Aku Sasha aku banyak melihat dan mendengar anak-anak lain yang begitu dipuji-puji oleh orang tua sampai para kerabat dari orang tuanya. Ketika kami sedang berkumpul di siang hari yang begitu cerah namun perasaanku tidak secerah matahari yang sedang memberikan kehangatannya. Aku berusaha untuk tidak mempedulikannya yang penting aku dapat bermain dengan senang.
Aku memang tak pernah menyangka waktu dewasaku akan ada pada titik kebahagiaanku seperti saat ini. Setelah banyak mendapat kata-kata buruk, pandangan-pandangan buruk orang bahkan keluarga kepadaku, dan begitu banyak drama yang telah ku lalui.
***
Udara pagi hari yang segar telah membangunkan semangatku untuk segera bergegas berangkat ke sekolah. Aku terbiasa untuk berangkat sekolah jalan kaki bersama temanku karena memang jarak dari rumah ke sekolah tidak begitu jauh. Aku sadar di kelas aku bukanlah siswa yang berprestasi, bukan juga murid kebanggaan guru. Tapi aku juga murid yang masuk dalam golongan nakal. Aku biasa-biasa saja, dan aku suka jajanan sekolah ataupun warung. Aku bukan juga anak yang cantik, tapi saat kecil orang tuaku bilang aku adalah anak yang manis.
Saat berkumpul dengan saudara, ada juga yang sebaya denganku aku selalu dibanding-bandingkan dengan mereka. Gigi tetapku yang telah tumbuh tidak serapi gigi susuku, warna kulitku yang bukan putih, postur tubuh yang gemuk dan pendek sering kali dibanding-bandingkan dengan mereka sampai saat aku mulai remaja
Di masa remajaku aku menjadi lebih kurus mungkin karena cape dan aku jalan kaki kurang lebih satu kilo meter dari akses angkutan umum ke rumah. Dan saat remaja juga aku mulai berpikiran yang lebih dewasa, lebih sensitif dengan kata-kata buruk yang ditujukan padaku membuat aku jadi kepikiran.
Tapi mereka bahkan orang-orang yang mengataiku menganggap tambah kurusnya badanku adalah karena aku mulai menyukai lawan jenis dan aku diet agar cantik. Selalu mengolok-olokku begitu, padahal aku tidak kepikiran dengan bagaimanapun fisikku yang penting adalah aku tidak sakit dan nyaman.
Prestasiku di sekolah juga menurun karena aku sering merasa cape dan sedih. Mereka tetap menganggap sebabnya adalah karena aku menyukai lawan jenis. Saat di sekolah aku curhat pada teman dekatku tentang aku yang sering merasa sedih, dia adalah Selfhy.
"Sel, apa fisik aku begitu membuat orang-orang yang melihatku tidak nyaman?" tanyaku pada Selfhy.
"tidak Sha, kamu ini bicara apa? Yang ada pada diri kamu itu sudah diberi yang paling sempurna" jawabnya yang selalu menyemangatiku.
Sering aku merenung sendiri karena ejekan-ejekan orang tidak jarang terngiang-ngiang di telinga dan pikiranku, tapi tak jarang juga aku cepat lupa begitu saja akan ejekan-ejekan orang itu. Ketika aku teringat kata-kata yang tidak menyenangkan padaku terkadang aku menangis sendiri di kamar tidurku, apa salahku pada mereka? Jika aku dapat memilih terlahir dengan fisik bagaimana, aku pasti akan memilih fisik yang mereka senangi.
***
Hari menjelang malam aku makan malam lalu mengerkan tugas sekolahku di kamar. Setelah tugas sekolah aku selesaikan aku ke kamar mandi untuk bersih-bersih dan aku bercermin di cermin kamarku yang cukup besar, aku dapat melihat di cermin itu dari ujung kepalaku sampai ujung kakiku. Aku melihat diriku sendiri di cermin itu, aku memutuskan untuk mengatur berat badan dan merawat kulitku. Kaarena sudah malam aku serega beranjak tidur.
Pagi hari yang segar aku bergegas untuk berangkat sekolah seperti biasa aku jalan kaki dari rumah sampai ke jalan akses angkutan umum kurang lebih satu kilo meter. Sampai di sekolah sebelum jam pelajaran dimulai aku sedikit membaca buku, mungkin aku terlalu pagi datang ke sekolah aku menunggu jam pelajaran dimulai cukup lama akhirnya aku menulis sedikit jadwal rencanaku untuk berubah.
Bel istirahat berbunyi aku dan beberapa temanku langsung bergegas untuk ke kantin karena kami sudah merasa cukup lapar. Aku ragu untuk membeli makanan kesukaanku di kantin yaitu jajanan yang berminyak tetapi murah, atau aku membeli makanan kemasan gandum yang harganya lebih mahal. Akhirnya aku tetap membeli makanan kesukaanku yan yang lebih murah harganya.
***
Setelah pulang sekolah siang hari aku mengganti pakaianku lalu aku makan siang, setelah itu aku istirahat sebentar karena kakiku telah jalan dibawah terik siang matahari yang begitu melelahkan. Seperti biasa karena pagi hari aku tidak sempat membereskan rumah maka aku membereskannya sepulang sekolah.
Dari dapur setelah aku beres-beres aku pergi ke kamar untuk mengecek tugas-tugas sekolah dan mengerjakannya. Teringat niatku yang ingin merubah diri, aku mencaari-cari cara di internet untuk diet yang baik. Akhirnya aku mendpatkannya dan intinya adalah olahraga dan menjaga makanan agar makan yang makanan yang sehat.
Sore aku aku bersiap untuk lari ke luar rumah di sekitar rumah saja aku lari bulak-balik. Di tengah jalan aku berlari aku bertemu dengan tetangga, dia temanku memang kami tidak begitu dekat tapi kami cukup akrab. Dia meledekku karena aku yang gemuk sedang olahraga lari dia bilang pasti aku sedang ingin menurunkan berat badan. Aku tidak terlalu menanggapinya aku jawab dengan senyum dan tawa kecil dan lanjut berlari.
Karena setelah lari ini aku harus mandi dan aku tidak mau mandi di waktu hari mulai menjelang malam aku segera pulang ke rumah. Selesai mandi aku merasa lapar jadi aku makan tapi tidak mengatur porsinya. Ya, memang dirasa menjadi sangat percuma olahraga lariku tadi.
***
Beberapa hari aku tunda untuk olahraga dan atur porsi makanku karena aku merasa cape dan belum mempersiakanna dengan sungguh-sungguh. Selain itu juga aku harus mempersiapkan untuk ujian semester.
Aku menjalai ujian semester selama satu minggu. Setelah selesai aku ingin melanjutkan program diet yang aku buat sendiri dan versiku. Di hari terakhir aku ujian semester aku pulang ke rumah siang hari dan seperti biasa aku melakukan kegiatan sehari-hariku setelah pulang sekolah.
Sore hari tiba aku berencana untuk olahraga lari kembali. Aku bersiap-siap untuk olahraga lalu aku erangkat lari di luar rumah. Sudah semakin sore aku pulang sebelum waktu maghrib, kali ini setelah aku pulang walaupun terasa cukup lapar aku tidak mengikuti nafsuku untuk memakan banyak makanan. Kali ini aku mulai berusaha untuk membiasakan diri makan dalam porsi secukupnya dan waktu untukku makan tidak bebas semauku.
Setelah beberapa minggu aku melakukan program diet yang kubuat sendiri aku cek berat badanku dan ternyata hasilnya cukup memuaskanku, aku turun sekitar lima kilo gram. Turunnya lima kilo gram berat badanku bagiku itu sesuatu yang sangat aku hargai karena untukku yang suka makan, suka nyemil di setiap saat adalah perjuangan yang besar untuk menahan-nahan rasa ingin memakan sesuatu dengan bebas.
Sambil becermin di depan cermin besar yang menempel pada dinding kamarku dalam hatiku banyak bersyukur aku berhasil menurunkan berat badanku beberapa kilo gram. Aku jadi sering bercermin karena aku senang melihat badanku yang sudah tidak terlalu gemuk. Aku juga sesekali memuji dirku sendiri dalam hati.
***
Pagi hari yang segar aku segera bergegas berangkat kembali ke sekolah. Aku memang merasa senang dan lebih percaya diri karena omongan-omongan tidak baik yang orang-orang katakan padaku sudah lumayan berkurang.
Setidaknya membuatku sedikit senang dan menghiburku saat aku melihat diriku di depan cermin. Aku menjalakan kegiatanku sehari-hari dengan normal. Beberapa teman-teman kelasku memuji penampilan baruku dengan tubuh yang lebih kurus mereka juga menanyakan bagaimana aku bisa menurunkan berat badanku samapai seperti ini karena mereka juga tahu jika aku anak yang sangat suka makan dan ngemil makanan ringan setiap saat.
Selama aku menjalakan program diet yang kubuat sendiri it aku membawa bekal makan sendri dari rumah dan aku selalu membawa setidaknya satu buah untuk aku makan saat waktu nyemilku. Aku juga banyak minum air bening tidak lagi meminum minuman-minuman seduh berperisa ataupun minuman-minuman kemasan.
***
Malam ini aku meminta uang pada ibuku untuk besok membayar uang sekolah yang harus dibayarkan setiap bulannya.
"ibu besok kan tanggal tujuh mau bayar uang sekolah besok tidak? Setiap bulannya paling lambat untuk bayar uang sekolah tanggal lima belas." Tanyaku pada ibuku.
Ibuku yang sedang asik dengan telepon genggamnya mengabaikanku. Lalu aku panggil sekali lagi
"ibu?" baru ibuku menjawab "yaa besok saja daripada telat nanti ibu harus datang ke sekolah kamu. Ibu sibuk tidak ada waktu."
