Sementara aku hanya bisa menangis dalam pelukannya hangatnya, merasakan tubuhnya di tiap mili kulitku dan menyimpannya erat di ujung-ujung syarafku. Aku menangis menggugu melepaskan rinduku padanya, rindu akan cintanya yang dulu selalu kuremehkan, cinta yang kini kuinginkan.
“Nanti aku akan lupa padamu lagi Than. “ katanya dengan suara yang bergetar dan napas yang memburu.
“Aku akan kembali pada ketiadaan waktu, dalam ruang yang sama sekali berbeda denganmu.” air matanya mulai mengalir menganak sungai mengalir di dagunya dan membasahi pundakku.
“Maka sebelum aku kembali lupa, biarkan aku menyampaikan cintaku padamu, sekali lagi sebelum aku pergi lagi.”
===
Lila pergi lagi, melupakanku seorang diri dalam riuhnya dunia yang tanpa henti. Meninggalkanku sebuah amplop tebal berisi entah puluhan atau bahkan ratusan lembar surat yang dititipkannya pada perawat sebelum dia berangkat pergi.
Kubuka dan kubaca lembar demi lembar, tangisku pecah tak berkesudahan. Ditengah kesulitan mengingat huruf dia mengingatku dalam kehampaan. Semakin habis lembar yang kubaca semakin tak keruan tulisannya. Pada akhirnya di lima lembar terakhir yang tertulis hanyalah namaku, memenuhi semua halaman kertas.
Saat itu hatiku patah, dan seolah dihempas ke tanah, dia lalu pecah berkeping-keping. Lilaku melupakanku.
===
Nathan yang baik,
Ini surat pertama saat aku masih mengingatmu, entah apa yang sedang kau lakukan saat ini. Namun apapun yang sedang dan akan kau lakukan, berjanjilah untuk selalu berbahagia, untukku setidaknya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!