Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Antara "Sekolah Mangkat Dewe", Zonasi dan Kemandirian Peserta Didik

22 Juli 2024   04:27 Diperbarui: 22 Juli 2024   04:51 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mindset 90an ini mungkin masih terbawa hingga kini dan menjadi polemik ketika diberlakukan sistem zonasi. Pengalaman saya sewaktu di bangku SD, adalah gambaran sebenarnya peserta didik justru lebih menyukai sekolah yang jaraknya dekat, ketimbang sekolah favorit.

Lalu bagaimanakah dalam membuat mindset para orang tua wali murid terpikir untuk menyekolahkan anaknya pada sekolah yang jaraknya dekat, untuk melatih kemandirian dirinya, berikut ulasannya.

Percepat Merger Sekolah

Imbas dari pemberlakuan sistem zonasi dalam PPDB adalah banyaknya sekolah negeri yang sedikit menerima peserta didik baru atau bahkan sama sekali tidak menerima satu pun pendaftaran.

Hal tersebut menurut saya wajar-wajar saja, utamanya yang sekolah dasar, dikarenakan tidak setiap area zonasi merupakan wilayah padat penduduk dan tentunya ada sebagian besar orang tua yang menyekolahkan anaknya di sekolah yang terlabel "sekolah negeri favorit", serta mulai banyaknya sekolah dasar swasta yang berdiri dimana-mana.

Pihak Dinas Pendidikan perlu gerak cepat memetakan sekolah mana saja yang harus segera dimerger. Di area kota Surakarta, saya lihat sudah ada beberapa SD yang dimerger, namun belum semuanya.

Hal ini sangat mendesak untuk disegerakan, karena untuk mensupport sekolah-sekolah yang area padat penduduk. Biasanya sekolah yang dimerger atau digabungkan, bangunannya diperbaharui dan kualitas sarana dan prasarana bisa jauh lebih baik. Artinya diharapkan ketika beberapa sekolah dimergerkan, maka kualitas sekolahnya bisa meningkat.

Jalan Raya Ramah Anak

Jika kita melihat di Jepang, banyak sekali marka lalin jalanan serta rambu lalu lintas yang mensupport perjalanan pedestarian khusus bagi pelajar. Belum lagi di sana ada semacam kesadaran kode etik bagi orang dewasa di jalanan untuk membantu keselamatan para pelajar di jalan raya, seperti membantu menyeberangkan, hingga kendaraan yang mau berhenti, jika ada rombongan pelajar hendak menyeberang.

Hal ini tentunya harus patut untuk ditiru dan dipakai di Indonesia. Kebanyakan marka penyeberangan anak sekolah itu diadakan jika ada permintaan dari Sekolah kepada Dishub dan Satlantas. Kedepannya seharusnya kedua instansi ini justru harus wajib memetakan dan membuat marka dan rambu yang membantu keselamatan para pelajar, tanpa harus menunggu permintaan dari sekolah setempat.

Keberadaan marka penyeberang jalan dan rambu lalin yang membantu keselamatan para pelajar tentunya akan mendukung terwujudnya jalan yang ramah anak. Para orang tua pun tidak terlalu mengkhawatirkan anaknya yang pergi ke sekolah sendirian berjalan kaki.

Kerjasama Polsek / Satlantas

Ada baiknya pihak sekolah berkerja sama dengan Polsek atau Satlantas untuk pengamanan lalu lintas di sekitar jalan raya sekolah pada saat keberangkatan dan kepulangan para pelajar.

Saya rasa itu bukan menjadi beban bagi pak polisi, justru memang harus dilakukan untuk melindungi segenap warganya yang di dalam wilayah wewenangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun