Mohon tunggu...
Sarkoro Doso Budiatmoko
Sarkoro Doso Budiatmoko Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat bacaan

Bersyukur selalu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bijak Memilih: Orang, Pasangan, dan Pemimpin

20 Mei 2021   14:29 Diperbarui: 20 Mei 2021   14:31 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa tahun yang lalu pepatah berbunyi "don't judge a book by its cover" sering dilontarkan oleh Tukul Arwana dalam sebuah acara stasiun TV swasta. Artinya kurang lebih, jangan menilai buku dari sampulnya. 

Menilai sebuah buku hanya dari sampulnya hasilnya bisa menyimpang dari makna dan isi buku tersebut.  Demikian juga orang. Menilai seseorang hanya dari penampilannya bisa menghasilkan kesimpulan yang keliru. 

Itulah yang membuat Lebaran Idul Fitri beberapa hari yang lalu terasa istimewa. Bukan karena ramai plesiran atau ngumpul-ngumpul bocah seperti lebaran-lebaran dulu. Pemerintah telah melarang mudik dan menghindari kerumunan. Lebaran kali ini istimewa karena bertemu kenalan lama tanpa rencana. 

Pertemuan yang tidak terduga dengan Heri Blek. Orang yang pernah kerja sekantor tapi kemudian berpisah karena dia keluar akibat pengurangan karyawan. Nama aslinya singkat saja, Herry. Di kantor mendapat nama tambahan Blek gara-gara kulit tubuhnya yang hitam dengan rambut ikal berwarna hitam legam.  Blek memang merujuk pada kata black yang berarti hitam.   

Pekerjaannya dulu sebagai Office Boy (OB) mengurus kebersihan, menyediakan minuman dan segala rupa kebutuhan karyawan. Minuman kopi hitam buatannya selalu pas pahit dan manisnya di lidah. Tugas sebagi OB dijalaninya dengan disiplin, selalu datang paling awal dan pulang paling akhir. 

Heri Blek sangat dikenal karena kerajinan dan kesediaannya membantu siapa saja yang menurut pandangannya memang memerlukan bantuan. 

Tidak harus karyawan di ruang kantor yang diurusnya saja.  Karyawan di ruang sebelah pun dibantu tanpa meninggalkan tugas utamanya. Sikapnya yang ringan tangan membuat semua pekerjaannya selalu beres pada akhir jam kantor. 

Kulit hitam dan wajah kurang tampan tidak mengurangi orang untuk suka padanya. Senyum dengan gigi putihnya menjadi penutup kekurangannya.  Hampir dalam segala situasi senyumnya tidak pernah ketinggalan. Begitupun pada hari-hari menjelang pergantian bulan saat banyak orang berwajah muram, dia tetap senyum.   

Kalau ditanya berapa gajinya dalam satu bulan, dia akan menjawab dengan gurauan, sepuluh koma. Artinya, di atas tanggal sepuluh dia "koma". 

Bagusnya dia mampu membedakan mana kebutuhan dan mana keinginan. Menurutnya seberapapun akan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi akan kurang kalau dipakai untuk memenuhi keinginan hidup. 

Tampaknya Heri Blek suami yang bahagia, karena ternyata istrinya juga seorang ibu rumah tangga yang murah senyum.  Suasana rumah tinggalnya, meski sederhana, tetapi terawat rapi dan bersih.  Cermin kepribadian dan pola hidup yang terbawa dalam perilaku sehari-hari.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun