Rencananya ia hendak menuju sekretariat komunitas asalist tempat dimana dia mengabdikan diri sebagai makhluk sosial. Berbagi, berkreasi dan menghidupkan bumi dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi makhluk bumi lainnya.
Peristiwa besar pun terjadi menjelang sore itu, Cidut terdengar menjerit histeris di kamar Nikita. Dan Nikita bergegas menuju pintu ke luar dan siap terbang dengan tenang. Tapi sang Bunda sudah mencegatnya di halaman dekat tiang jemuran.
"Apalagi yang kamu lakukan terhadap si Cidut, Niki?" tanya Bunda Niki. "Enggak apa-apa, nangis gitu aja kok." jawab Nikita sambil berusaha menghindari bundanya dan melangkah menuju pintu pagar.
"Engga apa-apa, kok nangis histeris begitu?" tanya Bunda Niki lagi sambil merentangkan tangannya menahan Nikita pergi. Nampak tatapan mata Bunda penuh selidik meski tidak mendelik.
"Dianya aja yang cengeng, baru dikelitikan pakai ujung pisau dapur aja nangis."Jawab Nikita langsung kabur. "Hah!" kali ini mata Bunda Nikita  terbuka lebar, bersamaan dengan mulutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H