Hari-hari di kelas 11 berlalu dengan cepat, dan Cinta merasa semakin nyaman dengan ritme hidupnya. Meskipun tetap sibuk, ia kini tahu cara mengelola waktunya lebih baik. Ia menjadi lebih disiplin, dan rasa percaya dirinya tumbuh. Cinta juga semakin dekat dengan Laras. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, berbicara tentang masa depan, dan saling memberi dukungan. Laras, yang semula cemas dan ragu tentang masa depan, kini mulai merasa lebih tenang, berkat dukungan dari Cinta dan teman-temannya.
Memasuki kelas 12, tantangan baru muncul. Ujian akhir semakin mendekat, dan persiapan untuk menghadapi SBMPTN atau ujian masuk universitas menjadi lebih intens. Cinta merasa tekanan yang lebih besar, tetapi ia tidak lagi merasa sendirian. Di tengah rutinitas yang padat, dukungan dari Raka, Laras, dan teman-teman PMR menjadi hal yang sangat berarti. Setiap hari, mereka saling memberikan semangat, baik di sekolah, di ruang PMR, maupun di luar sekolah.
Pada suatu sore, setelah latihan PMR yang melelahkan, Cinta duduk bersama Laras di bangku taman. Mereka berdua saling berbicara tentang ujian yang semakin dekat.
"Ras, gimana persiapannya?" tanya Cinta, sambil menyandarkan punggungnya di bangku taman yang nyaman.
Laras tersenyum, meskipun wajahnya tampak sedikit lelah. "Aku masih berusaha sekuat tenaga, Cin. Meskipun rasanya capek banget, tapi aku tahu aku nggak bisa menyerah. Kita udah jauh banget sampai sini, kan?"
Cinta mengangguk. "Iya, kita udah jauh, Ras. Kita pasti bisa lewat ini semua. Kita udah belajar banyak, dan tinggal satu langkah lagi. Kita hadapi bareng-bareng, ya?"
Laras memegang tangan Cinta dengan erat, "Terima kasih, Cin. Tanpa kalian, aku nggak tahu apa yang akan terjadi. Kita pasti bisa, kan?"
Cinta tersenyum. "Pasti. Kita udah berjuang keras. Sekarang, waktunya untuk memberi yang terbaik."
Setelah percakapan itu, Cinta merasa lebih yakin. Mereka sudah melewati banyak hal bersama, dan kini, mereka hanya perlu fokus pada ujian yang sudah di depan mata. Semua yang mereka usahakan selama ini akan terbayar, meski perjalanan menuju impian masih panjang.
Saat ujian akhir tiba, Cinta merasa siap. Meski ada rasa cemas, ia tahu bahwa ia telah berusaha sebaik mungkin. Di dalam ruang ujian, ia mengingat segala hal yang telah ia pelajari, segala dukungan yang ia terima dari teman-temannya, dan keyakinan bahwa usaha kerasnya akan membuahkan hasil. Ia mengerjakan soal-soal dengan penuh percaya diri, berusaha untuk tetap tenang meskipun suasana di sekitar terasa penuh tekanan.
Beberapa minggu kemudian, hasil ujian diumumkan. Ketika nama Cinta dipanggil sebagai salah satu siswa dengan nilai terbaik, ia hampir tidak percaya. Rasa bangga dan haru memenuhi hatinya. Tidak hanya berhasil lulus dengan nilai yang baik, tetapi ia juga berhasil masuk ke universitas yang ia impikan. Rasa lelah, perjuangan, dan semua tantangan selama ini akhirnya terbayar dengan hasil yang manis.