"oh ya baiklah" jawabku
"yasudah nih Rp.350.000; hati-hati simpan dengan baik dan jangan lupa besok bayarkan. Nanti tanggal 20 di perusahaan ibu akan ada acara besar, kerjasama dengan perusahaan lain dan ibu mempresentasikan tentang persahaan kerja ibu agar klien semakin yakin untuk bekerja sama"
"iya, semoga lancar ya bu." Jawabku lalu langsung aku kamarku.
Sebenarnya aku sudah cukup terbiasa dengan situasi ini. Dan aku juga tidak mau terlalu memprotes soal ibuku yang selalu asik degan telepon genggamnya atau alat karaoke kecilnya diwaktu senggang ibuku. Aku memaklumi jika ibuku begitu karena Ia telah lelah bekerja untuk menghidupi aku juga.
Ibuku menjadi orang tua tunggal sejak aku usia tujuh tahun. Ibuku bekerja sebagai karyawan di suatu perusahaan swasta tapi karena ibuku memiliki beberapa keahlian lebih jadi ibuku sering mengambil pekerjaan sampingan yang dibutuhkan perusahaan untuk mendapat uang bonus.
***
Tidak tahu mimpi buruk apa yang telah menimpaku. Tidak biasanya aku bangun kesiangan seperti ini, pukul 06.40 aku melihat jam di kamarku saat aku membuka mata dari tidurku. Aku sudah yakin aku pasti terlambat ke sekolah. Pukul 07.00 gerbang sekolah akan ditutup aku hanya memiliki waktu 20 menit untuk bersiap diri dan perjalanan ke sekolah.
Aku mandi dengan sangat terburu-buru tapi untungnya aku terbiasa menyiapkan segala keperluan yang harus kubawa untuk pagi berangkat sekolah itu dari malam. Jadi tidak ada yang tertinggal saat kondisi pagiku kesiangan seperti ini. Termasuk uang untuk bayar sekolahku aku simpan di saku jaketku.
Aku segera berangkat ke sekolah dengan terburu-buru di waktu yang menunjukkan pukul 06.51 aku masih berjalan kaki ke jalan akses angkuta umum. Setiap hari ibuku sudah berangkat dari pukul lima pagi dengan terburu-buru karena jarak dari rumah ke tempat kerjanya cukup jauh ditambah dengan kondisi macetnya jalanan di pagi hari karena semua kegiatan dimulai, jadi ibuku selalu berangkat lebih pagi.
Aku benar-benar tidak fokus pada situasi dan kondisi sekitarku. Yang aku pikirkan hanya untuk segera sampai sekolah dengan cepat, setidaknya waktu telatku tidak terlalu banyak agar hukuman yang aku dapat tidak berlipat-lipat. Ini kali pertamaku telat sesiang ini. Sebelumnya juga aku pernah kesiangan tapi masih dibawah jam tujuh pagi saat gebang sekolah belum tertutup sepenuhnya dan tidak terkena hukuman.
Hukuman jika telat di gerbang sekolahku yaitu squatt jump untuk perempuan dan push-up untuk laki-laki, belum lagi jika saat telat lalu masuk ke kelas sudah ada guru yang mengajar masuk akan ada hukuman lagi dari guru mata pelajaran tersebut. Aku benar-benar gelisah sepanjang perjalanan ke sekolah waktu sudah menunjukkan pukul 07.10 dan aku masih di kendaraan umum.
Akhirnya aku sampai di pemberhentian ku setiap hari. Aku tergesa-gesa mengambil uang untuk ongkos yang ada di saku rok ku. Aku sangat gelisah dan tidak fokus lagi tatapanku lurus ke depan ke arah sekolahku tanpa melihat dulu kondisi jalanan dan sekitar aku langsung jalan menyebrang.
Ketidak fokusanku tersadar oleh suara klakson motor dan mobil yang bunyi bersamaan dengan sangat kencang dan aku terjatuh saat menghindar dari motor di depanku yang sedang jalan. Motor tersebut juga menghindari aku yang jalan menyebrang begitu saja secara tiba-tiba. Motor tersebut menghindar agar tidak menabrakku tapi jadi menbrak mobil di depannya yang berlawanan arah.
Seketika pikiranku untuk segera sampai sekolah pun hilang. Pikiranku seketika kosong dan aku sangat terkejut, banyak orang yang menghampiri kami. Orang-orang langsung menepikan kami termasuk mobil yang tertabrak. Orang-orang yang membantu kami adalah warga sekitar yang juga seang beraktivitas dengan kegiatannya masing-masing.
Mereka menenangkan kami semua, memberi kami minum air hangat dan memberi pertolongan pertama pada pengendara motor yang terluka ringan. Pikiranku baru tersadar kembali dan aku panik juga ingin menangis. Apa yang harus aku lakukan? Bukan hanya pengendara motor yang menghindar agar tidak menabrakku luka-luka, tapi kendaraan motor dan mobil yang tidak sengaja tabrakkan karena kesalahanku juga rusak-rusak dan penyok.
