Mohon tunggu...
Satya Anggara
Satya Anggara Mohon Tunggu... Lainnya - Academic Researcher and Investor

Menyajikan tulisan seputar dunia investasi, bisnis, sosial, politik, humaniora, dan filsafat. Untuk korespondensi lebih lanjut, silahkan hubungi melalui kontak yang tertera di sini.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

"Perusahaannya Untung, tapi Kok Nggak Pernah Bagi Dividen?" Belajar dari Dinamika RUPS dan Laporan Keuangan Emiten

14 September 2020   08:00 Diperbarui: 14 September 2020   08:08 3650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Atas dasar fakta bahwa PNIN dan Panin Bank sama-sama merupakan anak usaha dari Panin Group, RUPS ini dilaksanakan di kantor pusat Panin Bank, tepatnya di salah satu kafe di sebelah pintu masuk yang disulap menjadi ruang rapat dadakan.

Pelajaran pertama ketika pembaca ingin menghadiri RUPS di mana pun: walaupun namanya rapat, tak jarang tata letaknya lebih seperti sebuah talk show atau seminar dengan deretan kursi menghadap ke depan panggung yang dilengkapi layar proyektor dan meja bagi perwakilan petinggi perusahaan yang bertugas menyampaikan laporan (Jadi sebetulnya tidak terlalu prestisius seperti anggapan awam).

Entah karena sedang pandemi Covid-19 atau karena struktur pemegang saham yang ramping (atau karena keduanya), rapat dihadiri tidak lebih dari 20 orang pemegang saham (termasuk penulis). Sisanya ada yang hadir secara elektronik pada saat voting.

Dibandingkan dengan RUPS lain seperti misalnya RUPS BNI yang penulis hadiri Februari lalu, kondisinya memang tidak seramai dan semegah saat itu. Ah tapi lebih penting substansi ketimbang tampilan luarnya, kan? Apa artinya RUPS yang megah jika kinerja perusahaannya buruk?

Tentang RUPS sebaiknya penulis simpan untuk lain waktu. Sekarang penulis akan mengajak para pembaca untuk melompat agak jauh langsung ke sesi tanya-jawab pada mata acara usulan penggunaan laba bersih perusahaan.

Dalam laporan kinerja tahun 2019, seperti yang dapat diakses di laporan keuangan perusahaan, PNIN melaporkan laba bersih yang dapat diatribusikan langsung kepada pemegang saham sebesar Rp. 1,4 triliun (perhatian: ini berbeda dengan laba bersih keseluruhan sebesar Rp. 2,2 triliun yang termasuk di dalamnya bagian kepentingan non-pengendali alias bagian keuntungan dari perusahaan lain yang sebagian kecil sahamnya dimiliki perusahaan).

Apakah angka ini fantastis? Di atas kertas, iya. Jika dikalkulasi, laba bersih per lembar saham (lebih populer disebut Earning per Share atau EPS) adalah sebesar Rp. 339,05. Dengan harga saham yang saat ini berada di sekitar level Rp. 700 – Rp. 800 per lembar, return ini tergolong besar.

Sebagai perbandingan, bunga deposito bank saat ini berkisar di level 5% untuk bank-bank besar. Sementara itu return yang PNIN berikan berdasarkan angka ini berkisar antara 40 – 50% (tergantung pergerakan harga sahamnya).

Yang lebih menariknya, kinerja seperti ini bukan hanya terjadi tahun ini saja, melainkan selama beberapa tahun terakhir.

Situasi ini kemudian memunculkan sebuah pertanyaan yang untungnya sudah disuarakan oleh seorang pemegang saham pada saat sesi tanya jawab, “Kok PNIN hampir tidak pernah membagikan dividen?” Ya, PNIN sudah tujuh tahun ini tidak membagi dividen, dengan dividen terakhir pada tahun 2013 sebesar Rp. 5 per lembar saja.

Jawaban saat itu dari salah seorang petinggi perusahaan adalah karena saat ini sedang pandemi dan perusahaan harus menyiapkan dana ekstra. Seperti yang dapat pembaca tebak dari jawaban normatif semacam itu, si penanya pun kembali membalas,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun