Mindset 90an ini mungkin masih terbawa hingga kini dan menjadi polemik ketika diberlakukan sistem zonasi. Pengalaman saya sewaktu di bangku SD, adalah gambaran sebenarnya peserta didik justru lebih menyukai sekolah yang jaraknya dekat, ketimbang sekolah favorit.
Lalu bagaimanakah dalam membuat mindset para orang tua wali murid terpikir untuk menyekolahkan anaknya pada sekolah yang jaraknya dekat, untuk melatih kemandirian dirinya, berikut ulasannya.
Percepat Merger Sekolah
Imbas dari pemberlakuan sistem zonasi dalam PPDB adalah banyaknya sekolah negeri yang sedikit menerima peserta didik baru atau bahkan sama sekali tidak menerima satu pun pendaftaran.
Hal tersebut menurut saya wajar-wajar saja, utamanya yang sekolah dasar, dikarenakan tidak setiap area zonasi merupakan wilayah padat penduduk dan tentunya ada sebagian besar orang tua yang menyekolahkan anaknya di sekolah yang terlabel "sekolah negeri favorit", serta mulai banyaknya sekolah dasar swasta yang berdiri dimana-mana.
Pihak Dinas Pendidikan perlu gerak cepat memetakan sekolah mana saja yang harus segera dimerger. Di area kota Surakarta, saya lihat sudah ada beberapa SD yang dimerger, namun belum semuanya.
Hal ini sangat mendesak untuk disegerakan, karena untuk mensupport sekolah-sekolah yang area padat penduduk. Biasanya sekolah yang dimerger atau digabungkan, bangunannya diperbaharui dan kualitas sarana dan prasarana bisa jauh lebih baik. Artinya diharapkan ketika beberapa sekolah dimergerkan, maka kualitas sekolahnya bisa meningkat.
Jalan Raya Ramah Anak
Jika kita melihat di Jepang, banyak sekali marka lalin jalanan serta rambu lalu lintas yang mensupport perjalanan pedestarian khusus bagi pelajar. Belum lagi di sana ada semacam kesadaran kode etik bagi orang dewasa di jalanan untuk membantu keselamatan para pelajar di jalan raya, seperti membantu menyeberangkan, hingga kendaraan yang mau berhenti, jika ada rombongan pelajar hendak menyeberang.
Hal ini tentunya harus patut untuk ditiru dan dipakai di Indonesia. Kebanyakan marka penyeberangan anak sekolah itu diadakan jika ada permintaan dari Sekolah kepada Dishub dan Satlantas. Kedepannya seharusnya kedua instansi ini justru harus wajib memetakan dan membuat marka dan rambu yang membantu keselamatan para pelajar, tanpa harus menunggu permintaan dari sekolah setempat.
Keberadaan marka penyeberang jalan dan rambu lalin yang membantu keselamatan para pelajar tentunya akan mendukung terwujudnya jalan yang ramah anak. Para orang tua pun tidak terlalu mengkhawatirkan anaknya yang pergi ke sekolah sendirian berjalan kaki.
Kerjasama Polsek / Satlantas
Ada baiknya pihak sekolah berkerja sama dengan Polsek atau Satlantas untuk pengamanan lalu lintas di sekitar jalan raya sekolah pada saat keberangkatan dan kepulangan para pelajar.
Saya rasa itu bukan menjadi beban bagi pak polisi, justru memang harus dilakukan untuk melindungi segenap warganya yang di dalam wilayah wewenangnya.