Muhesan menggoyangkan pelan tubuh istrinya, sama sekali tak ada penolakan. Muhesan menempelkan kedua jari di hidung istrinya. Tak ada embusan napas yang terasa.
"Innalillahi wa innailaihi raji'un,"
Hujan makin menderas. Kabut enggan beranjak. Di pusara itu, kesunyian menetap dalam setiap hati yang tertinggal.
Matahari kehilangan rembulan. Tak bisa lagi memberi sinar pada dunia. Semua melupa, hanya sendiri mengenang dalam diam. Menyungkur dalam pekat malam, menyampaikan kerinduan yang menyesak.
Pewarta kembali mengabarkan tentang dunia. Meski ingin beranjak, Muhesan tak bisa bergerak. Langkahnya terasa semakin berat. Dunia di pundaknya menjadi lebih berat. Rasanya seperti sekarat, sedang mereka yang mengaku mencintai rakyat tenggelam dalam nikmat.
Belitung, 200321
*Â Jok:Â sapaan untuk laki-laki
* Gangan: masakan khas Belitong dengan kuah rempah dan kunyit
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H