Mohon tunggu...
Satrio Arismunandar
Satrio Arismunandar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis buku, esais, praktisi media, dosen ilmu komunikasi, mantan jurnalis Pelita, Kompas, Media Indonesia, Majalah D&R, Trans TV, Aktual.com. Pendiri Aliansi Jurnalis Independen (AJI).

Penulis buku, esais, praktisi media, dosen ilmu komunikasi, mantan jurnalis Pelita, Kompas, Media Indonesia, Majalah D&R, Trans TV, Aktual.com. Pendiri Aliansi Jurnalis Independen (AJI).

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Hoaks Bahaya BPA di Air Galon Isi Ulang dan Kompetensi Narasumber

4 Agustus 2021   06:28 Diperbarui: 23 September 2022   07:33 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Arzeti Bilbina (foto: Kompas.com)

Aspek yang perlu digarisbawahi terkait praktik jurnalisme di sini adalah pentingnya pemilihan nara sumber yang tepat. Para jurnalis harus cermat dan hati-hati dalam memilih nara sumber, karena ucapan nara sumber itu akan disebarkan ke publik.

Pernyataan nara sumber bisa berpengaruh ke publik. Apalagi jika narasumber itu adalah selebritas atau tokoh terkenal. Entah dia artis, fotomodel, bintang film, anggota DPR RI, dan sebagainya. Arzeti memenuhi ciri-ciri nara sumber semacam itu.

Kompetensi Nara Sumber

Dalam hal liputan semacam, ini, jurnalis harus melihat beberapa hal pada diri si nara sumber dan kecocokannya dengan topik liputan yang dibahas.

Pertama, soal kapasitas. Dalam kapasitas apa dan di level mana si nara sumber itu bicara? Dalam kasus Arzeti, apakah dia bicara selaku seorang ibu rumah tangga dengan sekian anak, sebagai foto model, bintang film, atau sebagai anggota DPR RI? Apakah kapasitasnya cocok dengan materi yang dibicarakan?

Sebagai contoh, jurnalis boleh mewawancarai seorang pemilik warung tegal, untuk melihat gambaran sekilas tentang dampak pandemi Covid-19 terhadap pengusaha ekonomi mikro.

Tetapi, jika si jurnalis ingin melihat prospek ekonomi makro Indonesia, serta proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun depan, tentunya sangat tidak pas jika dia mengandalkan pada wawancara dengan seorang pemilik warung kecil. Dia mungkin perlu mewawancarai pakar ekonomi dari UI, LIPI, INDEF atau CSIS.

Kedua, soal kompetensi. Apakah nara sumber memiliki kompetensi untuk membahas materi bersangkutan? Arzeti jelas memiliki kompetensi dalam hal dunia foto model dan keartisan, yang sudah dijalaninya selama bertahun-tahun sebelum menjadi anggota DPR RI.

Tetapi apakah dia memiliki kompetensi untuk bicara tentang bahaya BPA di air kemasan dalam galon isi ulang? Tentang dampak BPA terhadap kesehatan anak dan ibu hamil? Apakah latar belakang pendidikan dan pengalaman kerjanya menunjang untuk membahas soal dampak BPA itu?

Ketiga, soal otoritas dan kewenangan. Seorang nara sumber seharusnya sadar diri dan hanya bicara dalam batas-batas otoritas dan kewenangannya. Bukan malah omong besar.

Soal Kredibilitas Nara Sumber

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun