Mohon tunggu...
Sarkoro Doso Budiatmoko
Sarkoro Doso Budiatmoko Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat bacaan

Bersyukur selalu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bijak Memilih: Orang, Pasangan, dan Pemimpin

20 Mei 2021   14:29 Diperbarui: 20 Mei 2021   14:31 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun begitu di awal-awal kerjanya, Heri Blek perlu waktu cukup lama agar "kehadirannya" diterima di kantor. Orang kantor ternyata juga sama, perlu waktu beberapa lama untuk bisa akrab dan percaya kepada Blek. 

Sebuah proses sosialisasi yang wajar apabia melihat fisiknya yang berotot, perilakunya yang tidak banyak polah dan mulutnya yang lebih sering tertutup. 

Semua itu memang bisa membuat orang tidak begitu mudah untuk merasa dekat. Ditambah lagi Heri Blek memiliki sorot mata tajam dengan gerak geriknya dan bahasa tubuhnya susah diduga. 

Kalau saja Heri Blek diberi kesempatan ikut casting peran sinetron, dapat dipastikan akan mendapat peran kriminal, bengis, rajatega, ringan tangan (suka memukul) dan mau menang sendiri. Peran antagonis cocok baginya. 

Padahal perikehidupan sehari-harinya sangat berbeda. Datang ke kantor tidak pernah terlambat, pulang kerja tidak pernah terlalu cepat. Suka berkerja keras, cekatan, trampil, suka membantu, ringan tangan, tidak pernah diam, tidak pilih-pilih dan, sekali lagi, banyak senyum. 

Teman-temannya malah sering menjadi malu hati melihat Heri Blek. Malu hati karena berburuk sangka terhadap penampilannya yang dianggap kurang sempurna. Ternyata, sesuai dengan beban kerjanya, dia bekerja dengan lurus, jujur, benar dan bersih. Sebuah etos kerja yang bisa berujung kinerja sempurna. Diam-diam rupanya itulah pelajaran dari Heri Blek: jangan melihat sesuatu dari penampakannya saja. 

Tentang penampakan, alam raya memberi contoh dengan sangat jelas. Banyak buah yang penampakannya tidak menarik tetapi rasanya enak dan dicari orang banyak. Buah durian, misalnya, meskipun kulitnya penuh duri tetapi berharga mahal dan dikejar-kejar penggemarnya. Juga salak, nanas, rambutan dan kolang-kaling. Atau bunga mawar, bunganya indah berwarna-warni menarik, tetapi tangkainya penuh duri.   

Demikian juga dengan manusia. Adolf Hitler, Asmuni Srimulat, Jojon dan Charlie Chaplin. Mereka semua sama-sama memelihara kumis secuil di atas bibir. Dari empat orang ini, yang tiga orang tampil jenaka untuk menghibur, sedangkan yang satu, Adolf Hitler, dikenal sebagai tokoh Perang Dunia II dan tentu jauh dari niat menghibur. 

Jenderal Besar Soedirman pun adalah sosok yang jauh dari kesan manusia berotot kawat bertulang besi. Perjalanannya memimpin perang gerilya melawan Belanda harus dilakukannya dari atas tandu karena kondisi kesehatannya. Tetapi dia sangat ditaati anak buah, dihormati rekan seperjuangan, disegani lawan dan kemudian dikenang sebagai Pahlawan Kemerdekaan. 

Jenderal Besar Soedirman menunjukkan bahwa menjadi jenderal tidak selalu harus terlihat seperti Rambo. Sejarah Eropa juga memiliki tokoh penting bernama Napoleon Bonaparte yang secara fisik tidak segagah sejarah yang ditorehnya. 

Sebaliknya banyak juga tokoh-tokoh yang memenuhi imajinasi orang sebagai sosok seorang pemimpin yang berwibawa sekaligus juga gagah perkasa. Sebut saja Bung Karno dan Pak Harto. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun