Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Antara "Sekolah Mangkat Dewe", Zonasi, dan Kemandirian Peserta Didik

22 Juli 2024   04:27 Diperbarui: 23 Juli 2024   12:55 705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada lagu "Mangkat Sekolah", saya tertarik pada lirik "Sekolah mangkat Dewe", dimana mengandung makna bahwa bukan kepada si anak mencoba berangkat sekolah sendiri, tetapi kepada jarak sekolah ke rumah memang berdekatan.

Anak-anak SD -- SMP Jepang berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki sendiri, itu dikarenakan sudah memberlakukan sistem zonasi selama puluhan tahun. Lalu kenapa di Indonesia ketika memberlakukan sistem zonasi menjadi heboh.

Mau Zonasi, NEM atau ujian tes calistung, semuanya menurut saya sama saja, jikalau ada pertentangan, maka yang salah bukan sistemnya, tetapi mindset para stakeholder pendidikan kita.

Sistem zonasi dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB), selain bertujuan untuk pemerataan kualitas sekolah-sekolah negeri, juga bertujuan untuk melatih peserta didik untuk mandiri bisa berangkat ke sekolah, tanpa harus diantarkan oleh orang tuanya.

Wajar ketika sekarang kita lihat masih melihat banyak orang tua yang mengantarkan anak ke sekolah, dikarenakan jarak antara sekolah dan rumahnya memang jauh dan ditambah traffic lalu lintas negara kita yang rawan laka lantas, utamanya di pagi hari.

Saya sendiri sewaktu di bangku sekolah dasar, pernah mengalami dua kali pindah sekolah, dikarenakan mengikuti ayah dinas mutasi. Sewaktu saya di kelas 1 hingga kelas 2 SD, jarak sekolah dan rumah sangat dekat, dan waktu itu berani berangkat dan pulang sendirian, walau kadang sampai rumah masih menangis, karena dijahili teman.

Namun sewaktu kelas 3 hingga kelas 6 SD saya pindah sekolah ikuti ayah dinas mutasi beda kota, waktu itu saya justru sering diantar dan dijemput oleh orang tua, karena jarak sekolah dan rumah lumayan jauh. Sebenarnya ada sekolah yang di dekat rumah, namun jaman itu masih eranya sekolah negeri 'favorit', orang tua tetap rela menyekolahkan saya di SD favorit, walau cukup jauh jaraknya.

Mindset 90an ini mungkin masih terbawa hingga kini dan menjadi polemik ketika diberlakukan sistem zonasi. Pengalaman saya sewaktu di bangku SD, adalah gambaran sebenarnya peserta didik justru lebih menyukai sekolah yang jaraknya dekat, ketimbang sekolah favorit.

Lalu bagaimanakah dalam membuat mindset para orang tua wali murid terpikir untuk menyekolahkan anaknya pada sekolah yang jaraknya dekat, untuk melatih kemandirian dirinya, berikut ulasannya.

Percepat Merger Sekolah

Imbas dari pemberlakuan sistem zonasi dalam PPDB adalah banyaknya sekolah negeri yang sedikit menerima peserta didik baru atau bahkan sama sekali tidak menerima satu pun pendaftaran.

Hal tersebut menurut saya wajar-wajar saja, utamanya yang sekolah dasar, dikarenakan tidak setiap area zonasi merupakan wilayah padat penduduk dan tentunya ada sebagian besar orangtua yang menyekolahkan anaknya di sekolah yang terlabel "sekolah negeri favorit", serta mulai banyaknya sekolah dasar swasta yang berdiri dimana-mana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun