Mohon tunggu...
Oktarano Sazano
Oktarano Sazano Mohon Tunggu... -

pencari hikmah

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cerpen : Lelaki yang Berteduh

29 Januari 2011   03:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:05 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

`Kau tahu hotel yang terdekat Pierre?`

Pierre mencari jawaban.

`Di Alen Mak, tiga mil dari sini. Kenapa?`

`Aku pikir aku butuh istirahat jika temanku tidak datang. Aku butuh kehangatan malam ini` Anna menutup kata terakhir dengan sedikit memonyongkan bibirnya yang sensual. Sebuah kerlingan genit dari mata bulat dengan alis yang persis semut beriring dikerjap-kerjapkan sedemikian rupa [seakan-akan memamerkan bulu matanya yang lentik]. Lelaki manapun akan sadar bahwa itu adalah sebuah ajakan.

`Apa kau mau mengantarkanku kesana jika hujan reda?` Anna mengulurkan badannya lebih dekat pada Pierre.

Pierre merasa tubuhnya sedikit bergetar. Rencananya ia akan memaksa Anna untuk menyerahkan semua perhiasannya lalu meninggalkan perempuan itu sendirian. Ia belum pernah melakukannya, mengancam perempuan baik-baik. Tapi Anna seperti mengundang masuk dirinya ke sebuah dunia yang membuat kepalanya berdenyar.

Anna menarik lebih kencang ikatan jas hitam yang melilit tubuhnya. Membentuknya menjadi sebentuk lekuk yang penuh dan sintal. Dengan sigap ia membusungkan dadanya lebih tinggi.

`Bagaimana?`

Pierre mengiyakan. Goresan-goresan dan carut marut kalimat kotor di tembok halte membuatnya teringat tentang sesuatu. Entah kenapa, wajah istrinya muncul kembali. Seorang perempuan setengah cantik berusia tiga puluh sedang menunggu di rumah. Ia terbayang kenakalan istrinya di tahu-tahun pertama pernikahan. Bercinta di tangga, karpet ataupun berdiri menempel di dinding. Getar-getar yang membuatnya begitu kembali menjadi begitu bergairah.

Anna membuka telapak tangan dan menjulurkannya kearah hujan. Beberapa tetes hujan sebesar jagung mendarat di ujung jemarinya.

`Aku suka hujan. Kau tahu kenapa?`

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun