Mohon tunggu...
Oktarano Sazano
Oktarano Sazano Mohon Tunggu... -

pencari hikmah

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cerpen : Lelaki yang Berteduh

29 Januari 2011   03:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:05 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pierre tidak tahu mengapa ia mesti berbohong, hati kecilnya yang menuntun. Sudah terlalu larut untuk pulang dan ia bersama seorang perempuan cantik. Ia merutuk dirinya sendiri tapi ia bisa merasakan naluri laki-lakinya tumbuh. Usianya tiga puluh tahun dan belum terlalu tua untuk perempuan seperti Anna.

Kepala Pierre berdenyut keras. Beberapa gelas Bulgarian Diamond di meja judi membuat otot-otot wajahnya menegang. `Sial, jangan sekarang,` ujarnya dalam hati. Tambah lagi wajah Barbara menjejal di fikirannya. Barbara yang setengah cantik tapi mulai membosankan muncul dimana-mana.

Ia berkenalan dengan Barbara di atas jembatan Mirabeau dan Seine yang mengalir dibawahnya. Ketika itu Barbara berusia 19 tahun, ramping dan mempesona seperti layaknya gadis-gadis Prancis. Mereka menikah secepatnya, pada tanggal baik pertama setelah perkenalan itu. Ayah Barbara takut Pierre berubah fikiran. `Tidak ada pemuda lain yang pantas dengan Barbara, ia mahasiswa Sorborne dan akan bekerja di kantor pemerintah. Barbara akan berkecukupan selamanya,` katanya kepada Pauline, istrinya yang menunjukkan sikap keberatan terhadap perkawinan yang buru-buru ini.

Lulus dari Sorborne, ia memutuskan bekerja di sebuah agen properti yang cukup besar di Paris. Lalu anak-anak itu lahir di tahun berikutnya. Jean Apollinaire, Paul Reverdy. Barbara mulai sibuk dengan anak-anak. Ia suka anak-anak tapi perhatian Barbara lebih besar pada mereka. Mengisi kekosongan ia mulai terbiasa berjudi. Tidak banyak.

Tapi semuanya berubah sejak sembilan bulan yang lalu. Selama hampir lima tahun bekerja, perusahaan tempatnya mencari nafkah membuka cabang di Bulgaria dan mengirimkannya kesana. Ia semakin kesepian hanya berjudi yang membuatnya bersemangat. Salah seorang teman memperkenalkannya pada Dimitri, lelaki pendek yang ramah. Semula hanya permainan judi belaka tapi dengan licik ia mengurungnya pada kegilaan semu. Blackjack dan dadu. Pertama hanya sekedar beberapa lev, namun terus naik puluhan lev, ratusan lev, dan akhirnya ribuan lev. Puncaknya malam ini. Ia bisa kehilangan rumahnya dan juga Barbara!

Hujan menetes dari ujung-ujung atap halte bus yang berwarna terakota dan membentuk kubangan di dekat kakinya. `Bangsat` gumamnya. Wajah Dimitri yang bulat seolah menatap dari pantulan air dengan mata yang mengejek. Sungguh, ia tidak takut dengan Dimitri tapi ia memiliki beberapa pengawal bertubuh kekar yang membuatnya harus tahu diri. Mungkin beberapa hari lagi mereka akan datang ke rumah dan membuat keributan besar! Pierre memejamkan matanya tidak berani membayangkan kejadian yang lebih tragis lagi.

Menit-menit yang senyap.

`Kau tidak apa-apa?`

Suara Anna membawa kembali kesadaran Pierre.

`Ya, aku tidak apa-apa. Sedikit tidak enak badan tapi tidak apa-apa`

Anna menarik rambutnya keatas daun telinga dan tersenyum

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun