sebentar" kata Beliau dan dengan sigap mengambil HPnya dan menelepon seseorang.

"Halo, Assalamulaikum pak Mansyur. Apa Khabar? Sapa pak Sulaiman.

"Alhamdulillaah pak Sulaiman, Gimana khabar pak Sulaiman? Tanya pak Mansyur.

"Alhamdulillaah, baik-baik" jawab pak Sulaiman.

"Bagaimana bisnisnya, lancar?"tanya pak Sulaiman

"Alhamdulillah, berkat doa pak Sulaiman"jawab pak Mansyur.

"Gimana-gimana pak Sulaiman, ada khabar baik apa ini?" Tanya pak Mansyur

"Begini, saya dengar Perusahaan pak Mansyur butuh Sales berpengalaman? Tanya pak Sulaiman.

Jujur jantungku berdebar-debar mendengar percakapan telepon ini. Koq Pak Sulaiman bisa bertanya seperti itu ke pak Mansyur, tanpa menunjukkan ekspresi marah dan kesal.

"Iya betul pak Sulaiman, Dua orang Sales Saya pindah ke Jakarta. Katanya Mereka ingin berkarir di Jakarta" kata pak Mansyur.

"Wuaaah Saya Cuma bisa bantu satu. Saya punya Sales udah berpengalaman 18 Bulan, Kinerja OK banget.Pokoknya recommended-lah!" kata pak Sulaiman mantap.

"Kalau udah pak Sulaiman yang bicara, semua orang percaya Pak! Alhamdulillaah, Saya senang dan berterima kasih sekali dengan tawaran pak Sulaiman" Sambut pak Mansyur.

"Kapan Dia mulai bekerja? Tanya pak Sulaiman.

"Besok juga boleh, kalo pak Sulaiman enggak keberatan" Jawab pak Mansyur.

"OK, Insya Allah besok pagi Ia akan datang melapor" kata pak Sulaiman.

"Siap pak Sulaiman, terima kasih banyak bantuan solusinya. Saya doakan Semoga bisnis pak Sulaiman juga sukses yaaa"Jawab pak Mansyur.

"Sama-sama pak Mansyur, sukses juga buat Anda. Assalamulaikum"kata pak Sulaiman menutup pembicaraan.

"Bagaimana?" Kata pak Sulaiman yang melihatku terbengong-bengong dengan apa yang baru Aku saksikan.

"Eeeeh iya pak" jawabku gugup.

"Iya apanya" tanya pak Sulaiman.

"Saya jadi enggak enak sama Bapak dan Mas Syaiful. Seperti orang yang enggak tahu balas Budi" kataku sedih.

"Oooh, tidak-tidak. Tidak ada budi yang perlu dibalas" Kata pak Sulaiman.

"Begini! Lanjut pak sulaiman.

"Perusahaan Kita ini tidak sekedar berbisnis mencari uang, karena rejeki itu sudah diatur. Kita mendapat amanah untuk menjemputnya. Salah satu cara Kita menjemput rejeki adalah dengan mencerdaskan orang lain untuk menemukan panggilan hidupnya. Istilah kerennya itu "CALLING". "

"Kami berharap siapapun di perusahaan ini, harus menemukan Callingnya. Makanya Kita terus kembangkan Skill, Knowledge dan Attitudenya untuk bisa menjadi Sales yang Tangguh, berprestasi dan disukai lingkungan, termasuk pelanggan.

"Kalau ilmu itu sudah kamu dapat dan menemukan tempat lebih baik untuk berkarir, silahkan, Kami sih senang-senang aja. Karena dengan berkarir ditempat lain, maka pengalaman Kamu bekerja ditempat ini bisa ditularkan ke tempat baru. Sehingga ditempat baru Kamu bisa berbagi pengalaman dan Insya Allah lebih sukses" Kata pak Sulaiman mantap.

Aku tertunduk dan diam.

"Sudah, mantapkan hatimu. Follow your Calling. Bapak doakan Kamu lebih sukses di tempat baru. Enggak usah kahawatir, Kamu tetap bagian dari Kami. Kita tetap menjadi Saudara"

"Sekarang, selesaikan pekerjaanmu, Biar nanti mba Intan akan menyelesaikan Administrasinya" Katanya mengakhiri percakapan dihari yang bersejarah itu.

"Terima kasih Pak Sulaiman" sahutku sambil meninggalkan ruangan dengan hati yang bergejolak.

 

@t Home, 01-11-2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun