*****
Direktur CIA saat itu, Stansfield Turner, mengakui tidak memperkirakan akan ada kebangkitan Revolusi Islam di Iran yang dipimpin Khomeini.
”Aku tidak yakin bahwa kami dari CIA pada waktu itu, mengerti tentang kebudayaan Iran dengan cukup baik. Bahwa ada gerakan rahasia yang berkembang menjadi penting,” aku Turner, yang menjabat direktur CIA tahun 1977-1981.
Sejak saat itu, Khomeini mengobarkan jihad, perang suci, melawan setan besar Amerika.
*****
Serangan balasan terjadi lagi pada 1983. Rakyat Iran yang didukung oleh kelompok Syiah, disebut sebagai dalang pengeboman kedutaan AS di Beirut dan markas CIA di Lebanon.
Ledakan kedutaan itu menewaskan 63 orang. Di antara korban adalah sembilan pekerja CIA, termasuk kepala stasiun CIA.
Rupanya CIA menghadapi musuh gaya baru. Sukar untuk ditemukan lokasinya. Sukar dihancurkan. Yakni aksi terorisme.
Dikatakan Turner, CIA mengalami dilema. Jika memilih pendekatan kekerasan, diyakini akan menimbulkan aksi balasan lagi. Sementara jika menyusupkan agen, juga menyebabkan masalah.
”Kami punya agen yang menyusup ke organisasi teroris. Ketika mereka mengatakan kepadanya, ’kau harus keluar dan membunuh ini dan itu, untuk membuktikan kepada kami bahwa kau adalah bagian dari kami’. Mereka menghadap kepadaku dan berkata, ’apakah kita mengijinkannya dan bisa memperoleh informasi dari dalam atau tidak?, ’Aku berkata tentu saja tidak’. Kami pun terpaksa menarik dia,” kata Turner.
Turner mengaku pilihan CIA sangat terbatas. Mereka tidak bisa menggunakan taktik yang sama dengan teroris secara legal. Benarkah?