Mohon tunggu...
Sawitania Situmorang
Sawitania Situmorang Mohon Tunggu... Ilmuwan - Responsible and Integrity

Dosen dan Peneliti

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berguru tentang Kemandirian dan Kerja Keras dari Masyarakat Tiga Ras

6 September 2020   12:15 Diperbarui: 6 September 2020   12:14 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
penampakan hotel SHS (dokumen pribadi: Alfrian Riyanto)

Peta Tiga Ras (daerah yang ditandai merah| Google Map)
Peta Tiga Ras (daerah yang ditandai merah| Google Map)
Meskipun tidak seluas desa lain disekitarnya namun di dalam desa ini tersimpan beragam potensi yang bila dikembangkan tidak akan kalah bersaing dari wilayah disekitarnya. Selain pantainya yang terkenal, terdapat potensi pertanian dan air terjun disana.

air terjun binanga sipinggan (dokumen pribadi: Alfrian Sihombing)
air terjun binanga sipinggan (dokumen pribadi: Alfrian Sihombing)
air terjun paris-paris di Pantai Paris (dokumen pribadi: Alfrian Sihombing)
air terjun paris-paris di Pantai Paris (dokumen pribadi: Alfrian Sihombing)
Sayangnya, ketika kami berkunjung ke desa ini, desa ini ibarat sebuah kawasan tak bertuan. Jalanannya sepi. Sampah berserakan dimana-mana. Entah apa yang terjadi pada daerah ini. 

Beberapa warga menyatakan bahwa sepinya pengunjung disebabkan karena dampak lockdown. Ada juga yang menyatakan bahwa Tiga Ras selama ini memang sepi pengunjung sebab hanya dijadikan sebagai tempat persinggahan sementara sebelum melanjutkan perjalanan ke lokasi tujuan wisatawan yang sesungguhnya. 

Penasaran dengan apa yang terjadi, kami pun berusaha memaksimalkan waktu selama tiga hari tersebut untuk bertanya pada warga guna menghindari terjadinya bias pada metode penarikan kesimpulan yang kami lakukan (terkait dengan rencana kegiatan pengabdian pada periode yang akan datang). 

Dari warga kami tahu bahwa seminggu sebelum kedatangan kami, ternyata UNESCO telah datang untuk meresmikan Danau Toba sebagai salah satu Global Geopark. Dari warga pula kami tahu bahwa seluruh jalanan belum dilengkapi dengan lampu jalan. 

Jangankan lampu jalan, kondisi jalanannya pun masuk kategori rusak berat bahkan untuk bagian jalan utama. Begitu juga dengan marka jalan, tempat sampah, dan fasilitas umum lainnya (termasuk toilet umum) yang menjadi unsur pendukung dalam mewujudkan kawasan pariwisata berkelas internasional. Semuanya belum tersedia.

kondisi jalanan yang sempit dan rusak berat (dokumen pribadi: Alfrian Sihombing)
kondisi jalanan yang sempit dan rusak berat (dokumen pribadi: Alfrian Sihombing)
kondisi jalanan menuju binanga sipinggan (dokumen pribadi: Alfrian Sihombing)
kondisi jalanan menuju binanga sipinggan (dokumen pribadi: Alfrian Sihombing)
kondisi jalan menuju Pantai Kenangan yang terjal, hanya bisa ditempuh dengan sepeda motor atau jalan kaki (dokumen pribadi: Alfrian Sihombing)
kondisi jalan menuju Pantai Kenangan yang terjal, hanya bisa ditempuh dengan sepeda motor atau jalan kaki (dokumen pribadi: Alfrian Sihombing)
sudut lain kondisi jalanan yang rusak (dokumen pribadi: Alfrian Sihombing)
sudut lain kondisi jalanan yang rusak (dokumen pribadi: Alfrian Sihombing)
Meskipun baru di sah kan menjadi "Global Geopark", namun isu pembangunan kawasan Danau Toba menjadi 1 dari 10 kawasan Bali baru telah lama didengungkan. Hal ini pula yang menarik perhatian kami pada mulanya untuk datang dan mengunjungi desa ini. 

Sebagai salah satu pintu masuk menuju Pulau Samosir, Desa Nagori Tiga Ras seharusnya terkena dampak positif (efek domino) dari pembangunan Kaldera Danau Toba dalam beberapa tahun terakhir (utamanya dari segi pembangunan infrastruktur dan peningkatan kesejahteraan). 

Berbagai Pintu Masuk ke Global Geopark (Pulau Samosir)
Berbagai Pintu Masuk ke Global Geopark (Pulau Samosir)
Namun, tidak begitu kenyataannya. Berdasarkan keterangan warga, yang dilihat di depan mata sepanjang mata memandang berasal dari kantong warga itu sendiri (swadaya) baik dari segi permodalan maupun tenaga kerja. 

Hal ini disebabkan karena untuk penggunaan dana desa pun mereka TIDAK AKSES. Padahal berdasarkan UU No. 6 Tahun 2014 tentang desa, dana desa merupakan dana yang dialokasikan dalam APBN, diperuntukkan bagi desa dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan masyarakat, dan pemberdayaan masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan publik di desa, mengentaskan kemiskinan, memajukan perekonomian desa, dan mengatasi kesenjangan pembangunan antar-desa. 

Yang lebih membingungkan lagi, berdasarkan data yang tertera pada situs Kemendesa, pada tahun 2019, alokasi dana desa yang tersalur ke  desa Nagori Tiga Ras tercatat sebesar Rp. 739.644.000,00. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun