"Pasti kamu rindu ayam gulai hijau buatan Nenek kan??" Tanya Nenek kepadaku. Aku pun langsung mengangguk perlahan sepertinya Nenek dapat membaca isi pikiranku.
Nenek tidak jauh berubah dari terakhir kami temui lebaran tahun lalu. Nenek masih terlihat kuat hanya rambutnya yang sudah mulai memutih karena terkikis usia.
Saat melepas rindu dengan Nenek aku terkejut ketika tiba-tiba Puti muncul dari arah dapur. "Aduh ada dia lagi!!" Gumamku. Puti sepupuku tapi kami tidak akur karena dia suka sekali menggangguku.Â
"Kia.. Kenapa kamu terkejut melihatku??" Tanya Puti kepadaku. Aku hanya tertawa sinis. Jarak dari rumah Puti ke rumah Nenek memang tidak begitu jauh sehingga Puti sering mengunjungi Nenek.
"Hanya aku yang bisa membantu Nenek membuat ayam gulai hijau!! Aku kan cucu pertama Nenek.." Ujarnya kepadaku. Padahal dia dan aku dilahirkan hanya berjarak beberapa hari.Â
"Aku juga bisa membantu Nenek membuat ayam gulai hijau!!" Ujarku.
"Sudah!! Sudah!!" Teriak Nenek kepada kami berdua.Â
"Kalian berdua bisa membantu Nenek membuat ayam gulai hijau Koto Gadang.." Sambung Nenek lagi.
"Kalian berdua saudara sepupu. Jadi kalian berdua itu harus akur!!" Tambah Bunda kepada kami berdua. Akhirnya kami mengakhiri perdebatan ini.
Setelah makan malam bersama kami beristirahat. Aku tidak sabar menunggu esok hari. Ayam berkokok menandakan hari sudah pagi, aku terbangun dan segera berwudhu' untuk melaksanakan shalat Subuh.
Matahari sudah mulai bersinar, Nenek mengajak kami ke pasar yang berjarak tidak jauh dari rumah Nenek. Kami pergi dengan berjalan kaki. Jarak dari rumah Nenek ke pasar hanya sekitar 10 menit perjalanan.