"Aku difitnah di kantor, Dek. Aku nggak bisa jelasin sekarang, yang jelas kita butuh uang banyak buat melunasi utang. Kamu juga boleh ajukan cerai. Terserah kamu, aku nggak akan ngelarang Kamu," kalimat itu meluncur begitu saja dari bibir mas Danu.
"Nggak Mas, aku nggak mau cerai. Tapi tolong cerita ke aku ada masalah apa?" pintaku.
Cerita mengalir dari bibirnya. Tentang seseorang yang berniat jahat pada kami. Rekan kerjanya memalsukan tanda tangan mas Danu untuk mencairkan pinjaman dana kantor untuk keperluan pribadi. Mas Danu tak mengerti apa pun, hingga akhirnya kantor meminta ganti rugi pada mas Danu karena utang karyawan begitu banyak.
Aku merengkuh wajahnya, mencari kebohongan lewat sorot matanya yang sama sekali tak menyembunyikan apa pun. Ia membawaku dalam dekap.
"Maaf, Mas bukan suami yang baik. Maaf, Dek. Maaf!" ucapnya.
Kalimat itu membuat pertahananku runtuh. Air mataku luruh.
Tuhan tak pernah salah, tak pernah menguji di luar batas kemampuan seorang hamba. Aku hanya harus tetap kembali bangkit ketika terjatuh. Dan masih ada harap untuk hidup lebih baik selama aku masih bernyawa.
#MY, 070621
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H