Saat ditanya mengapa ia memiliki banyak channel, ia menjawab bahwa sebagai YouTuber profesional, ia harus siap dengan kemungkinan bahwa setiap channel suatu hari akan ditinggalkan penontonnya. Apabila ia ingin bertahan hidup dari penghasilannya di YouTube, maka ia harus membuat channel-nya senantiasa menggurita dengan tetap berpusat pada image dirinya selaku host.
Dengan cara demikian, ia tidak hanya mengandalkan pemasukan dari iklan di YouTube, melainkan juga dari usaha lain seperti mencari sponsor, memasang link afiliasi, hingga berjualan merchandise. Tidak ketinggalan, ia juga berinvestasi di index fund menggunakan sebagian pemasukannya secara rutin sehingga pun suatu hari YouTube tidak lagi populer sebagai platform, YouTuber ini sudah mengamankan sumber pemasukan lain.
Akhir kata, inilah lima tips yang dapat penulis bagikan dengan berkaca pada pengalaman diri sendiri dan orang lain. Semoga para pembaca dapat memetik sesuatu dari tulisan ini yang dapat diterapkan pada kehidupan masing-masing. Semoga pula waktu-waktu sulit seperti sekarang akan segera berlalu dan kita dapat kembali pada masa-masa sejahtera seperti saat sebelum pandemi.
Referensi
Classon, G. S. (1926). The Richest Man in Babylon. Amerika Serikat: Penguin Books.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H