Salah satu warga yang melihat keadaan kami cukup tenang membawa kami ke sekolah untuk menyelesaikan masalah ini dengan orang tuaku agar sekolah dapat menghubungi ibuku. Sampai di depansekolah pak satpam yang melihatku menyapaku
"loh Sasha, bapak kira kamu tidak masuk sekolah dari bapak datang sampai bapak menutup gerbang sekolah bapak tidak melihatmu jadi kamu terlambat?"
"i.. iya pp..pak." jawabku sambil gemetar karena gelisah, panik, takut semua menjadi satu.
Salah satu warga yang membawa kami ke sekolah bernama pak Musab menjelaskan kepada pak satpam
"pak ada jadi tadi ada suatu kejadian dan siswi ini terlibat, jadi saya sebagai saksi kejadian tersebut membawa mereka ke sekolah ini agar pihak sekolah dapat menghubungi orang tua dari siswi ini."
"oh begitu, kalau begitu silahkan tunggu di loby saya akan panggilkan pihak kesiswaan dan BK." Ujar pak satpam.
Tanpa waktu lama pak Anton selaku kesiswaan dan bu Neti selaku guru BK datang menghampiri kami dan meminta kami untuk masuk ke ruang BK agar dapat membicarakannya dengan tenang dan aman. Setelah di dalam ruang BK bu Neti menelepo ibu yang sedang ada di tempat kerjanya meminta untuk segera datang ke sekolah. Setelah menunggu ibuku akhirnya datang memasuk ruang BK.
Pak Musab selaku saksi kejadian di tempat diminta untuk menjelaskan kronologi kejadian tadi
"jadi pak, bu siswi ini tadi ketika turun dari kendaraan umum menyebrang tanpa melihat-lihat keadaan jalanan, dia langsung jalan menyebrang begitu saja. Pengendara motor yang memang sedang melintas terkejut saat melihat siswi ini tiba-tiba ada di hadapannya jadi pengendara motor ini menghindar agar tidak menabrak siswi ini dengan membanting stang motornya ke arah kanan. Tetapi dari arah berlawanan ada juga mobil yang sedang melintas sehingga motor ini menabrak bagian depan kanan mobil."
Bu Neti menanyakan kondisi kami masing-masing, setelah mengetahui kondisiku baik-baik saja bu Neti meminta pak satpam untuk mengantarku ke kelas agar urusan ini diselesaikan dengan orang tuaku saja. Saat aku masuk kelas, waktu sedang pergantian pelajaran dan guru mata pelajaran selanjutnya belum masuk ke kelasku. Teman-teman kelasku terkejut melihatku masuk kelas setelah jam pelajaran pertama habis
"kamu mengapa baru datang jam segini? Sangat tidak biasanya, kamu selalu datang saat sekolah masih sepi." Tanya Selfhy teman dekat dan teman sebangkuku di kelas.
"emm.. tadi aku kesiangan bangun." Jawabku sedikit gugup
"bangun kesiangan? Sesiang ini? Kamu sedang lupa harus sekolah?" tanya Selfhy lagi
"ti.. tidak, bukan begitu. Karena aku panik waktu semakin siang aku terlambat di jalan aku menyebrang tanpa melihat keadaan jalan dan menjadikan tabrakan motor dengan mobil."
"yaampun Shaaa! Serius? Selfhy terkejut
" iya Sel aku serius.."
"yaampun Sha tapi kamu tidak apa-apa kan? Ada yang terluka tidak?"
"aku tidak apa-apa tapi pengendara motor itu luka-luka. Sudah kita lanjut nanti saat istirahat ada guru."
Waktu istirahatpun tiba. Selfhy menanyakan lagi bagaimana kelanjutan kejadian pagi tadi
"iya tadi pagi masalahnya diselesaikan denngan ibuku di ruang BK. Dan aku diminta untuk kembali ke kelas oleh bu Neti" Jawabku
"oh ya Sha syukur jika kamu tidak apa-apa semoga urusannya cepat beres dan kerugian yang harus diganti kepada mereka tidak besar ya Sha."
"aamiin, ya Sel semoga tidak parah." Seketika aku terkejut aku teringat uang untuk bayar sekolahku yang aku simpan di saku jaket dan langsung aku cek semua saku jaketku tapi uang di dalam amplop untuk bayar sekolahku itu tidak ada.
"hha Sel! Bagaimana ini?!" kataku panik.
"ada apa lagi Sha? Jangan membuat orang terkejut saja." Jawab Selfhy yang ikut sedikit panik.
"Sel gawat! Uang dari ibuku untuk bayar sekolahku bulan ini hilang."
"mungkin terselip atau kamu lupa menyimpannya dimana coba cek lagi. Biar ku bantu cek di setiap bukumu." Kata Selfhy yang berusaha agar aku tidak panik lagi.
"Sel, aku ingat betul amplop yang berisi uang sekolahku bulan ini tadi malam sudah aku simpan, aku memasukkannya di saku jaketku. Dan tadi pagi saat berangkat pun aku memegang saku jaketku amplop yang berisi uang itu masih ada di saku jaketku ini." Ujarku sambil terus mencari amplop tersebut.
"di buku-bukumu juga tidak ada yang terselip apapun Sha. Kita lanjut cari nanti pulang sekolah ya Sha, jam istirahat tidak lama lagi kita makan dulu kamu dari pagi belum makan apapun kan? Tapi kamu terus-menerus didatangi dengan kepanikan."
Kita pun melanjutkan pembelajaran lagi setelah selesai makan. Selama jam pelajaran hari ini aku tidak bisa tenang dan tidak fokus pada pembelajaran. Aku hanya melamun dan mengingat-ngingat apa saja yang terjadi dari tadi malam setelah aku menerima uang dari ibuku untuk membayar sekolahku bulan ini sampai aku masuk kelas dan meletakkan jaketku di atas tas gendongku di samping kursi.
Jam pelajaran hari inipun berakhir. Aku dan Selfhy membereskan barang-barang kami masing-masing, aku sambil terus melihat-lihat sekitar tempat duduk aku dan Selfhy siapa tahu ternyata amplop uang sekolah itu ada terjatuh di sekitar tempat duduk kami.
"Sha aku temani kamu ya mencari amplop uang sekolahmu itu, boleh kan?" Selfhy menawarkan kebaikannya menolongku.
"tapi Sel jika kamu menemani aku dulu kamu akan pulang sore nanti. Sekarang saja sudah pukul 14.45." jawabku karena merasa tidak enak jika jadi merepotkan Selfhy.
"tidak apa-apa Sha, aku justru akan khawatir jika kamu mencarinya sendirian."
Selfhy memang teman terbaikku dari awal masuk sekolah, kepeduliannya padaku sungguh tulus dan ia tidak pernah membicarakan soal fisik.
"yasudah Sel terimakasih banyak sebelumnya maaf ya merepotkanmu. Aku juga memang takut ibuku akan marah padaku jika tahu uang untuk bayar sekolah hilang. Tambah lagi tadi pagi aku telah membuat masalah yang ditak ringan." Kataku sambil sedikit mencurahkan sedikit isi hatiku pada Selfhy.
Tengah kita sedang mencari di lingkungan sekolah yang aku lewati, aku teringat saat aku turun dari kendaraan umum di pinggir jalan dan mengambil uang ongkos di saku rok dengan terburu-buru aku mengibaskan jaketku yang menghalangi lubang saku rok ku. Dan di saku jaket sisi itulah aku menyimpan amplop uang sekolahku. Bisa jadi amplop tersebut terjatuh saat jaketnya aku kibaskan dengang buru-buru.
"yasudah Sha ayo kita segera ke jalan tempat kamu turun dari angkutan umum tadi pagi." Kata Selfhy mengajakku segera kesana.
Sesampainya pinggir jalan aku turun dan mengeluarkan uang untuk membayar ongkos kami tidak menemukan apapun disana. Kami bertanya pada orang-orang sekitar mereka tidak mengetahui dan tidak begitu memperhatikan ada atau tidaknya sebuah amplop yang terjatuh disana. Karena sudah semakin sore kamipun pulang.
***
Saat aku berjalan kaki menuju rumah aku gelisah khawatir ibu akan marah padaku soal kecelakaan yang terjadi tadi pagi ulah kecerobohanku. Tangan dan kakiku benar-benar dingin gemetar, tapi langkah kakiku terus berjalan di atas jalan menuju rumahku. Sepanjang jalan aku mengatur nafas agar tidak pingsan di jalan saking khawatir, gelisah, dan takutnya aku ibu marah.
Kondisi ekonomi keluarga kami memang bukanlah orang yang berada, terlebih setelah ayah dan ibuku bercerai ibuku harus menyicil hutang yang disebabkan oleh ayahku. Maka mengapa ibu begitu berusaha untuk mengambil pekerjaan sampingan di kantornya agar mendapat bonus dari atasannya.
Aku sampai di depan rumah aku ragu untuk masuk ke rumah walaupun ibuku belum sampai di rumah, aku terpikir untuk ke rumah Selfhy dan meminta tolong pada orang tuanya agar ibuku tidak marah padaku. Tapi jika sekarang aku tidak pulang ke rumah aku hanya akan membuat masalah baru lagi, cukup hari ini sudah 2 masalah yang tidak ringan yang telah datang padaku.
