Mohon tunggu...
Sasra Ermida
Sasra Ermida Mohon Tunggu... Guru - Guru

Usaha tidak akan mengkhianati hasil

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kasih Ibu

12 Mei 2023   21:48 Diperbarui: 12 Mei 2023   21:54 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Berbicara tentang  sosok ibu, terlalu banyak kenangan yang tak kan mungkin dapat  dilupakan. Kasih sayangnya, cinta kasihnya, pengabdian seorang ibu kepada keluarganya, anak-anaknya tidak ada tandingannya. Mengapa? Seorang ibu rela berkorban apapun demi kebahagiaan keluarganya, anak-anaknya. Ibu diumpamakan sebagai matahari yang selalu memberikan kehangatan bagi keluarganya,

"Kasih ibu, kepada beta, tak terhingga, sepanjang masa

Hanya memberi, tak harap kembali, bagai sang Surya menyinari dunia. ( Kasih ibu, ciptaan Mochtar Embut).

Ibu, sosok wanita yang luar biasa, dengan kodratnya mengandung, melahirkan dan menyususi membuat sosok seorang ibu tak kan dapat tergantikan dengan apapun jua. Ibu rela menahan rasa lapar, asalkan anak-anaknya bisa makan, ia rela menahan rasa mengantuk demi mengerjakan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, di saat yang lain masih tertidur lelap, ibu rela bangun mempersiapkan hidangan untuk keluarganya, ataupun melakukan pekerjaan lainnya untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

"ibu...ibu masih belum tidur? Sudah hampir jam 12 malam lo, Bu! " suara Fira mengejutkan ibunya yang sedang asyik di dapur.

"Sebentar lagi, Nak! Nanggung nih, ini ibu mau membereskan bahan untuk dibikin kue nanti pagi, Fira kenapa juga masih belum tidur?." Ibu balik bertanya kepada anak gadisnya.

"Ia, Bu, ini...Fira lagi belajar untuk sekolah besok, karena besok Fira ada ulangan mata pelajaran fisika, Fira ingin dapat nilai seratus." Fira berlari mendekati ibunya sambil memeluknya.

"Ayo, sekarang sudah malam, besok lagi belajarnya ya, Nak!"Ibunya mencium kening Fira dan menyuruhnya ke kamar dan segera tidur.

**Fira adalah anak pertama Bu Nani dan Pak Slamet, ia duduk di kelas duabelas IPA.  Saat ini, ia disibukan dengan tugas sekolah karena tidak lama lagi akan mengikuti ujian akhir sekolah.

Bu Nani berpropesi sebagai pedagang kue tradisional, yang berjualan ke pasar-pasar mingguan di daerahnya, sedangkan suaminya, Pak Slamet bekerja sebagai supir bus antardaerah.

Keluarga Fira hidup dengan sederhana,  Bu Nani yang lembut, penuh kasih sayang serta pekerja keras, membuat Fira dan adiknya bangga memiliki sosok ibu seperti ibunya, walaupun keberadaan ayahnya jarang di rumah, karena tuntutan pekerjaan, ayahnya pulang satu kali atau bisa juga dua kali dalam  satu bulan. Tetapi semua itu tidak mengurangi kebahagiaan keluarganya, karena ibunya selalu memberikan kasih sayang penuh untuk Fira serta adiknya, ibunya mampu menjadi ibu yang baik sekaligus sebagai sosok ayah bagi kedua anaknya. Di saat ayah lagi di rumah, kasih sayang lengkap sudah, ada ayah, ada ibu, ada Fira, dan ada Nanda adik bungsunya yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama.

**

Jam beker berbunyi keras dari kamar ibu, yang sudah diatur kapan berbunyinya oleh ibu, untuk membangunkan ibu di saat tertidur lelap. Kebiasaan ibu, langsung salat sunat dilanjutkan salat subuh, baru mengerjakan pekerjaan membuat kue yang akan dijual ke pasar. Fira pun ikut bangun setelah ibunya bangun, karena ia ingin membantu ibunya bekerja membikin kue, rasanya tak sanggup melihat ibu bekerja sendirian tanpa adanya ayah yang masih berada di luar daerah, demi memenuhi kebutuhan keluarga, ayah dan ibu di usia tuanya rela berpisah dan  bekerja membanting tulang untuk kebahagian dua buah hati mereka.

" Fira... besok kemungkinan ayamu pulang, Nak... bikin sambal yang menjadi menu kesukaan ayahmu, ya!" Ibu mengingatkan anak gadisnya untuk mempersiapkan menu kesukakaan ayahnya, yang bisa membahagiakan ayahnya setelah sebulan tidak bersama mereka.

"Oke, Bu, nanti Fira akan masak sambal lado tanak, goreng ikan bilih, dengan sayur bayamnya, Bu!'Fira tersenyum memandang ibunya yang bahagia terpancar di wajahnya karena berita kepulangan ayah besok.

**

"Oke, Bu, nanti Fira akan masak sambal lado tanak, goreng ikan bilih, dengan sayur bayamnya, Bu!'Fira tersenyum memandang ibunya yang bahagia terpancar di wajahnya karena berita kepulangan ayah besok.

Sepulang sekolah, Fira ingat yang disampaikan ibu semalam bahwa ayahnya akan pulang sore ini, ia diminta ibu untuk masak makanan kesukaan ayahnya. Bergegas ia menuju dapur, melihat semua bahan yang dibutuhkan, semuanya sudah ada karena sudah dibeli ibu kemarin.

Memasak sudah merupakan tugas dan tanggung jawab Fira di rumah, di saat ibu ke pasar, Fira yang mempersiapkan segala menu untuk keluarga. Ia sudah ahli memasak karena sejak sekolah dasar sudah dilatih, diajarkan ibu bagaimana cara memasak yang enak, masakan apapun, apakah memasak menu goreng, gulai, sampadeh, rendang, palai, atau menu lainnya, Fira sudah bisa. Kata ibu, perempuan itu harus pintar memasak, biar nantinya setelah berumah tangga bisa disayang keluarga dan disayang suami, ataupun keahlian memasak ini bisa dijadikan modal dan keterampilan untuk mencari penghasilan tambahan membantu suami dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga yang semakin bertambah.

Ibu Fira ahlinya memasak kue, ataupun masak untuk acara pesta. Masakannya enak dan selalu dipuji karena kelezatannya, apapun yang ibu jual di pasar selalu laris manis, harganyapun terjangkau.

**

Jam menunjukan pukul 16.50 WIB, ibu sudah pulang dari pasar. Ia langsung menghampiri anak gadisnya yang masih sibuk di dapur membereskan peralatan dapur yang kotor dan berantakan.

"Sudah masak menu sorenya, Nak?" sambil tangan ibu membuka tudung saji di atas meja makan.

"Sudah, Bu...coba ibu lihat dan ibu cicip, enak tidak masakan Fira?" katanya sambil memeluk ibunya yang baru pulang berjualan di pasar.

"Wow...rasanya enak, Nak! Sudah pintar anak ibu masak,nih!" Ibu tersenyum sambil tangannya mengambil satu ekor ikan teri gulai lado tanak dengan tersenyum.

"Bagaimana ulangan mata pelajaran fisikanya tadi, Nak!, sukseskah?" ibunya memandang wajah anaknya dengan senyuman, ia teringat, bagaimana anaknya semalaman belajar untuk memperoleh nilai seratus dalam ulangannya.

"Alahmdulillah,  semua soalnya dapat Fira jawab dengan benar, Bu! Nilainya belum diinformasikan oleh gurunya. Fira menjawab dengan semangat. Ia berdoa, semoga memang ulangannya mendapatkan nilai sesuai dengan harapannya, Aamiin...

**

Pekerjaan Fira selesai akhirnya, ia pun bersiap-siap untuk mandi sore, tetapi sebelumnya ia merebus air panas untuk ibu mandi nanti sore. Karena ia yakin, ibu pasti capek pulang  berjualan di pasar, dari pagi sampai sore, pasti sekujur tubuh ibu pegal. Dengan mandi air hangat, akan menyegarkan kembali tubuh ibu kesayangannya.

