Mohon tunggu...
Fransiskus Sardi
Fransiskus Sardi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Lulus dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Program Filsafat

Follow ig @sardhyf dan ig @areopagus.2023 “Terhadap apa pun yang tertuliskan, aku hanya menyukai apa-apa yang ditulis dengan darah. Menulislah dengan darah, dan dengan begitu kau akan belajar bahwa darah adalah roh” FN

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Review: Agama dalam Percaturan Politik, Belajar dari Novel "Para Calon Presiden"

5 Oktober 2021   19:15 Diperbarui: 5 Oktober 2021   21:22 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI SEMANGAT DALAM PERHELATAN POLITIK, foto dari internet, Dosenpendidikan.Com

Dia memiliki pesantren kecil dengan Masjid yang kecil dan sederhana juga. Ia dipamdang sebagai tokoh panutan baik. Banyak orang mengenalnya dan kaum muslim memiliki kecintaan padanya. Dia baru berusia 48 tahun tetapi kiai-kiai sepuh menaruh hormat padanya.

Dia dihormati bukan karena hebat, melainkan karena dia sederhana dan baik hati. Kebaikannya ini membuat dia dikenal banyak orang dan memiliki masa atau pengikut (penggemar) yang banyak. 

Kiai Murwito punya hubungan baik dengan siapa saja. Termasuk dengan mereka yang punya prinsip-prinsip hidup yang bertentangan dengan prinsip hidup yang ia yakini (bdk. 169-171).

Baca Juga Cerpen

Kiai Murwito juga dekat dengan Romo Mangun dan keduanya sering membahas tentang isu keagamaan. 

Berikut ini adalah monolog Kiai Murwito, 

"Maka, meskipun dicaci maki banyak orang, saya tetap saja berhubungan baik dengan Kanjeng Sultan. Dulu dengan Romo Mangun, dengan para mantan anggota PKI, dengan beberapa germo di Sarkem, juga dengan pak Suryo yang sering dibilang jenderal korup. Pak Kiai kok dekat-dekat dengan pak Suryo dia itu kan korup? Apa saya harus bergaul dengan KPK? Apanya dengan departemen agama dan dengan MUI? Lah di sana juga ada korupsi. Pak Kiai jangan dekat-dekat dengan Romo Sindhu lo, dia itu kan Kristen, orang kristen itu kalau mati akan di pentang, di kayu salib lho. Nanti pak Kiai ikut-ikutan kalau mati dibentang di kayu salib. orang sudah mati mau dipentang di kayu salib, di kayu segitiga, diceburkan ke laut, ya sudah tidak merasa apa-apa. Kalau masih hidup dibentang di kayu salib baru terasa sakit. Dulu dengan Romo Mangun saya sering sama-sama pusing melihat ulah umat. Umat saya bilang Nabi Isa tidak pernah disalib, baca coba Alquran yang disalib orang yang diserupakan dengan dia oleh Allah SWT" (hal.172-173). 

Pernyatannya ini menunjukan bahwa dia adalah orang yang sangat liberal dan menjadi wakil pemilih rasional.

Sedangkan pemilih emosional dalam novel diwakilkan tokoh Suwito. Suwito adalah orang yang dekat dengan Pak SBY, sama bu Mega, sama pak JK dan banyak politikus lain yang dikenalnya (bdk. 77).   

Dia memilih kedekatan dengan mereka karena mereka memiliki latar belakang agama yang sama dengan mereka. Kedekatannya juga disebabkan adanya keinginannya untuk diangkat menjadi tim sukses dengan iming-iming jabatan.

Ia berusaha menggunakan perhelatan politik ini sebagai jalan menuju popularitasnya. Untuk menarik hati para pengikut dari Suwito dan Kiai Murwito para politikus memberikan mereka uang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun