Mohon tunggu...
Sasty Jemali
Sasty Jemali Mohon Tunggu... Model - Berselubung Doa Sang Bunda

Young business is cool and women deserve to be successful

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mata Hati Memandang Cinta (Part 1)

24 Juni 2020   10:34 Diperbarui: 24 Juni 2020   21:41 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

"Kanaya, ternyata acara malam itu bukan acaramu. Itu acara Aldhy dan kekasihnya. Maaf jika aku salah mengerti. Tetap kuat Kanaya," pesan masuk dari rekan kerjaku.

Mulutku kakuh. Tanganku gemetar. Hatiku sangat hancur. Aku terpukul.

"Sial! Ternyata semuanya hanya bualan kata manjamu. Mengapa kamu berbohong? Kamu tegah sekali, Aldhy! Mengapa kamu seenaknya mempermainkan perasaan dan keseriusanku? Kamu telah menipu aku dan orang tuaku. Mengapa kamu tegah melakukan semuanya," teriakku sambil melempar handphone ke lantai.

Hatiku tercabik-cabik. Kesabaranku telah habis. Luka hatiku sungguh mendalam. Aku tak mampu menahan tangis. Aku memukul diri. Ada protes yang tak tahu harus ditujukan kepada siapa. Aku adalah perempuan paling bodok di dunia ini. Ternyata semua laki-laki itu sama. Tak pernah mengerti dengan keseriusan cinta seorang perempuan. Aku benci dan sangat benci dengan sosok pria bernama Aldhy. Sumpah aku sangat benci.

Rasa kesal membuat aku lupa akan diriku sendiri. Keinginanku untuk mengarungi hidup bersamanya telah hilang. Semua kebahagiaan yang kuperoleh darinya seperti embun pagi yang hilang di siang hari. Keseriusan cintaku dijadikannya sebagai lelucon. Dia tak pernah mengerti akan kesungguhan cinta ini. Aku benci padanya.

Amarahku tak terbendung. Bantal menjadi saksi bisu betapa aku telah dikhianati. Air mataku terus jatuh bersama rasa sakit yang kurasakan. Semua janjinya seperti menelanjangiku. Aku malu pada caraku mencintainya. Aku terlalu berharap padanya sampai harapan itu mengantarku pada penyesalan yang tak berujung.

Rasa lelah menuntunku masuk dalam tidur lelap. Semuanya penyesalan itu hilang saat aku lelap dalam tidur. Setelah terjaga rasa itu muncul dan terus menyiksa.

***

"Ini uang tiket pesawat Kupang-Bajawa. Perlengkapan lain sudah dimasukan ke dalam tas. Jaga diri baik-baik," ungkapnya di depan pintu masuk bandara El Tari Kupang.

"Makasih, Kaka. Jangan lupa kontak. Pintu rumah terbuka untuk Kaka. Bapa dan mama serta keluarga menanti kehadiran Kaka," balasku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun