Mohon tunggu...
SARI GUSMAWANTI
SARI GUSMAWANTI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Seorang mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Meraih Masa Depan: Dampak kebijakan SDGs terhadap PAUD di Indonesia

24 Desember 2024   12:15 Diperbarui: 24 Desember 2024   12:13 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Indonesia memainkan peran penting dalam mewujudkan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya dalam mencapai pendidikan yang inklusif dan berkualitas. Kebijakan SDGs mendorong peningkatan akses dan kualitas pendidikan, yang diharapkan dapat mengurangi kesenjangan sosial dan ekonomi. Meskipun tantangan seperti disparitas akses dan kurangnya dukungan orang tua masih ada, peluang untuk memanfaatkan teknologi dan kolaborasi antar sektor dapat meningkatkan kualitas PAUD di Indonesia.Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan fondasi penting dalam pengembangan karakter dan keterampilan anak. Dalam konteks global, Sustainable Development Goals (SDGs) menjadi kerangka kerja yang diadopsi oleh negara-negara anggota PBB untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan. Di Indonesia, implementasi SDGs memiliki dampak signifikan terhadap sektor pendidikan, khususnya PAUD. Artikel ini akan membahas bagaimana kebijakan SDGs mempengaruhi PAUD di Indonesia, tantangan yang dihadapi, serta peluang yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan anak usia dini.

Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan adalah serangkaian 17 tujuan global yang disepakati oleh negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 2015. Tujuan ini dirancang untuk mengatasi tantangan global yang dihadapi oleh umat manusia, termasuk kemiskinan, ketidaksetaraan, perubahan iklim, dan degradasi lingkungan. SDGs bertujuan untuk mencapai kesejahteraan bagi semua orang, tanpa meninggalkan satu pun di belakang, dan berfokus pada pencapaian pembangunan yang berkelanjutan hingga tahun 2030 Saputra (2023).

a. Pengertian SDGs

SDGs merupakan kelanjutan dari Millenium Development Goals (MDGs) yang berakhir pada tahun 2015. Berbeda dengan MDGs yang hanya terdiri dari delapan tujuan, SDGs mencakup 17 tujuan yang lebih komprehensif dan inklusif. Setiap tujuan memiliki target dan indikator yang jelas untuk mengukur kemajuan. Beberapa tujuan utama dari SDGs meliputi penghapusan kemiskinan, pendidikan berkualitas, kesetaraan gender, dan perlindungan lingkungan (prayudi, 2023). Pentingnya SDGs terletak pada pendekatannya yang holistik dan terintegrasi. SDGs tidak hanya fokus pada aspek sosial dan ekonomi, tetapi juga mencakup dimensi lingkungan. Hal ini mencerminkan pemahaman bahwa pembangunan yang berkelanjutan harus mempertimbangkan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, keadilan sosial, dan perlindungan lingkungan (Pamungkas, 2023).

b. Sejarah SDGs

Sejarah SDGs dimulai pada tahun 2000 dengan diadopsinya MDGs, yang merupakan upaya pertama untuk mengatasi masalah global secara terkoordinasi. MDGs memiliki delapan tujuan yang berfokus pada pengurangan kemiskinan, pendidikan, kesehatan, dan lingkungan. Namun, pada tahun 2015, setelah evaluasi terhadap pencapaian MDGs, PBB menyadari bahwa masih banyak tantangan yang belum teratasi, dan diperlukan pendekatan yang lebih komprehensif untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. Proses pengembangan SDGs dimulai pada tahun 2012 dalam Konferensi PBB tentang Pembangunan Berkelanjutan (Rio+20) di Rio de Janeiro, Brasil. Dalam konferensi tersebut, negara-negara anggota PBB sepakat untuk merumuskan agenda pembangunan global yang baru setelah MDGs berakhir. Proses ini melibatkan konsultasi luas dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, masyarakat sipil, sektor swasta, dan akademisi (Noven, 2023).

Pada bulan September 2015, SDGs secara resmi diadopsi oleh 193 negara anggota PBB dalam Sidang Umum PBB ke-70 di New York. Dengan diadopsinya SDGs, negara-negara berkomitmen untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan-tujuan tersebut hingga tahun 2030. Setiap negara diharapkan untuk mengintegrasikan SDGs ke dalam kebijakan dan program pembangunan nasional mereka (Sutanto et al., 2022).

c. Konteks SDGs dan PAUD di Indonesia

SDGs terdiri dari 17 tujuan yang mencakup berbagai aspek pembangunan, termasuk pendidikan berkualitas, pengurangan kemiskinan, dan kesetaraan gender. Tujuan keempat dari SDGs secara khusus menekankan pentingnya pendidikan yang inklusif dan berkualitas untuk semua anak, termasuk anak usia dini. Di Indonesia, PAUD berperan penting dalam mencapai tujuan ini, karena pendidikan di usia dini dapat membantu anak-anak mengembangkan keterampilan dasar yang diperlukan untuk belajar di tingkat yang lebih tinggi Mukhlis (2019). Dalam konteks ini, pemerintah Indonesia telah mengadopsi berbagai kebijakan untuk mendukung implementasi SDGs dalam pendidikan. Salah satu langkah penting adalah peningkatan akses dan kualitas PAUD di seluruh wilayah, terutama di daerah terpencil dan kurang berkembang. Kebijakan ini bertujuan untuk memastikan bahwa semua anak, tanpa memandang latar belakang sosial ekonomi, memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas (Muharromah & Mustofa, 2021).

d. Dampak Positif Kebijakan SDGs terhadap PAUD

Kebijakan SDGs telah memberikan dampak positif yang signifikan terhadap PAUD di Indonesia. Pertama, peningkatan alokasi anggaran untuk pendidikan, termasuk PAUD, telah memungkinkan pemerintah untuk memperbaiki fasilitas pendidikan dan meningkatkan kualitas pengajaran. Dengan adanya dana yang lebih besar, lembaga PAUD dapat menyediakan sarana dan prasarana yang lebih baik, serta pelatihan bagi pendidik untuk meningkatkan kompetensi mereka (Sa'diyah, 2022). Kedua, kebijakan SDGs juga mendorong kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta dalam pengembangan PAUD. Melalui kemitraan ini, berbagai program dan inisiatif telah diluncurkan untuk meningkatkan akses dan kualitas pendidikan anak usia dini. Misalnya, program pelatihan untuk pendidik PAUD yang melibatkan berbagai pihak, termasuk lembaga swasta dan organisasi non-pemerintah, telah berhasil meningkatkan keterampilan dan pengetahuan guru dalam mengajar (Ismaniar, 2018). Ketiga, implementasi SDGs telah meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan anak usia dini. Dengan adanya kampanye dan sosialisasi mengenai manfaat PAUD, lebih banyak orang tua yang menyadari pentingnya mendaftarkan anak mereka ke lembaga PAUD. Hal ini berkontribusi pada peningkatan angka partisipasi anak dalam pendidikan usia dini di Indonesia (Haenilah et al., 2023).

e. Tantangan dalam Implementasi Kebijakan SDGs

Meskipun kebijakan SDGs memberikan banyak manfaat, masih ada tantangan yang harus dihadapi dalam implementasinya. Pertama, disparitas akses pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan masih menjadi masalah. Banyak daerah terpencil yang masih kekurangan fasilitas PAUD yang memadai, serta kurangnya tenaga pendidik yang berkualitas. Hal ini mengakibatkan ketidakmerataan dalam akses pendidikan anak usia dini di seluruh Indonesia (Firmansyah & Wardhana, 2016). Kedua, kurangnya pemahaman dan dukungan dari orang tua mengenai pentingnya pendidikan anak usia dini juga menjadi tantangan. Meskipun kesadaran masyarakat telah meningkat, masih ada orang tua yang meragukan manfaat PAUD dan lebih memilih untuk tidak mengikutsertakan anak mereka dalam program pendidikan tersebut. Ini menunjukkan perlunya upaya lebih lanjut dalam sosialisasi dan edukasi kepada orang tua tentang pentingnya PAUD (Ja'far, 2021). Ketiga, pengelolaan dan manajemen lembaga PAUD juga menjadi tantangan. Banyak lembaga PAUD yang masih beroperasi dengan manajemen yang kurang baik, yang berdampak pada kualitas pendidikan yang diberikan. Oleh karena itu, diperlukan peningkatan dalam manajemen sumber daya manusia dan pengelolaan lembaga untuk memastikan bahwa PAUD dapat berfungsi dengan optimal (Wiyani & Setiani, 2022).

f. Peluang yang Dapat Dimanfaatkan

Di tengah tantangan yang ada, terdapat berbagai peluang yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan PAUD di Indonesia. Pertama, teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dapat dimanfaatkan untuk mendukung pembelajaran di PAUD. Dengan adanya akses internet yang semakin luas, lembaga PAUD dapat menggunakan platform digital untuk menyediakan materi pembelajaran yang menarik dan interaktif bagi anak-anak. Ini juga dapat membantu pendidik dalam mengembangkan metode pengajaran yang lebih inovatif (Selawati, 2022). Kedua, kolaborasi antara sektor publik dan swasta dalam pengembangan PAUD dapat menjadi peluang yang signifikan. Melalui kemitraan ini, sumber daya dan keahlian dari berbagai pihak dapat digabungkan untuk menciptakan program-program yang lebih efektif dalam meningkatkan kualitas pendidikan anak usia dini. Misalnya, perusahaan dapat berkontribusi dalam bentuk dana, pelatihan, atau penyediaan fasilitas pendidikan (Rahman & Nuryana, 2019). Ketiga, peningkatan kesadaran akan pentingnya pendidikan karakter dalam PAUD juga menjadi peluang yang baik. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam kurikulum PAUD, anak-anak tidak hanya diajarkan keterampilan akademik, tetapi juga diajarkan untuk menjadi individu yang memiliki integritas, empati, dan tanggung jawab. Ini sejalan dengan tujuan SDGs untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik dan berkelanjutan.

g. Penerapan SDGs dalam Pendidikan di Indonesia

Salah satu tujuan utama dari SDGs adalah memastikan pendidikan yang inklusif dan berkualitas. Di Indonesia, pemerintah telah meluncurkan berbagai program untuk meningkatkan akses pendidikan, terutama bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu dan di daerah terpencil. Misalnya, program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang memberikan dana untuk sekolah-sekolah di daerah terpencil, sehingga mereka dapat menyediakan fasilitas pendidikan yang lebih baik dan terjangkau bagi semua anak (Safitri et al., 2022). Selain itu, pemerintah juga berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui pelatihan bagi guru. Program pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru dalam mengajar, sehingga mereka dapat memberikan pendidikan yang lebih baik kepada siswa. Penelitian menunjukkan bahwa guru yang terlatih dengan baik dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih efektif dan menyenangkan bagi anak-anak (Siahaan, 2023).

h. Pendidikan Karakter dan SDGs

Pendidikan karakter menjadi salah satu fokus dalam penerapan SDGs di Indonesia. Dalam konteks ini, pendidikan tidak hanya berfokus pada aspek akademik, tetapi juga pada pembentukan karakter siswa. Program-program yang mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam kurikulum pendidikan telah diluncurkan di berbagai sekolah. Misalnya, penerapan konsep Tri N (Niteni, Niroakke, Nambahi) dalam pendidikan anak usia dini bertujuan untuk meningkatkan pendidikan karakter anak (Putri, 2021). Melalui pendekatan ini, anak-anak diajarkan untuk mengembangkan sikap saling menghormati, bekerja sama, dan bertanggung jawab. Pendidikan karakter yang baik dapat membantu anak-anak tumbuh menjadi individu yang memiliki integritas dan empati, yang sejalan dengan tujuan SDGs untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik dan berkelanjutan (Siahaan, 2023).

i. Peran Zakat dalam Mewujudkan SDGs

Zakat, infak, dan sedekah juga memiliki peran penting dalam mendukung pencapaian SDGs di Indonesia. Penelitian menunjukkan bahwa zakat dapat digunakan sebagai instrumen untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan mendistribusikan kekayaan dari mereka yang mampu kepada mereka yang membutuhkan, zakat dapat membantu menciptakan kesejahteraan yang lebih merata (Utama, 2021). Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) di Indonesia telah berupaya untuk mengelola zakat dengan lebih efektif, sehingga dapat memberikan dampak yang lebih besar dalam mencapai tujuan SDGs. Melalui program-program yang berfokus pada pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi, zakat dapat berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (Muharromah & Mustofa, 2021).

Penerapan kebijakan SDGs dalam sektor PAUD di Indonesia telah meningkatkan aksesibilitas pendidikan bagi anak usia dini. Untuk memenuhi target SDGs, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi bekerja sama dengan lembaga non-pemerintah untuk memperluas cakupan program PAUD. Program seperti Pendidikan Anak Usia Dini Holistik Integratif (PAUD-HI) adalah salah satu contohnya. Pendekatan ini tidak hanya berkonsentrasi pada pendidikan, tetapi juga kesehatan, nutrisi, dan perlindungan anak.

Menurut data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) per Desember 2022, terdapat 40.928 sekolah yang menyelenggarakan pendidikan inklusif di Indonesia, mencakup jenjang SD, SMP, SMA, dan SMK, baik negeri maupun swasta. Dari jumlah tersebut, sebanyak 135.946 peserta didik berkebutuhan khusus telah terdaftar. Data terbaru hingga September 2023 menunjukkan peningkatan jumlah sekolah inklusif menjadi 44.477, dengan total 146.205 siswa berkebutuhan khusus yang terlayani. Namun, informasi spesifik mengenai jumlah satuan PAUD yang menyelenggarakan pendidikan inklusif belum tersedia secara detail.

Meskipun demikian, pada tahun 2023, Data Pokok Pendidikan (Dapodik) mencatat sekitar 26.657 anak usia dini dengan kebutuhan pembelajaran khusus terdaftar di satuan PAUD. Hal ini menunjukkan bahwa upaya untuk mengintegrasikan pendidikan inklusif di tingkat PAUD terus berkembang, meskipun data spesifik mengenai jumlah satuan PAUD inklusif belum terpublikasi secara luas. Dampak kebijakan ini cukup besar. Selain itu, masyarakat semakin menyadari pentingnya pendidikan anak-anak. Kebijakan ini telah membantu mengurangi perbedaan antara wilayah perkotaan dan pedesaan dalam hal akses dan kualitas layanan PAUD. Namun, masalah seperti kekurangan tenaga pendidik dan fasilitas pendidikan yang memadai masih ada.

Salah satu tantangan utama lainnya adalah ketidaksesuaian sumber daya dan anggaran untuk sektor PAUD. Banyak wilayah terpencil masih memiliki infrastruktur dan fasilitas dasar yang terbatas, yang membuat sulit untuk memberikan layanan pendidikan terbaik. Selain itu, kurangnya pelatihan dan pengembangan pendidik PAUD menghalangi kualitas pembelajaran. Sebaliknya, koordinasi yang baik antara berbagai pemangku kepentingan sering kali menghambat pelaksanaan kebijakan secara menyeluruh.

Namun, di balik tantangan tersebut, ada peluang besar untuk meningkatkan pendidikan PAUD di Indonesia. Untuk memberikan pelatihan kepada guru dan menjangkau daerah terpencil, teknologi pendidikan dapat digunakan. Selain itu, kolaborasi dengan sektor swasta dan lembaga internasional dapat membantu mempercepat pembangunan infrastruktur pendidikan dan mengatasi keterbatasan anggaran. Ketika kesadaran masyarakat semakin meningkat tentang pentingnya PAUD, semakin banyak peluang untuk berpartisipasi secara aktif dalam mendukung program pendidikan di komunitas lokal.

