Dan akhirnya melalui pengalaman yang sedemikian rupa ini, penulis dapat menarik beberapa pelajaran menarik yang sekarang akan gantian penulis bagikan kepada para pembaca. Di bawah ini akan penulis sajikan semua yang terpikirkan sepanjang proses pembuatan tulisan ini, namun apabila ada hal lain yang para pembaca anggap penting, mohon kesediaannya untuk turut membagikan di kolom komentar agar dapat dibaca oleh pembaca lainnya.
Pertama, kesiapan finansial dimulai dari persiapan di masa-masa sejahtera, bukan di saat krisis tiba. Dongeng mengenai semut yang menimbun makanan selama musim panas untuk mencukupi kebutuhannya dan bahkan juga tetangganya yang malas di musim dingin memiliki gemanya di sini.
Banyak yang berbicara mengenai perlunya berinvestasi selagi muda sembari mencari pekerjaan yang memiliki bayaran tinggi, sampai-sampai kebijaksanaan tua mengenai menabung terabaikan oleh sebagian orang.
Padahal jika mau dirunut, keberhasilan investasi atau pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang sehingga mampu menuai hasil yang memuaskan selalu didahului oleh kecukupan tabungan untuk membiayai proyek tersebut.
Tanpa tabungan yang cukup, apa bagusnya return investasi sepuluh kali lipat terhadap modal yang hanya sebesar Rp. 1,000? Dan tanpa tabungan yang cukup, bagaimana kita dapat menempuh pendidikan yang diperlukan untuk pekerjaan bergaji besar tanpa hidup berkekurangan?
Oleh karena itu, kita perlu membiasakan diri untuk menabung dan mulai berusaha sedini mungkin pada saat masa-masa sejahtera sebelum tiba masa sulit.
Kedua, pahami bahwa kesuksesan finansial merupakan persamaan dengan dua komponen di dalamnya, yakni seberapa banyak yang Anda hasilkan dan seberapa kecil yang Anda keluarkan. Di dalam buku "The Richest Man in Babylon" karya George S. Classon, salah satu pelajaran penting yang termuat di sana adalah pentingnya untuk memikirkan seberapa banyak yang dapat Anda sisihkan dari pemasukan untuk diri Anda sendiri.
Ketika berbicara mengenai hal tersebut, yang dimaksud bukanlah seberapa banyak yang dapat Anda foya-foyakan, melainkan seberapa banyak yang dapat ditabung dan diinvestasikan. Hari-hari ini, kita mungkin kerap mendengar betapa banyaknya orang yang berpenghasilan miliaran namun tetap terlilit utang dan tidak dapat berhenti bekerja keras tiap hari hanya demi menyambung hidup.
Kesuksesan finansial, yang sebelumnya penulis buka dengan pentingnya menabung, kemudian dipertegas pada poin kedua ini melalui pentingnya mengalokasikan pengeluaran dari apa yang Anda peroleh. Selalu pertanyakan setiap kali Anda memperoleh uang, pengeluaran apa saja yang dapat diminimalisir dan bagaimana uang ini dikelola agar di hari esok gantian uang ini yang bekerja untuk Anda.
Ketiga, sehubungan dengan meminimalisir pengeluaran, cobalah memanfaatkan sarana yang ada saat ini yang masih dapat diberikan orang lain. Hidup dengan orang tua setelah lulus dan telah bekerja mungkin terdengar buruk bagi para fresh graduate karena nampak tidak bertanggung jawab. Akan tetapi di sisi lain, hidup menumpang ini juga memungkinkan mereka untuk mengurangi pengeluaran yang sebaliknya akan muncul jika hidup sendiri.
Sebagai permulaan, para fresh graduate ini tidak perlu pusing memikirkan pengeluaran untuk listrik, makan, dan tempat tinggal. Gaji yang mungkin hanya sebatas UMR dapat disisakan setiap bulannya untuk ditabung dan diinvestasikan sehingga nantinya ketika sudah harus tinggal terpisah dari orang tua, mereka bukan hanya sudah memiliki gaji yang lebih besar seiring dengan promosi jenjang karir, melainkan juga memiliki bantalan keuangan yang tebal untuk mengantisipasi situasi buruk di masa depan atau pun untuk membeli rumah, kendaraan, dan sebagainya yang bagi sebagian generasi milenial adalah mimpi yang mungkin tidak akan pernah terwujud.