Aku tidak merasa lapar sama sekali, begitu masuk rumah aku langsung menggeledah setiap sudut yang ada di kamarku dan rumah siapa tahu amplop uang sekolah itu memang tertinggal atau terjatuh disini. Setelah aku cari-cari aku tetap tidak menemukannya, aku yakin amplop uang tersebut sudah benar-benar hilang dan lagi langit sudah menggelap aku harus segera berbenah diri karena masih pakai seragam sekolah dan lumayan berkeringat. Aku juga harus cepat menyulap rumah menjadi rapi dan bersih sebelum ibu pulang.
Saat aku di kamar sedang menyiapkan keperluan sekolah esok hari tiba-tiba terdengar suara ibu yang membuka kunci pintu. Aku seketika menenangkan diri dari ketegangan yang kurasakan dan berfikiran yang baik-baik juga berharap ibu tidak marah padaku. Tapi aku yakin ibu akan marah padaku bagaimanapun aku berharap untuk ibu tidak marah.
Tidak lama ibu masuk ke dlam rumah tiba-tiba
"Sasha kemari." Dua kata awal keluar dari mulut ibu yang membuatku panik.
"y.. Ya bu." Sahutku sambil keluar dari kamar.
Aku langsung meliat ibu menyambutku sedang duduk di kursi ruang tamu masih dalam kondisi berpakaian kerja dan tas yang dipakainya terletak di samping tempat Ia duduk. Jantungku seketika tertekan dadaku terasa berat aku terus mengontrol nafasku berusaha menenangkan diriku sendiri.
"duduk disitu." Kata ibu sambil menunjuk kursi yang berada di hadapannya. Aku yang tak dapat berkutip langsung duduk di kursi hadapan ibu.
"jawab ibu dengan jujur. Kamu tidak apa-apa?"
"aku tidak apa-apa bu, tidak ada luka atau lecet padaku." Jawabku dengan pelan tidak ingin ibu tambah marah.
"kamu itu ada apa? Kamu tahu pekerjaan ibu tidak santai, mengapa kamu berulah sampai merugikan orang lain?!" tanya ibu dengan nada bicara yang cukup tinggi. Aku tahu ibu akan marah dan aku mengerti jika sekarang ibu membicarakannya dengan nada yang tinggi, ibu baru pulang dari kerjanya dan melalui perjalanan yang cukup jauh antara tempat kerjanya dengan rumah ini, dengan sekolahku.
"mm maaf bu tadi pagi aku benar-benar panik karena pertama kali aku bangun kesiangan sampai setelat itu. Yang aku pikirkan hanya untuk cepat sampai ke sekolah."
"makanya jangan tidur terlalu malam agar dapat bangun lebih awal dari pagi. Bukankah seperti itu biasanya kamu?" ibu masih bicara dengan nada marahnya. "kamu tahu berapa kerugian tadi yang harus diganti?" lanjut ibu padaku.
Aku hanya dapat menggelengkan kecil kepalaku.
"total untuk motor dan mobil itu Rp. 2.200.000; itu bukan uang yang kecil bagi kita! Kamu itu menapa sih? Kamu juga tahu sendiri ibu mencari uang sendirian, selain untuk menghidupi kita berdua ibu juga dikejar-kejar pembayaran hutang ayahmu yang tidak tahu diri itu sangat besar! Ibu tahu kamu masih sekolah kamu tidak mungkin dan belum saatnya untuk mencari uang, maka setidaknya kamu jangan banyak mengganggu pekerjaan ibu contohnya tadi saja dijam kerja ibu kamu membuat ibu bulak-balik untuk ke sekolah dengan jarak yang tidak dekat." Ibu memarahiku
"i iya bu maaf, aku tidak lagi membuat ibu repot dan mengganggu pekerjaan ibu." Jawabku.
"baguslah jika begitu! Lagipula lebih mending jika kamu pintar, juara kelas, penuh bakat, tidak memalukan ibu jika ibu bawa kamu bertemu dengan rekan-rekan ibu yang anak-anak mereka itu bisa mengurus diri sendiri sampai setiap hari mereka cantik dan tampan, merepotkan dan mengganggu ibu pun ibu mungkin tidak akan terlalu kesal padamu!" Lanjut ibu memarahiku, lalu ia masuk ke kamarnya.
Akupun kembali ke kamar dalam kondisi sakit hati atas ucapan ibuku sendiri padaku. Aku sudah berusaha dan berhasil menurunkan berat badanku, tapi aku masih kurang cantik di mata orang termasuk ibuku sendiri. Lalu aku kembali teringat nasib uang sekolahku bulan ini yang hilang. Aku sangat tidak mungkin untuk bilang pada ibu bahwa aku telah menghilangkan uangnya. Pasti akan hanya menambah beban dan amarah ibu saja.
***
Di kelas Selfhy menanyakan keadaanku dan bagaimana yang terjadi setelah ibuku pulang. Aku menceritakannya pada Selfhy, ia terus menyemangatiku dan menawarkan diri saat aku butuh bantuan. Ia memintaku untuk selalu bilang padanya jika aku tertimpa masalah, ia tidak ingin aku sendirian menyelesaikan jika ada masalah yang harus aku hadapi.
Untuk uang sekolah yang hilang aku menggantinya dengan uang simpananku yang ada Rp.100.000; karena masih kurang aku mengumpulkan uang dari uang bekalku sisa ongkos kendaraan umum dan uang kas kelas tetapi sampai sekarang sudah tanggal 15 batas pembayaran bulanan sekolah dari uang bekalku baru terkumpul Rp.40.000; totalnya sekarang baru terkumpul Rp.140.000; masih kurang Rp.210.000; lagi.
Bagaimana aku dapat mengumpulkan uang sebanyak itu dalam waktu cepat. Uang bekalku sisa dari ongkos dan membayar kas kelas Rp.5.000; per hari. Butuh waktu lama untuk dapat uang kurangnya. Akhirnya aku menceritakan hal ini pada Selfhy dan aku menanyakan padanya bisakah aku bekerja pada ibunya di toko kue ibunya.
Sepulang sekolah aku dan Selfhy ke toko kue ibunya untuk aku meminta pekerjaan karena aku butuh uang untuk melunasi sisa kurangnya untuk bayar uang sekolahku sebesar Rp.210.000; aku dapatkan dengan aku bekerja 5 hari. Akhirnya ibu Selfhy mengizinkan aku bekerja di bagian mengantarkan pesanan kue. Aku bekerja sama dengan karyawannya seorang laki-laki yang mengendarai motor dan aku bertugas memegang kuenya agar tidak rusak.
Sampai di hari ke empat aku bekerja yaitu tangal 19, besok hari terakhir aku bekerja dan mendapatkan uangnya untuk aku bayar uang sekolah. Sampai di rumah ternyata ibuku tidak biasanya sudah ada di rumah. Aku tidak tahu ada apa lagi yang membuat ibuku menatapku sinis.
"bagus kamu setiap pulang sekolah pacaran. Jadi seperti ini kamu jika ibu pulang malam." Ibu tiba-tiba bicara padaku
"aku tidak punya pacar bu, dan aku tidak pacaran." Jawabku.
"kamu pikir ibu tidak tahu? Ibu melihat sendiri setiap setelah jam pulang sekolah kamu, kamu berboncengan dengan laki-laki yang lebih dewasa darimu! Memangnya kamu sudah pintar di sekolah? Sudah merasa paling cantik kamu ya pacaran setiap hari begitu?!" ibuku marah padaku. Lalu ibu meninggalkanku ke kamarnya, akupun masuk kamar dan berbenah diri.
***
Pulang sekolah hari ini tanggal 20 hari terakhir aku bekerja di toko kue ibunya Selfhy, setelah itu aku akan dapat uangnya untuk membayar uang sekolahku bulan ini. Tapi sayang ternyata pihak sekolah lebih dulu menghubungi ibuku yang sedang berada di acara penting perusahaannya tempat ibuku bekerja dan memberi teguran untuk segera membayarkan uang bayaran bulanan sekolahku.
Sekolah telah menegurku di tanggal 18 untuk mengingatkan pada orang tuaku agar segera membayarnya. Tapi aku tidak bilang pada ibuku karena memang uangnya telah ibu berikan padaku tapi aku menghilangkannya. Aku juga akan menggantikannya jadi aku tidak bilang pada ibuku.
Ibuku harus datang lagi ke sekolah untuk melunasi pembayaran bulanan sekolahku saat ibuku di acara penting perusahaannya bekerja. Aku pasti akan dimarahinya lagi karena telah mengganggu lagi pekerjaannya. Ini sungguh kejadian yang tidak ku sangka. Setelah membereskan pembayaran ibuku kembali lagi ke tempat kerjanya.
Sepulang sekolah aku tetap kembali bekerja dan aku mendapatkan uang hasil kerjaku selama 5 hari di toko kue ibunya Selfhy. Dan malam hari ibuku pulang saat aku ketiduran di meja belajarku. Aku tidak mendengar ibuku memanggilku atau marah-marah jadi aku lanjut tidurku di kasur.
Tidak ku sangka ternyata di hari Minggu pagi ini ibuku benar-benar meluapkan amarahnya yang membuat jantungku sangat berdebar.
"Sasha! Keluar kamu!" teriak ibuku di pagi hari saat aku sedang merapikan kamarku.
"iya bu.." sahutku pelan karena terkejut dan juga takut aku sambil menghampiri ibu.
"kamu itu memang benar-benar seperti ayahmu! Tahunya hanya menyulitkan hidup orang! Kalian itu sama-sama hanya membebani ibu tahu! Sudah berapa banyak uang yang kamu lihat yang harus ibu keluarkan karena ulahmu! Karena kamu atasan ibu marah pada ibu dan membuat kecewa klien" amarah ibuku.
"ibu aku benar-benar minta maaf karena lagi-lagi aku merepotkan dan mengganggu pekerjaan ibu. Aku sungguh tidak sengaja bu" ujarku.
"ibu tidak mau lagi peduli padamu! Mulai sekarang uruslah dirimu sendiri jangan lagi bergantung pada ibu! Uang-uang yang seharusnya untuk menyicil hutang ayahmu itu ibu keluarkan karena kesalahanmu! Silahkan sekarang juga kamu bereskan barang-barangmu. Ibu harus lembur membereskan pekerjaan yang hancur kemarin." Lanjut marah ibuku sambil pergi meninggalkan aku.
Hatiku sangat sakit mendengarkan ucapan ibu yang begitu menusuk hatiku. Aku sangat menangis sambil mengemas barang-barangku cepat-cepat. Aku menelepon nenek dan nenek memanggilkan mobil sewa menjemputku dan barang-barang yang aku bawa. Aku tinggalkan uang untuk mengganti uang sekolah yang telah aku hilangkan di kamar ibu. Sepanjang jalan hingga sampai di rumah nenek aku tak henti menangis tersedu.
***
Dua tahun berlalu dari aku lulus sekolah. Saat lulus sekolah aku tidak langsung melanjutkan kuliah karena memangnya biaya dari mana? Nenekku hanya punya penghasilan dari uang pensiunnya jadi aku melamar pekerjaan di sebuah perusahaan dan aku diterima bekerja disana di bagian administrasi. Selama hampir 1 tahun aku menjadi karyawan magang akhirnya aku diangkat menjadi karyawan tetap tetapi aku ditugaskan di cabang perusahaan yang berada di luar kota sehingga aku harus meninggalkan nenek, di luar kota aku tinggal di kosan karena di kosan lebih murah dan akan ada uang lebih yang dapat aku tabung.
Selama 1 tahun lebih aku bekerja di perusahaan tersebut sebagai karyawan tetap, aku juga memiliki penghasilan sampingan dari bisnis toko onlineku sejak aku lulus sekolah. Akhirnya aku membuka kafe toko kue impianku di kota tempat aku bekerja, toko kue ini belum banyak karyawannya. Toko kue ini buka sepulang aku dan temanku yang menjadi karyawanku bekerja yaitu dari sore hingga malam hari.
Setelah lulus sekolah dan pengalaman-pengalaman sejak aku kecil hingga saat ini membuatku semakin bersemangat untuk bekerja keras. Aku melakukan semuanya dengan senang agar aku tidak lagi mengingat semua kata-kata menyakitkan yang aku terima sejak aku kecil dari banyak orang itu.
Temanku bilang padaku untuk jangan terlalu memaksakan diri dengan bekerja terus-menerus. Pagi sampai siang menjelang sore aku bekerja di kantor, sore hinga malam aku mengurus kafe dan mengerjakan pesanan-pesanan yang masuk, dan selama aku di kafe toko kue ku ini aku juga sambil mengurus pesanan yang masuk pada toko onlineku.
***
Pagi ini aku mendapat tawaran untuk menjadi brand ambasador suatu produk lokal perawatan kulit. Selama aku tinggal di rumah nenek aku sering diberi tahu oleh nenek bagaimana kita sebagai perempuan merawat diri. Nenek dari aku kecil tidak pernah membicarakan soal fisikku apalagi membandingkan dengan cucu-cucu nenek yang lainnya. Aku terima tawaran tersebut dan aku harus melakukan pemotretan di kota pusat produk tersebut, ternyata kotanya adalah kota asalku. Jadi aku harus kesana dan aku menyempatkan menengok nenek.
Saat aku tiba di rumah nenek secara tiba-tiba ternyata disana sedang ada ibuku. Ibu sedang kesusahan dalam keuangannya, karena aku sekarang sudah memiliki penghasilan pribadi aku memberikan tawaran kepada ibu untuk aku bantu karena aku takut ibu ersinggung dan marah lagi padaku. Ternyata ibu mau menerima untuk aku bantu.
Kami bertiga menangis rindu satu sama lain di rumah nenek. Ibu juga baru tahu jika aku sekarang berada di luar kota. Aku harus disana karena pekerjaanku disana. Ibu menyesal karena dulu telah mengeluarkan kata-kata yang tidak seharusnya keluar padaku karena marahnya ibu pada ayah. Sekarang ibu melihat anaknya yang dulu tidak pernah membaggakanya, fisikku dulu yang membuat ibu malu untuk diperlihatkan pada kerabat-kerabat kerjanya.
Aku senang karena telah melakukan yang aku suka sampai pada impianku satu persatu terwujud, bonusnya aku berhasil membuktikan kepada ibu bahwa aku bukanlah beban untuknya karena aku adalah anaknya. Pembuktianku ini mungkin memang tidak langsung diwaktu dulu seperti anak lainnya yang begitu membanggakan orang tuanya, tapi sempat tertunda dan waktunya yang tepat untukku adalah saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H