Dalam rangka meraih masa depan yang lebih baik, implementasi kebijakan SDGs memiliki dampak yang signifikan terhadap PAUD di Indonesia. Meskipun terdapat tantangan yang harus dihadapi, seperti disparitas akses pendidikan dan kurangnya dukungan dari orang tua, peluang yang ada dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan anak usia dini. Dengan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, serta pemanfaatan teknologi, diharapkan PAUD di Indonesia dapat berkembang dan memberikan kontribusi yang berarti dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Melalui upaya bersama, kita dapat memastikan bahwa setiap anak di Indonesia memiliki akses ke pendidikan yang berkualitas, yang akan membentuk mereka menjadi generasi yang siap menghadapi tantangan masa depan. Dengan demikian, pendidikan anak usia dini bukan hanya sekadar investasi untuk masa depan individu, tetapi juga investasi untuk masa depan bangsa dan dunia yang lebih baik.

Referensi:

Maximianus agus prayudi (2023). Penerapan kode etik pariwisata pada desa wisata di yogyakarta untuk mencapai sustainable development goals. EDUTOURISM Journal of Tourism Research, 5(01), 16-26. https://doi.org/10.53050/ejtr.v5i01.405

Mayasari, A., Supriani, Y., & Arifudin, O. (2021). Implementasi sistem informasi manajemen akademik berbasis teknologi informasi dalam meningkatkan mutu pelayanan pembelajaran di smk. JIIP - Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 4(5), 340-345. https://doi.org/10.54371/jiip.v4i5.277

Muharromah, G. L. and Mustofa, .. (2021). Paradigma sdgs dalam manajemen zakat di indonesia. Malia (Terakreditasi), 13(1), 1-16. https://doi.org/10.35891/ml.v13i1.2788

Noven, H. J., Lia Kusumaningrum, & Irfan A.N (2023). Strategi pengelolaan ekowisata berkelanjutan destinasi health ecotourism pemandian air panas bayanan sragen. Jurnal Kehutanan Papuasia, 9(2), 178-189. https://doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.vol9.iss2.463

Pamungkas, S. D. P., Fairuza, H. H., Risqiana, R., Rena, R., & Rosmiawati, M. (2023). Penerapan sistem civic virtue sebagai langkah optimalisasi musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) dalam pembentukan produk hukum di desa adat. Interdisciplinary Journal on Law, Social Sciences and Humanities, 4(1), 1. https://doi.org/10.19184/idj.v4i1.39091

Purba, A. and Saragih, A. (2023). Peran teknologi dalam transformasi pendidikan bahasa indonesia di era digital. All Fields of Science Journal Liaison Academia and Sosiety, 3(3), 43-52. https://doi.org/10.58939/afosj-las.v3i3.619

Putri, R. N. (2021). Penerapan konsep tri n (niteni, niroakke, nambahi) pada pendidikan anak usia dini guna meningkatkan pendidikan karakter. Media Manajemen Pendidikan, 3(3), 407. https://doi.org/10.30738/mmp.v3i3.6433

Safitri, A. O., Yunianti, V. D., & Rostika, D. (2022). Upaya peningkatan pendidikan berkualitas di indonesia: analisis pencapaian sustainable development goals (sdgs). Jurnal Basicedu, 6(4), 7096-7106. https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i4.3296

Siahaan, R. L. M., Juli Arianti, & Thalib, N. (2023). Perkembangan pendidikan berkualitas di indonesia: analisis sdgs 4. Indo-MathEdu Intellectuals Journal, 4(2), 975-985. https://doi.org/10.54373/imeij.v4i2.316

Stefany, S., Purbojo, R., & Adeline, C. (2020). Digital literacy: online class managerial for educators. Jurnal Sinergitas PKM &Amp; CSR, 4(3), 215. https://doi.org/10.19166/jspc.v4i3.2805

Utama, R. P. (2021). Peran zakat, infak, sedekah dalam mewujudkan sustainanble development goals di indonesia. Kutubkhanah, 21(2). https://doi.org/10.24014/kutubkhanah.v21i2.15639

Yudianingsih, D. K., Chotimah, H., Putri, K. R., & Islamirza, R. (2022). Problematika pernikahan dini dalam mencapai sustainable development goals (sdgs). Jurnal Kajian Gender Dan Anak, 6(1), 1-16. https://doi.org/10.24952/gender.v6i1.5522

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun