Mohon tunggu...
Sapti Nurul hidayati
Sapti Nurul hidayati Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ibu rumah tangga

Mantan ibu bekerja, yang sekarang jadi IRT biasa. Suka hal-hal yang berbau sejarah. Sedang belajar menulis lewat aktifitas ngeblog. Membagikan cerita dan tulisan di blog pribadi https://www.cerryku.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menikmati Menu Tradisional dalam Suasana Kolonial di UMA Dapur Indonesia

9 April 2018   09:30 Diperbarui: 9 April 2018   15:28 2649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada banyak hal yang membuat kita jatuh hati pada suatu tempat. Salah satunya adalah karena kelezatan kulinernya. Makanan memang bisa menimbulkan kesan mendalam pada diri kita. Bahkan karena makanan kenangan tentang kampung halaman pun bisa muncul tiba-tiba.

Kuliner Indonesia sangat beragam, dimana masing-masing daerah punya kekhasan. Bagi saya pribadi itu sering memunculkan rasa penasaran. Sayang karena keterbatasan ruang dan juga waktu, keinginan untuk menikmati ragam kuliner daerah langsung dari tempat asal belum bisa terwujudkan.

Untungnya, saya tinggal di Jogja. Yang karena predikatnya sebagai kota pelajar menjadikannya seperti miniaturnya Indonesia. Sehingga aneka makanan dari berbagai wilayah di Indonesia dapat dijumpai dengan mudah. Jadi, meskipun saya belum pernah ke Padang atau Palembang, tetapi saya sudah merasakan enaknya rendang dan nagihnya pempek palembang.

***

Bisnis kuliner di Jogja memang sedang marak-maraknya. Terlebih Jogja masuk dalam 10 besar destinasi wisata di Indonesia. Sehingga persaingan di bisnis kuliner cukup ketat. Untuk dapat bertahan, selain menawarkan view yang berbeda, kualitas masakan pun harus dijaga. 

Tentang UMA Dapur Indonesia

Adalah UMA Dapur Indonesia, salah satu tempat makan yang menurut saya patut untuk dicoba. Berlokasi di Jl Trimargo Kulon 11 Wolter Monginsidi Yogyakarta. Letaknya tidak terlalu jauh dari pusat kota. Hari Jumat lalu saya dan beberapa teman berkesempatan untuk mengunjunginya, bersantap malam di sana.

Menempati bangunan lama yang dibangun kisaran tahun 1938-an, UMA Dapur Indonesia menawarkan sesuatu  yang berbeda. Meskipun bangunan yang ada bernuansa kolonial, namun menu yang ditawarkan adalah menu tradisional Indonesia. 

Kebetulan kami berkesempatan bertemu dengan Pak Tulus dan Bu Puspaningrum, Manajer Outlet dan Manajer Marketing  dari UMA. Kepada kami, keduanya banyak bercerita, tentang sejarah berdirinya UMA berikut menu-menu yang ada di sana. Nama UMA sendiri berasal dari bahasa sansekerta yang memiliki arti "Wah" atau mewah. 

Jadi UMA Dapur Indonesia memiliki makna dapur masakan Indonesia yang "wah" atau istimewa. Sesuai dengan namanya, menu yang ditawarkan di UMA merupakan menu tradisional yang ada di nusantara. UMA sendiri baru dibuka tanggal 20 Mei 2017 lalu.

bincang-bincang k-jog dengan Pak Tulus dan Bu Puspa (doc. yulia)
bincang-bincang k-jog dengan Pak Tulus dan Bu Puspa (doc. yulia)
Bangunan yang ditempati merupakan bangunan cagar budaya, sehingga tidak boleh dilakukan perubahan di sana. Konon ceritanya, dahulu kalau sedang berada di Jogja, Presiden Soekarno sering menginap di sana. 

Meskipun bangunan yang ditempati UMA tidak terlaku besar,namun halaman belakangnya sangat luas. Sehingga untuk pengembangan, pengelola UMA memanfaatkan halaman belakang yang tadinya taman menjadi tempat makan, dengan diberi lampu-lampu dan tenda besar. Dan jadilah UMA ini memiliki tempat makan di dalam dan luar ruangan. Pelanggan bisa memilih tempat makan sesuai selera, mau yang lebih privacy di bagian dalam bangunan atau di halaman belakang yang lebih santai. Cocok digunakan untuk acara gathering, meeting, bahkan wedding.

Menu di UMA Dapur Indonesia

Saya sebenarnya sudah 3 kali ke UMA untuk menghadiri suatu acara. Namun didua kali kunjungan ke sana saya kurang bisa mengeksplor menunya, karena semua sudah disediakan oleh panitia. Berbeda dengan kunjungan saya yang sekarang, saya lebih bebas melihat dan memilih menu yang ada, karena waktu lebih longgar dan suasana lebih santai.

Menu di UMA sangat beragam, segala minuman dan makanan ada semua. Mulai dari kopi, teh poci, coklat, aneka es, maupun jus. Untuk makanan ada yang bisa dipesan terpisah ada pula yang disajikan secara paket (set) yang terdiri atas nasi dengan segala lauknya. 

Bagi yang pertama datang ke UMA pasti bingung untuk memilihnya. Setelah membolak-balik buku menu, akhirnya kami membuat beberapa pilihan, dan inilah menu yang kami pesan :

Untuk minuman hangat kami mencoba teh poci dan wedang uwuh. Untuk minuman dingin pilihan kami jatuh kepada es dawet dan es campur. Sebagai snack pembuka kami memilih tape bakar coklat keju dan gedhang moncrot. 

Untuk Makanan utama kami memilih nasi pecel semarang, sego abang lombok ijo, sego set tenong, dan nasi ayam sambal matah.

Waktu tunggu di resto ini tidak terlalu lama, sekitar 10 menit saja. Dan hidangan yang kami order mulai berdatangan. 

Pertama yang datang minuman dan snack pembuka. Saya langsung tertarik kepada teh pocinya. Disajikan dalam teko dan cangkir tembikar, dilengkapi dengan bongkahan gula batu. Cukup untuk dinikmati 2 orang. Wedang uwuhnya juga disajikan apik, dalam cangkir ijo bermotif blirik. Teh poci ini merupakan teh tubruk, sehingga ada rasa pahit dan sepat. Enak dinikmati selagi hangat, dengan tambahan gula batu sesuai selera sehingga didapat rasa manis yang pas. 

Selesai mencicipi manisnya teh poci, saya mencoba tape bakarnya. Disajikan dalam piring putih lebar dengan taburan keju di atasnya. Tampilannya tidak terlalu berminyak, rasanya manis dan gurih. Lumayan untuk mengganjal perut sambil menunggu hidangan utama datang. 

tape bakar coklat keju (doc.pri)
tape bakar coklat keju (doc.pri)
Menu pembuka lain yang juga saya coba adalah gedhang moncrot. Terbuat dari pisang kepok yang dipotong yang dibungkus dengan kulit lumpia, bersama dark cooking choco di atasnya, kemudian dibentuk segitiga. Sebelum digoreng, pisang moncrot ini disimpan di dalam freezer, dan digoreng saat kondisi beku. Sehingga ketika digoreng kulit luar tidak gosong, sementara pisangnya matang dan coklatnya lumer. Ketika dipotong atau digigit, akan keluar lelehan coklat yang lumer, inilah alasannya menu tersebut diberi nama pisang moncrot. 

Rasanya manis dan kriuk. Lelehan coklat langsung keluar ketika kita menggigitnya. Seperti lava coklat gitu deh..enak, manis dan legit. 

gedhang moncrot (doc pri)
gedhang moncrot (doc pri)
Secara keseluruhan menu pembukanya enak semua. Satu porsi tape bakar coklat keju dan pisang moncrot bisa untuk bertiga. Dengan harga untuk setiap porsinya 19rb dan 18rb. 

sego petjel semarangan, teh poci, dan nasi ayam sambal matah (doc pri)
sego petjel semarangan, teh poci, dan nasi ayam sambal matah (doc pri)
Menu selanjutnya yang saya coba adalah sego petjel semarangan. Pertimbangan memilih menu ini karena ingin makan banyak sayuran. Soalnya siangnya sudah makan yang berlemak semua. Tampilannya cukup menarik. Satu porsi sego petjel semarangan ini terdiri dari nasi yang disajikan lengkap dengan lauk tempe goreng dan telur ceplok. Sayurnya juga lengkap, ada bayam, wortel, kol, dan sayur lainnya. Dengan guyuran bumbu pecel yang pas manis dan pedasnya. Masih ada tambahan kerupuk gendar sebagai gongnya. Rasanya nikmat sekali, sayurannya matangnya pas. Tidak terlalu lembek tapi juga tidak keras. Sesuai dengan prinsip piring gizi seimbang pokoknya. Ada sumber karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sumber vitamin dan mineralnya juga ada. Kalau kurang sempurna hanya karena tidak ada buah segarnya. Tetapi sebenarnya ada menu jus buah juga. Tapi saya tidak mencobanya. Perut sudah kepenuhan isinya. Seporsi sego petjel semarangan ini dibandrol dengan harga Rp. 19.000,-.

Sambil makan, saya juga melihat-lihat suasana. Di UMA ini banyak spot-spot yang instragramable juga. Sayangnya saya dan teman-teman datangnya malam hari. Jadi tidak bisa banyak foto spot menarik yang bisa kami koleksi. Pandangan saya beralih ke teman-teman saya yang sedang menikmati menunya. Ada yang tengah asyik menghabiskan nasi ayam sambal matah yang sangat pas untuk penyuka masakan pedas. Dua teman saya yang lain asyik menikmati menu sego tenong dan sego abang lombok ijo. Dua menu ini sebenarnya menu unggulan dan paling laris di UMA Dapur Indonesia. Satu paket sego tenong berisi nasi putih, sayur asem bandung, ayam goreng kremes, gereh (ikan asin), tempe dan tahu goreng, serta sambal simbok. Semua disajikan dalam sebuah tempat yang bernama tenong.

sego tenong (doc.pri)
sego tenong (doc.pri)
Sedangkan sego abang lombok ijo adalah menu khas dari Gunung Kidul yang telah diimprovisasi ala UMA Dapur Indonesia dengan ditambahi gudeg sinuwun dan daun singkong siram kuah gule. Gudeg sinuwun adalah gudeg yang terbuat dari jantung pisang. Kemarin karena penasaran saya sempat mencoba sedikit. Enak juga ternyata, cocok dengan cita rasa orang jawa, karena ada manis-manisnya. 

img20180406165821-5aca2474f1334467dd58a852.jpg
img20180406165821-5aca2474f1334467dd58a852.jpg
Teman-teman penasaran seperti apa rasa dari keduanya? Silakan saja datang ke UMA Dapur Indonesia, yang buka setiap hari mulai pukul 10.00-22.00. Dan cobain menu-menunya, siapa tahu anda juga suka seperti saya.

Bisa juga dengan tengok-tengok dulu instagramnya di uma.dapurindonesia.  Mari mencintai menu tradisional Indonesia.

Salam...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun