Selama 1 tahun lebih aku bekerja di perusahaan tersebut sebagai karyawan tetap, aku juga memiliki penghasilan sampingan dari bisnis toko onlineku sejak aku lulus sekolah. Akhirnya aku membuka kafe toko kue impianku di kota tempat aku bekerja, toko kue ini belum banyak karyawannya. Toko kue ini buka sepulang aku dan temanku yang menjadi karyawanku bekerja yaitu dari sore hingga malam hari.
Setelah lulus sekolah dan pengalaman-pengalaman sejak aku kecil hingga saat ini membuatku semakin bersemangat untuk bekerja keras. Aku melakukan semuanya dengan senang agar aku tidak lagi mengingat semua kata-kata menyakitkan yang aku terima sejak aku kecil dari banyak orang itu.
Temanku bilang padaku untuk jangan terlalu memaksakan diri dengan bekerja terus-menerus. Pagi sampai siang menjelang sore aku bekerja di kantor, sore hinga malam aku mengurus kafe dan mengerjakan pesanan-pesanan yang masuk, dan selama aku di kafe toko kue ku ini aku juga sambil mengurus pesanan yang masuk pada toko onlineku.
***
Pagi ini aku mendapat tawaran untuk menjadi brand ambasador suatu produk lokal perawatan kulit. Selama aku tinggal di rumah nenek aku sering diberi tahu oleh nenek bagaimana kita sebagai perempuan merawat diri. Nenek dari aku kecil tidak pernah membicarakan soal fisikku apalagi membandingkan dengan cucu-cucu nenek yang lainnya. Aku terima tawaran tersebut dan aku harus melakukan pemotretan di kota pusat produk tersebut, ternyata kotanya adalah kota asalku. Jadi aku harus kesana dan aku menyempatkan menengok nenek.
Saat aku tiba di rumah nenek secara tiba-tiba ternyata disana sedang ada ibuku. Ibu sedang kesusahan dalam keuangannya, karena aku sekarang sudah memiliki penghasilan pribadi aku memberikan tawaran kepada ibu untuk aku bantu karena aku takut ibu ersinggung dan marah lagi padaku. Ternyata ibu mau menerima untuk aku bantu.
Kami bertiga menangis rindu satu sama lain di rumah nenek. Ibu juga baru tahu jika aku sekarang berada di luar kota. Aku harus disana karena pekerjaanku disana. Ibu menyesal karena dulu telah mengeluarkan kata-kata yang tidak seharusnya keluar padaku karena marahnya ibu pada ayah. Sekarang ibu melihat anaknya yang dulu tidak pernah membaggakanya, fisikku dulu yang membuat ibu malu untuk diperlihatkan pada kerabat-kerabat kerjanya.
Aku senang karena telah melakukan yang aku suka sampai pada impianku satu persatu terwujud, bonusnya aku berhasil membuktikan kepada ibu bahwa aku bukanlah beban untuknya karena aku adalah anaknya. Pembuktianku ini mungkin memang tidak langsung diwaktu dulu seperti anak lainnya yang begitu membanggakan orang tuanya, tapi sempat tertunda dan waktunya yang tepat untukku adalah saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H