"Shadaqallahul'adzim," ucap Sansan ketika menyelesaikan bacaan Al-Qur'an miliknya.
Pak Ustadz beralih menunjukku. Lima ayat surah Ali Imran aku baca dengan koreksi dari Pak Ustadz. Selanjutnya adalah Jeje dan Idoy mendapat giliran terakhir di antara kami.
Aku meletakkan Al-Qur'an di rak dan melipat mukena lalu menunggu Jeje dan Idoy di luar masjid. Kulihat Sansan merapikan barisan sandal di halaman masjid.
"Rajin banget," kataku memujinya.
"Biar dapat pahala," katanya dengan tertawa.
"Iya juga. Nanti sebelum zuhur kita 'kan harus ke masjid buat bersih-bersih," kataku menambahkan.
"Nah, tuh!" Sansan menjentikkan jari.
Tak lama, Idoy dan Jeje yang sudah selesai belajar Al-Qur'an menyusul kami.
"Kita ke rumah dulu naruh barang-barang. Nanti kumpul di rumahku baru kita ke sawah. Nenek nyuruh kita panen kacang hijau," kata Idoy memberi instruksi.
Kami mengangguk-angguk tanda sepakat. Lalu seperti biasa, tanpa aba-aba ketiga teman laki-lakiku itu berlari untuk lebih cepat sampai ke rumah. Untung saja matahari sudah bersinar sehingga aku tidak perlu turut berlari untuk menyamakan langkah dengan mereka.
"Ya begitulah kalau temenan sama cowok," seloroh Pak Ustadz yang tiba-tiba sudah berada di halaman masjid, tepat di belakangku.