Sementara itu, ibunya sepulang dari pasar bukannya istirahat, malah masih bekerja, mencari apapun yang bisa dikerjakan termasuk menyapu halaman belakang. Fira sudah tahu bagaimana sifat ibunya, yang tidak pernah diam, selalu bergerak, berkerja dan bekerja, apapun dikerjakan ibu pokoknya ia selalu bergerak tidak pernah mau diam. Fira hanya bisa berdoa, dengan giatnya ibu bekerja akan menjadi kebahagiaan tersendiri baginya, akan menyehatkan tubuh dan memberikan kesehatan bagi tubuh ibu yang mulai menua.

Selama ini, ibu tidak pernah mengeluh sakit kepada Fira, iapun tidak pernah melihat ibunya mengeluhkan rasa sakit pada tubuhnya.  Ia memang mengakui, ibunya seorang wanita hebat, kuat, luar biasa, walaupun umurnya sudah tidak muda lagi, tetapi semangatnya untuk bekerja selalu membara. Ia selalu terlihat sehat, kuat dalam bekerja.

"Air panas ibu sudah Fira siapkan, lebih baik ibu mandi dulu ya!"

"Makasih sayang!" ibunya tersenyum manis kepada anak kesayangannya.

**

Jam sudah menunjukan pukul 8 malam, tetapi ayahnya belum jua tiba, timbul rasa cemas, apalagi ibu yang mulai gelisah terlihat di wajah tuanya.

"Jangan-jangan, ayah tidak jadi pulang hari ini, Bu! Di telfon, hp ayah tidak aktif!" Fira memandang ibunya yang juga kelihatan gelisah di wajahnya.

"Semoga saja, Nak! Tidak terjadi apa-apa dengan ayahmu, entah mengapa, hp ayahmu tidak bisa dihubungi!"

Kenapa dengan ayah? Mengapa ayah belum juga sampai? Mengapa hp ayah tidak bisa dihubungi? Berbagai pertanyaan muncul di benak Fira, ia khawatir sekali, tidak biasanya ayah seperti ini, ayah pasti mengabari kalau ada perubahan jadwal kepulangannya.

Malampun semakin larut, tanda-tanda kepulangan ayah tak kunjung jua. Fira melihat ibunya salat malam dengan khusuk sekali, ia pun melangkahkan kaki menuju pembaringan setelah terlebih dahulu salat

Fira pun mulai memecamkan matanya, tetapi sulit untuk tidur, pikiran masih terus kepada ayahnya yang tidak ada khabar beritanya. Ia takut, jangan-jangan terjadi sesuatu kepada ayahnya, ia tidak sanggup membayangkan hal terburuk menimpa ayahnya.

**

Bunyi jam beker dari kamar ibu membangunkan Fira, langsung ia menuju kamar mandi untuk menunaikan salat sunat dilanjutkan salat Subuh. Setelah itu ia pun seperti biasa menuju dapur membantu dengan setia ibunya yang disibukan dengan rutinitas paginya membuat kue yang akan di jual paginya ke pasar mingguan. Alahkah kagetnya Fira, ia melihat sosok ayahnya yang dengan setia menemani ibunya bekerja, pagi ini bukan membikin kue tetapi memasak sarapan pagi nasi goreng kesukaan anaknya. Ia seakan tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Ayah...ayah sudah datang?  Pukul berapa ayah datang? Kenapa tidak membangunkan Fira?" pertanyaan demi pertanyaan meluncur deras dari bibir anak gadisnya, ayahnya hanya tersenyum memandang anaknya yang semakin cantik dan semakin dewasa.

"Jam satu pagi ayah baru sampai, Nak, macet di jalan, hp ayahpun rusak untuk mengabarimu dan ibu. Makasih ya, Nak...sambal kesukaan ayah enak sekali, ibumu bilang, itu semua anak ayah yang bikin." Ayahpun memeluk putri kesayangannya.

** 

Pagi ini, ibu tidak ke pasar, karena ibu tidak enak badan. Fira melihat ibunya banyak diam, padahal ayah sudah datang,  Fira heran melihat perubahan sikap ibunya yang tidak seperti biasanya, wajahnya pucat.

"Ibu...Ibu tidak apa-apa? Ibu sakit?" Fira memandang wajah ibunya dengan dekat.

"Tidak, Nak! Ibu hanya pusing saja."

Ayah menyuruh ibu istirahat di kamar, biar ayah yang bekerja melanjutkan pekerjaan ibu yang belum selesai. Fira pun bersama adiknya bersiap berangkat sekolah, sebelumnya sarapan nasi goreng bikinan ayah dan ibunya tercinta.Dalam hati ia bertanya-tanya, ada apa dengan hatinya? Kenapa ia rasanya pingin nangis? Padahal tidak ada sesuatupun yang membuatnya bersedih.

**

Pulang sekolah akhirnya tiba, bergegas ia menuju rumah ingin segera cepat pulang bertemu dengan ayah dan ibunya. Perasaannya semakin tidak menentu, jantungnya berdetak kencang. Sampai di rumah, ia melihat ibunya masih tergolek lemas di tempat tidur.

 "Bu...ibu sakit?" Fira mengusap kening ibunya memeriksa apakah suhu tubuh ibunya panas, tiba-tiba, ibunya muntah, langsung ayah memanggil Bidan Susi yang tidak jauh dari rumah mereka.

Sebenarnya, sudah sejak pagi ayah ingin membawa ibu ke dokter, tetapi selalu ditolak, katanya hanya lelah saja, dengan istirahat pasti akan membaik. Makanya ibu, berbaring di tempat tidur sambil dibuatkan minuman hangat dikasih madu oleh ayah.

Bidan Susi yang memeriksa ibu, menanyakan sudah berapa kali ibu muntah, ayah menjawab sudah dua kali. Rupanya, tensi ibu tinggi, dan harus segera dibawa ke rumah sakit untuk dirawat secara intensif.

"Bu...ibu berobat ke rumah sakit dulu. ya!"Fira dan adiknya memeluk ibu dengan erat, ia tidak ingin melepaskan ibu ke rumah sakit, tetapi demi kesehatan ibu, ia harus rela ibunya dibawa dengan ambulance.

Fira pun membawa perlengkapan baju ganti ibu selama berada di rumah sakit, air matanya terus menetes membasahi pipinya. Tak disangka, ibunya yang sehat saja, kuat dimatamya, ternyata memiliki riwayat penyakit hipertensi.

            Selama ini, ibu tidak memiliki keluhan apapun, atau ibunya yang menyembunyikan semuanya dari anak-anaknya. Yang jelas saat ini, ibu berobat untuk kesembuhannya karena tensi ibu tinggi. Sampai di rumah sakit, langsung ibu di bawa ke UGD, tensi ibu semakin naik bahkan ibu tidak sadarkan diri. Fira terus menangis memanggil ibunya, ayahnya berusaha menenangkan buah hatinya.

**

Azan subuh berkumandang, beriringan dengan  saat-saat ibu menghadapi sakratul maut, ibu membuka mata, memandang ayah, Fira dan anak bungsunya dengan tersenyum, setelah itu mulut ibu bergerak melafatkan kalimat laa ilaha illallah...ayahpun terus menuntun ibu sampai  bibir ibu benar-benar tidak bisa digerakan lagi.

Innalillahi wainna ilaihi rajiun...

Ibu....selamat jalan ibuku sayang...kasihmu tidak akan terbalaskan, maafkan anak-anakmu yang belum sempurna membalas semua pengorbanan dan jerih payahmu. Tenanglah ibu sayang di sana, semoga Allah memudahkan jalanmu menuju jannah-Nya dan menempatkanmu di antara orang-orang yang dicintai-Nya, Aamiin Yarabbal Alamin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun