Mohon tunggu...
Novita Nurfiana
Novita Nurfiana Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Eccedentesiast, ichthyophobia, gamophobic, Cynophobic

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lila yang Lupa

19 September 2016   17:02 Diperbarui: 19 September 2016   17:09 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sementara aku hanya bisa menangis dalam pelukannya hangatnya, merasakan tubuhnya di tiap mili kulitku dan menyimpannya erat di ujung-ujung syarafku. Aku menangis menggugu melepaskan rinduku padanya, rindu akan cintanya yang dulu selalu kuremehkan, cinta yang kini kuinginkan.

“Nanti aku akan lupa padamu lagi Than. “ katanya dengan suara yang bergetar dan napas yang memburu.

“Aku akan kembali pada ketiadaan waktu, dalam ruang yang sama sekali berbeda denganmu.” air matanya mulai mengalir menganak sungai  mengalir di dagunya dan membasahi pundakku.

“Maka sebelum aku kembali lupa, biarkan aku menyampaikan cintaku padamu, sekali lagi sebelum aku pergi lagi.”

===

Lila pergi lagi, melupakanku seorang diri dalam riuhnya dunia yang tanpa henti. Meninggalkanku sebuah amplop tebal berisi entah puluhan atau bahkan ratusan lembar surat yang dititipkannya pada perawat sebelum dia berangkat pergi.

Kubuka dan kubaca lembar demi lembar, tangisku pecah tak berkesudahan. Ditengah kesulitan mengingat huruf dia mengingatku dalam kehampaan. Semakin habis lembar yang kubaca semakin tak keruan tulisannya. Pada akhirnya di lima lembar terakhir yang tertulis hanyalah namaku, memenuhi semua halaman kertas.

Saat itu hatiku patah, dan seolah dihempas ke tanah, dia lalu pecah berkeping-keping. Lilaku melupakanku.

===

Nathan yang baik,

Ini surat pertama saat aku masih mengingatmu, entah apa yang sedang kau lakukan saat ini. Namun apapun yang sedang dan akan kau lakukan, berjanjilah untuk selalu berbahagia, untukku setidaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun