Atmosfer suasana pun berbanding terbalik karena pengunjung sudah tidak mendapatkan sensasi menyenangkan dengan berjalan kaki di sepanjang jalan seperti sebelumnya.
Maka ini menunjukkan bagaimana pentingnya "memastikan" relokasi ini bisa menjadi win-win solution bagi semua pihak.
Bagi pihak pemerintah yang ingin menciptakan tata ruang kota yang tertib, namun secara bersamaan juga harus memikirkan bahwa relokasi tersebut tidak merugikan masyarakat dalam hal ini para pedagang.
Apalagi jika sudah berhubungan dengan lokasi wisata ikonik yang sudah bertahun-tahun lamanya memiliki ciri khas yang kental seperti Malioboro dan Cihampelas, bukan hanya soal menertibkan saja tetapi bagaimana jangan sampai perubahan yang dilakukan dalam bentuk kebijakan relokasi justru menjadi bumerang bagi objek wisata tersebut.
Seperti halnya teori Tipping Point yang dikemukakan oleh Malcolm Gladwell yang intinya menjelaskan tentang "perubahan sekecil apapun dapat memicu perubahan besar dalam masyarakat atau perilaku pasar".
Perubahan pada objek wisata ikonik Malioboro dan Cihampelas dengan merelokasi para pedagang dengan jelas telah merubah atmosfer suasana yang telah terbentuk selama bertahun-tahun lamanya.
Tentu ini akan berdampak buruk pada komponen kecil dari wisata tersebut yaitu para pedagang karena ini akan berkaitan dengan naik-turunnya jumlah pengunjung sebagai akibat dari relokasi tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H