“Kenapa?” tanya temanku yang lain.
“Nggak tau.” Jawabku tak peduli.
“Kok perasaanku nggak enak ya?” temanku menimpali. Aku tak menghiraukan dan asyik memasukkan baju-baju ke dalam tas.
Matahari kembali ke peraduan pertanda malam akan datang menyapa. Aku duduk di koridor bawah, sambil menatap langit malam yang cerah dihiasi bintang-bintang. Menanti datangnya sosok yang dijanjikan untuk menjemputku. Saudaraku. Sebenarnya di malam itu ada acara menonton film bersama. Sambil menunggu jemputan, aku memutuskan untuk ikut menonton film di aula. Belum sampai film dimulai, ada seseorang mengetuk pintu. Kami semua menoleh ke arahnya. Ustadzah. Mengabari bahwa aku sudah dijemput. Berasa seperti SD lagi, haha..
Aku pamit kepada teman-teman di sekelilingku dan tak lupa pamit kepada ustadzah yang sudah menjadi perantara. Aku berjalan menghampiri keluargaku dan memasuki mobil. Aku duduk di bagian tengah. Terlihat wajah-wajah sendu yang mewarnai mereka. Aku tak mengerti, tapi ada firasat yang tidak diharapkan.
“Ibu nggak ikut mbah?” tanyaku ke mbahku.
“Nggak, ibu nunggu disana.” Jawabnya.
“Ooo aku mau tidur aja ya mbah,” pintaku.
“Iya-iya, tidur aja.” Mbah mengiyakan.
Sebenarnya aku tidak mengantuk sama sekali, hanya saja aku berusaha untuk menepis firasatku yang tak baik. Aku hanya berpura-pura tidur. Firasatku yang tak baik itu semakin kuat oleh nyanyian Opick dengan judul Bila Waktu T'lah Berakhir yang diputar berulang-ulang di mobil.
Sekitar jam 23.00 WIB kami sampai di rumah makan untuk menyantap makan malam. Aku mulai heran, karena jarak rumah makan ini melebihi rumah sakit bapak. itu artinya, tujuan kami bukan lagi ke rumah sakit. Aku memberanikan diri untuk bertanya ke mbah,