Pemandangan seperti sudah cukup sering saya lihat di setiap tempat rumah makan yang saya sambangi. Kadang saya berpikir, masalah pendidikan di Negara kita bukanlah pada kurikulum, tetapi masalah kepatutan role model dalam pola asuh keluarga kita.
Artinya jika melarang anak untuk tidak bermain smartphone saat makan, maka orangtuanya pun juga tidak makan sambil menonton tik tok atau Youtube. Pada saat sesi mengajari anaknya di rumah pun harus konsentrasi penuh, tidak sambil bermain smartphone.
Budayawan Sujiwo Tedjo sering mengulas hal ini dalam beberapa acara di televisi, dimana dia tidak menyukai fenomena jaman sekarang dimana banyak orang yang bicara tatap langsung, tapi matanya justru memandangi smartphone bukan kepada lawan bicaranya, dari sudut pandang adab etika, itu hal yang tak baik. Maka dari itu, sebelum Anda menertibkan screen time pada anak Anda, tertibkan juga screen time anda juga, berusahalah di jam-jam prime time seperti belajar bersama atau bermain bersama anak menjauhkan diri dari smartphone.
Penilaian dan Evaluasi
Anak saya yang masih duduk di sekolah dasar, hingga kini tidak saya belikan smartphone, bukannya tak mampu, tetapi saya secara pribadi, secara mentalnya dia belum siap diberikan tanggung jawab untuk memiliki smartphone sendiri. Untuk hiburan main game, dia cukup bermain games di laptop saya. Kesemua gamenya adalah offline dan lebih mengarah ke edukasi.
Hal tersebut adalah bentuk dari penilaian dan evaluasi dari orang tua tentang kecakapan anaknya jika seandainya diberikan smartphone khusus untuk dirinya. Semua kembali ke orangtuanya masing untuk paramaternya, entah itu bisa dilihat dari prestasi belajarnya, manajamen waktunya atau kesigapan dirinya jika diperintah oleh orang tuanya.
Pernah suatu kali saya merazia salah satu smartphone  murid  saya, dimana dia memiliki banyak grup whastsapp yang berkaitan dengan perkumpulan para gamers Mobile Legend, Free Fire dan game online lainnya.Â
Ketika saya tanyakan hal tersebut kepadanya, alasannya agar tidak ketinggalan yang update tentang fitur-fitur game online dan bisa janjian mabar (main bareng).Â
Saya pun geleng-geleng kepala, kok bisa sempat-sempatnya punya grup whatsapp game online sebanyak itu untuk anak seusianya, atau apakah saya yang tidak sempat mengikuti perkembangan zaman. Saya pun hanya bisa mengedukasinya agar pintar-pintar membagi waktu
Dunia pendidikan Indonesia sempat dihebohkan dengan terbongkarnya grup Whatsapp siswa LGBT di sebuah sekolah dasar di Riau pada pertengahan tahun 2023. Tentunya hal tersebut harus menjadi perhatian kita bersama dalam mengawasi dan mengevaluasi anak-anak kita dalam menggunakan smartphonenya.
World Health Organization (WHO) memberikan aturan screen time untuk anak yang dikeluarkan pada tahun 2019 memberikan rincian bahwa Bayi hingga usia 1 tahun, tidak disarankan untuk menatap layar gawai sama sekali , kemudian Anak berusia 2--5 tahun, screen time maksimal 1 jam per hari. Sementara anak berusia 6-12 tahun, screen time yang dianjurkan sebanyak maksimal 90 menit per hari.
Buku Adalah yang Terbaik
Anak Anda 'gabut', lebih baik belikan atau pinjamkan mereka buku yang banyak, arahkan mereka untuk membaca buku konvensional. Buku adalah sarana terbaik bagi mereka untuk mengasah kemampuan kognitifnya.