"Tunggu ya, bungkus dulu," lelaki itu meminta waktu.
Dengan cekatan lelaki yang semakin nampak garis senyumnya itu memasukkan telur-telur berbentuk bulat ke dalam wadah plastik. Muhesan menukarnya dengan lembaran bergambar Otto Iskandar Dinata.
"Kembali lima ribu. Makasih ya ...," katanya.
Muhesan hanya tersenyum. Kembali melangkah menuju tempat ia memarkirkan motornya.
***
"Alhamdulillah. Bisa untuk dijual ikannya. Kalau untuk makan sendiri kebanyakan ini Bang," Yatni, istrinya mengatakan itu dengan bibir tak berhenti mengulas senyum.
"Aku udah masak gangan, ada di meja makan. Makan lah dulu Bang."
Muhesan menuju meja makan di ruang tengah. Menarik kursi plastik, membuka tudung saji. Semangkuk ikan dimasak gangan -kuah kuning- khas masyarakat Belitong.
Muhesan menyendok nasi yang sudah dingin. Pelan ia menyeruput kuah gangan buatan istrinya. Terasa segar, menuntaskan nafsu makannya.
Muhesan mulai menyantap hidangannya. Istrinya masih bercerita sambil membersihkan ikan di dapur. Muhesan teringat dengan telur penyu yang ia dapatkan.
"Telur penyu yang aku bawa tolong masukkan ke kandang ya!" pintanya.