Mohon tunggu...
Sasty Jemali
Sasty Jemali Mohon Tunggu... Model - Berselubung Doa Sang Bunda

Young business is cool and women deserve to be successful

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mata Hati Memandang Cinta (Part 1)

24 Juni 2020   10:34 Diperbarui: 24 Juni 2020   21:41 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Syukurlah kalau begitu, Sayang," doaku.

Aku senang bisa berbicara lebih lama dengannya malam ini. Jauh di lubuk hati, aku rindu mendengar suaranya dan melihat senyumnyasecara langsung. Namun, kesempatan bercerita bersama seperti ini sudah sangat berarti bagiku. Selama ini dia hanya berkomunikasi melalui inbox danwhatsapp.

"Kanaya, aku sangat bingung sekarang. Orang tua memaksa aku bekerja di Papua. Mereka memintaku berhenti bekerja di perusahaan obat. Bapa dan mama ingin agar aku memiliki pekerjaan tetap yang bisa menjamin masa depanku. Mereka sangat serius memintaku untuk bekerja di sana," ungkapnya berat.

"Apakah Kaka ingin bekerja di sana?" tanyaku sambil menyembunyikan rasa kesal yang mendalam.

"Aku tidak ingin bekerjadi Papua. Kupang adalah kota terakhirku. Aku mau menghabiskan hidupku di kota ini. Kanaya tolong bantu aku. Kamu juga tahu bahwa aku sudah berjanji dengan bapa dan mama di Ruteng untuk lebih serius dengan kamu. Tolong bantu aku. Kita akan tinggal bersama. Aku akan ke rumahmu dan kita akan menikah," dia memohon.

Aku menangis dan terpukul dengan apa yang dirasakannya. Dia sungguh dilema. Aku telah berprasangka buruk dengan berpikir bahwa dia mengingkari janjinya di hadapan orang tuaku. Di meja makan, bersama bapa dan mama, dia berjanji untuk datang dan melamar aku. Malam ini aku tahu bahwa dia serius dengan janjinya.

"Kanaya, tolong bantu aku," pintanya.

"Kaka tidak akan sendirian ke Papua. Aku akan ikut bersama Kaka ke sana. Kita bisa bertemu orang tua dan membicarakan keseriusan cinta kita di hadapan mereka. Aku rela meninggalkan perusahaan obat. Mari kita memulai hidup dari nol. Kita akan membangun bahtera rumah tangga bersama. Dengan demikian, Kaka dan orang tua Kaka tidak kecewa. Bapa dan mama di rumah menanti kedatangan Kaka. Pintu rumah selalu terbuka buat Kaka. Ruteng itu kota kita. Sampai kapan pun hati dan cinta ini hanya untuk Kaka seorang," ungkapku menguatkannya.

"Makasih sayang. Aku rasa itu jalan yang terbaik untuk menjaga hubungan kita. Aku akan ke rumahmu dan kita akan bersama ke Papua. Itulah jalan yang tepat bagi kita. Maaf kalau selama ini aku tak terlalu memperhatikanmu. Aku hanya mengambil jarak untuk memikirkan keinginan orang tuaku. Sayang, sebenarnya aku tak mau menaruh beban ini padamu. Sekarang aku bahagia. Kamu telah memberikan jalan keluar yang baik. Love you, Kanaya," ungkapnya.

"Sama-sama sayang. Aku menunggumu. Kabar gembira ini akan kusampaikan kepada orang tuaku. Kebahagiaanmu adalah kebahagiaanku. Jujur Kaka, aku selalu merindukanmu. Aku pasti mendoakanmu untuk tidak terlalu merasa beban dengan keputusan orang tua Kaka," balasku.

Keterbukaan Aldhy memberi harapan baru bagiku. Rasa cintaku padanya tak terbendung lagi. Aku terus memberi kabar padanya. Kami selalu membangun komunikasi yang baik. Aku menemukan semangat berlimpah ketika dia selalu memperhatikanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun