Dalam kehidupan, bahasa memeliki peranan penting dalam berbagai aspek, mengingat
bahasa merupakan suatu alat atau insturumen untuk menyampaiakan gagasan, ide, maupun
perasaan kepada orang lain.
Dalam penggunaannya bahasa terbagi menjadi dua macam, yaitu penggunaan bahasa
pasif dan penggunaan bahasa aktif. Penguasaan bahasa pasif yaitu mengerti apa yang dikatakan
orang lain kepadanya, meliputi dari mendengarkan dan membaca. Sementara peguasaan bahasa
aktif yaitu dapat menyatakan ide dan perasaan hati sendiri kepada orang lain, meliputi dari
berbicara dan menulis.
Dengan demikian keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa
yang perlu dikuasai oleh siswa maupun mahasiswa yang sedang belajar mulai dari tingkat
sekolah dasar sampai sampai pada perguruan tinggi, khususnya mahasiswa program studi
pendidikan bahasa dan sastra Indonesia mengingat keterampilan menulis merupakan disiplin
ilmunya.
Kegiatan berkomunikasi dengan bahasa tulis termasuk bagian dalam pemenuhan
kebutuhan primer dalam kebudayaan dan peradaban modern saat ini (Hartono 2002: 1). Dalam
konteks yang lebih luas, kemanpuan menulis sangat penting artinya bagi dunia pengembangan
ilmu dan teknologi. Pengembangan IPTEK apapun pasti akan memerlukan penulisan. Hasil-hasil
penulisan apapun dan yang bagaimanapun bentuknya harus dikomunikasikan kepada orang lain
dalam nentuk bahasa tulis mempunyai nilai dokumentasi yang sangat kuat (Hartono 2002: 1).
Berdasarkan wawancara peneliti dengan mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar yang pernah mengikuti mata kuliah
keterampilan menulis ada beberapa masalah pokok yang dialami pada saat proses pembelajar,
yaitu: (1) kurangnya minat mahasiswa dalam menulis; (2) mahasiswa kesulitan dalam
menentukan judul dan pokok pikiran; (3) mahasiswa kesulitan dalam menggunakan ejaan, kata
penghubung, dan membuat kalimat yang padu; (4) tidak adanya sarana yang ditawarkan oleh
dosen untuk menpublikasikan hasil tulisan.
Masalah pokok dalam pembelajaran menulis tidak hanya bersumber dari mahasiswa
namun juga bersumber dari dosen sebagai pendidik. Sebagian besar dosen kurang memanfaatkan
strategi dan sarana menulis yang bisa menunjang produktifitas menulis mahasiswa. Hal tersebut
dapat menjadi cambuk bagi pendidikan agar lebih banyak menyerap ilmu yang dapat menunjang
kompetensi mengajarnya di dalam kelas, sehingga proses pembelajara yang selama ini hanya
diskusi, yang kurang kaitannya dengan kehidupan sehari-hari dapat diubah menjadi
pembelajaran yang optimal dan bermakna.
Dalam pelaksanaannya, pembelajaran keterampilan menulis di perguruan tinggi hanya
berorientasi pada hasil menulis dan pemberian nilai akhir, tanpa melibatkan mahasiswa dalam
penyuntingan dan pervisian.
Hal tersebut membuat mahasiswa kurang memahami letak kesalahannya dalam menulis
opini, sehingga mahasiswa tidak bisa memperbaiki kesalahannya pada kegiatan menulis opini
selanjutnya. Hal inilah kemudian yang membuat mahasiswa kurang mengetahui bagaimana
menggunakan ejaan, tanda baca, kosakata, serta kohesi dan koherensi yang tepat dalam karangan.
Media memiliki berbagai manfaat, yaitu: (a) menarik mahasiswa sehingga dapat
meningkatkan motivasi belajarnya; (b) lebih memperjelas makna dalam pembelajaran sehingga
lebih mudah dipahami dan memungkinkan mahasiswa menguasai tujuan pembelajaran dengan
baik; (c) mahasiwa lebih banyak melakukan pembelajaran sebab tidak hanya mendengarkan
uraian dari dosen tetapi juga melakukan aktivitas lain seperti pengamatan, tindakan dan
demonstrasi.
Atas dasar kondisi yang ada di lapangan maka perlu dihadirkan sebuah media yang
mampu meningkatkan penulisan opini mahasiswa. Pemanfaatan media pembelajaran dapat
meningkatkan proses belajar dalam pembelajaran yang diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar yang dicapai. Melihat era teknologi ini tidak ada salahnya mengoptimalkan teknologi
yang ada, misalnya saja menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI