Mereka pun terheran dengan pembagian waktu tersebut dan saya jelaskan pula bahwa orang tua di jaman itu rata-rata memang memberlakukan hal yang sama seperti itu bukan karena semata-mata ketertiban, tetapi di jaman dulu itu rata-rata keluarga punya TV hanya satu, dan memainkan game console seperti Nintendo atau Sega harus menggunakan media TV, sehingga orang tua hanya memberikan ijin bermain game pada waktu-waktu tertentu, berbeda dengan smartphone yang bisa dimainkan dimana saja dan kapan saja.
Artikel ini tidaklah bermaksud untuk menggurui para orangtua yang masih memberikan kebijakan kepada anaknya untuk mempunyai smartphone sendiri, karena itu sudah ranah rumah tangga masing-masing. Namun setidaknya bisa memberikan pencerahan bagi ayah bunda sekalian, tentang penerapan screen time pada anak. Karena kami para pendidik merasakan ada hambatan pembelajaran di sekolah akibat dari over screentime pada peserta didik di rumah.
Lalu apa sajakah yang harus menjadi perhatian kita bersama dalam penerapan screen time pada anak-anak kita dengan bijaksana?
Berikut hal-hal kiranya yang bisa dijadikan concern bagi ayah bunda dalam menerapkan kebijakan screentime.
Sadari Bahaya Over Screentime
Menurut P2PTM Kemenkes RI dalam laman resminya memaparkan beberapa efek apabila anak terlalu lama menatap gawai smartphonenya yaitu seperti mengganggu kesehatan mata, meningkatnya risiko obesitas, menganggu tumbuh kembang otak anak hingga membuat anak malas berpikir.
Sudah banyak orangtua yang memberikan smartphone kepada anaknya sejak usia balita, hanya demi untuk menenangkan tangisnya atau sekedar membuat suasana tenang di rumah, pada usia tersebut kita belum menyadari efeknya, namun ketika beranjak memasuki usia Sekolah Dasar, banyak anak yang dipanggil oleh orangtuanya hingga harus beberapa kali, karena si anak masih asyik dengan smartphone, anehnya saya melihat beberapa orangtua menganggap hal tersebut masih hal yang biasa. Imbasnya, di sekolah pun demikian, beberapa peserta didik pun jika dipanggil oleh gurunya, kadang tak langsung tanggap menghampiri.
Generasi Alpha adalah generasi yang belum kita ketahui perkembangannya, kita masih menunggu sekitar 10 tahun lagi, seperti apakah mereka kelak ketika beranjak dewasa. Generasi Alpha adalah generasi yang sejak lahir sudah sangat akrab dengan smartphone.
Para orangtua generasi Alpha harus mulai menyadari bahwa lebih banyak mudharatnya ketimbang manfaatnya dari efek over screentime ini.Â
Saya tidak melarang para orangtua untuk tidak memberikan smartphone pada anaknya, karena itu ranah rumah tangga masing-masing, tetapi bagaimana menjadi bijaksana dalam hal screentime pada anak, agar kelak mereka bisa menjadi insan yang menghargai waktu dan orangtuanya.
Menjadi Role Model
Pernah suatu kali saya bersama keluarga pergi ke sebuah restoran untuk makan malam, di sebelah meja makan saya, tampak seorang ibu bersama anaknya sedang menikmati hidangan. Terlihat sang anak sedang asyik bermain smartphone, sementara ibunya menyuapi sang anak, setelah sang anak tampak sudah kenyang, sang ibu mulai menikmati hidangannya  juga sambil menonton tayangan di smartphonenya sendiri dan anaknya juga terus melanjutkan game smartphone, sambil kakinya ke atas meja, dan ibunya tampak biasa saja.
Jiwa pendidik saya pun berdesir dalam hati melihat pemandangan itu, karena secara usia, sang anak sudah bisa makan sendiri tanpa disuapi, yang parahnya sudah disuapi, sang anak juga masih asyik main game smartphone, belum lagi kelakuan tak sopan sang anak, dianggap biasa oleh sang ibunya.