Mohon tunggu...
Sari Aryanto
Sari Aryanto Mohon Tunggu... Editor - fiksi diksi kopi, tiga hal yang membuatku lebih hidup

Perempuan biasa yang punya mimpi luar biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Setelah 12 Tahun

24 September 2019   20:11 Diperbarui: 24 September 2019   20:28 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di ruangan berukuran empat kali lima, aku dan Abhinaya berdiskusi tentang kepenulisan dan banyak hal. Entah siapa yang memulai, satu persatu pakaian yang menempel mulai luruh di lantai. Siapa merangsang siapa tak penting lagi. Kesombongan yang selama ini kuagungkan karena merasa tidak butuh lelaki dihancurkan begitu saja.

"No gigit!" pintaku yang disahuti gumam tak jelas.

Dua belas tahun sudah berlalu, dan kembali aku disadarkan bahwasanya aku tetap perempuan yang membutuhkan sentuhan lelaki.

***

Ketukan di pintu membuatku sadar dari lamunan.

"Bu, kopine pun adem, lho!" ujar Mbak Yanti, asisten rumah tanggaku mengingatkan.

Aku mengangguk, mematikan laptop dan melangkah ke ruang tengah dimana kopi sore dan sepiring pisang goreng sudah disediakan Mbak Yanti.

"Jika nanti ada kesempatan bertemu lagi, aku ingin kau tak memperlakukan aku seperti kaca rapuh, Bi. Sedikit remasan mungkin akan lebih menggairahkan, asal tanpa jejak," gumamku.

Langit di lereng Lawu mulai berkabut, seperti hidupku yang begitu rumit. Tersimpul tapi tanpa ikatan dengan lelaki yang baru aku kenal.

#poeds 070819

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun