“Pak A-jen-dro”.
“Bukan, Pak”.
“Damaaan,” seseorang memanggil nama laki-laki itu yang rupanya bekerja di rumah itu.
“Ya, Bu,” laki-laki itu berlari masuk ke ruang tamu yang sedikit terbuka.
Aku nyaris sampai ke mobilku, ketika kudengar laki-laki yang bernama Daman itu memanggilku, “Paak, sebentar“.
“Bapak darimana?” tanyanya terengah-engah.
“Saya Pak Azis dari penerbit Purnama”.
“Pak Azis dipersilakan masuk.”
Dengan hati bersorak aku memasuki pekarangan yang tertata rapi.
Tatapanku terhenti pada sosok perempuan yang sungguh cantik. Ini tentu isteri Pak Ajendro. Oo, betapa banyak yang patah hati jika mengetahui Pak Ajendro telah beristeri secantik ini.
“Pak Azis?”