Mohon tunggu...
Sofian Munawar
Sofian Munawar Mohon Tunggu... Editor - PENDIRI Ruang Baca Komunitas

"Membaca, Menulis, Membagi" Salam Literasi !

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

MAU MUDIK ASYIK ? AYO KENALI CIPALI …

9 Juli 2015   06:26 Diperbarui: 9 Juli 2015   22:15 1637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam video berdurasi 11.44 menit itu, Sandiago Uno, Komisaris PT. LMS menuturkan bahwa secara konstruksi, pembangunan tol Cipali sangat menantang. Ada banyak sungai yang harus dilintasi, jalan dan jembatan kereta yang beririsan serta kerumitan teknis lainnya sehingga dalam ruas tol ini harus dibangun lebih dari 99 jembatan. Di luar aspek teknis, tantangan lain yang tidak kalah pelik yaitu bagaimana meyakinkan regulator dan para pemangku kepentingan bahwa proyek ini visible. Namun tantangan terberatnya menurut Sandiago Uno adalah dalam hal pengadaan lahan. “Dibutuhkan waktu enam tahun untuk menyelesaikan urusan pengadaan lahan,” ujarnya.

 

[caption caption="Sandiego Uno, Komisaris PT Lintas Marga Sedaya/Kompas"]

[/caption]

 

Pernyataan Sandiago Uno tersebut mengkonfirmasi informasi sebelumnya yang disampaikan Wisnu Dewanto bahwa diperlukan banyak pertimbangan dalam proses pembangunan tol Cipali. Pertimbangannya bukan sekadar aspek teknis, tapi juga aspek sosial dan kultural serta kearifan lokal yang perlu diperhatikan. Karen itu, waktu yang digunakan untuk pembangunan tol Cipali secara keseluruhan menjadi cukup lama. Kalau hitungannya hanya teknis pengerjaan jalan tol, waktu yang diperlukan hanya 28 bulan, tapi waktu yang diperlukan untuk proses pembebasan lahan bahkan sampai 6 tahun.

 

Proses pembebasan lahan yang cukup lama tersebut tidak lain karena adanya nilai-nilai spiritual dan kearifan lokal yang perlu dihormati dan dijaga secara bersama-sama sehingga tidak menjadi kendala di kemudian hari. Wisnu memberikan contoh, misalnya tentang “Batu Blenong” yang terletak di Km 182 di sebelah kanan jalan arah ke Subang. Hingga kini, keberadaan “Batu Blenong” itu tetap dipertahankan mengingat nilai-nilai lokal masyarakat (local wisdom) yang masih menginginkan keberadaan batu tersebut. Demikian juga lokasi Pesantren Babakan Caringin yang berada tidak jauh dari lokasi “Batu Blenong” di kawasan Bukit Salam. Dalam rencana awalnya, kawasan pesantren itu akan terbelah rute jalan tol sehingga akan dipindahkan. Namun dengan berbagai pertimbangan, keberadaan pesantren itu tetap dipertahankan pada kawasan semula. Rute jalan tol justru yang kemudian harus sedikit diubah dan memutar dengan membelah wilayah Bukit Salam.

 

[caption caption="“Batu Blenong” di wilayah Bukit Salam di Km.182 tol Cipali/sasgart"]

[/caption]

 

Upaya untuk mewujudkan tol Cipali memang telah melewati perjuangan cukup berat dan panjang. Tidak saja dibutuhkan kecakapan teknis berupa penguasaan teknik konstruksi dan manajemen modern yang handal, namun juga dibutuhkan kecakapan, kejelian dan kepekaan sosial. Segenap aspek ini tentu perlu diperhatikan secara simultan sehingga tidak menjadi kendala di kemudian hari. Aspek lainnya yang tak kalah penting mendapat perhatian adalah aspek masyarakat sebagai pengguna. Sebagus apapun kualitas jalan tol dengan dukungan fasilitas selengkap apapun tetap akan menyimpan bahaya manakala manusianya tidak disiplin dan bijaksana dalam berkendara. Perlu disadari bahwa tingkat kecelakaan tertinggi yang terjadi di tol Cipali selama ini adalah karena faktor manusia (human error). Karena itu, pesan yang dikemukakan Velix V. Wanggai menjadi penting untuk diperhatikan bahwa sosialisasi dan edukasi masyarakat harus terus dilakukan agar mereka menjadi bijak dalam berkendara. Hanya pengendara santun dan bijaksana yang bisa mudik-asyik melintasi tol Cipali dengan hati berseri …

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun