Ahh, suara peluit sayup terdengar di balik pohon. Gelap menyapa, menahan kaki-ku mendekat ke arah suara di balik pohon besar.
Kanaya menjadi gelisah, dan terus menyalakan senter HP-nya, terus melawan gelap. Dia melihat ada Sinar memancar, seperti mata yang menyala yang mulai membesar, mendekat ke arah kami.
"Syukurlah," batinku.
 "Ini jeriken, masih berisi bensin sedikit, bekas menyimpan bensin cadangan untuk motor-kami, sayang dibuang," ujarnya.
Ah, harapku, jeriken tadi berisi air. Ya sudahlah, kuminta Her dibantu Lukman mencari ranting-kering, membuat api unggun kecil dengan bensin, sebagai penerangan sementara.
Suara peluit itu, terdengar lagi dari arah pohon besar di belakang kami. Cerita mistis itu, menebalkan rasa takutku.
Kanaya kembali gelisah. Kevin takut melihat api dan meringis. Nyamuk mulai genit menempel di kulit. Suara tepukan ke kulit, berkali-kali terdengar menggema.
"Semua pakai lotion anti-nyamuk dulu, banyak Nyamuk hutan, bisa demam nanti," ujar Lukman, merogoh isi tasnya.
"Peluit itu, pertanda ada yang minta tolong," ucap Amat, ketika mendengarnya.
Astaga, jangan-jangan hantu? Oh iya, aku baru ingat Fred, dan segera menengok ke arah pohon besar itu. Lalu kuhubungin HP-nya tak terangkat.