Ada banyak hal yang membuat kita jatuh hati pada suatu tempat. Salah satunya adalah karena kelezatan kulinernya. Makanan memang bisa menimbulkan kesan mendalam pada diri kita. Bahkan karena makanan kenangan tentang kampung halaman pun bisa muncul tiba-tiba.
Kuliner Indonesia sangat beragam, dimana masing-masing daerah punya kekhasan. Bagi saya pribadi itu sering memunculkan rasa penasaran. Sayang karena keterbatasan ruang dan juga waktu, keinginan untuk menikmati ragam kuliner daerah langsung dari tempat asal belum bisa terwujudkan.
Untungnya, saya tinggal di Jogja. Yang karena predikatnya sebagai kota pelajar menjadikannya seperti miniaturnya Indonesia. Sehingga aneka makanan dari berbagai wilayah di Indonesia dapat dijumpai dengan mudah. Jadi, meskipun saya belum pernah ke Padang atau Palembang, tetapi saya sudah merasakan enaknya rendang dan nagihnya pempek palembang.
***
Bisnis kuliner di Jogja memang sedang marak-maraknya. Terlebih Jogja masuk dalam 10 besar destinasi wisata di Indonesia. Sehingga persaingan di bisnis kuliner cukup ketat. Untuk dapat bertahan, selain menawarkan view yang berbeda, kualitas masakan pun harus dijaga.Â
Tentang UMA Dapur Indonesia
Adalah UMA Dapur Indonesia, salah satu tempat makan yang menurut saya patut untuk dicoba. Berlokasi di Jl Trimargo Kulon 11 Wolter Monginsidi Yogyakarta. Letaknya tidak terlalu jauh dari pusat kota. Hari Jumat lalu saya dan beberapa teman berkesempatan untuk mengunjunginya, bersantap malam di sana.
Menempati bangunan lama yang dibangun kisaran tahun 1938-an, UMA Dapur Indonesia menawarkan sesuatu  yang berbeda. Meskipun bangunan yang ada bernuansa kolonial, namun menu yang ditawarkan adalah menu tradisional Indonesia.Â
Kebetulan kami berkesempatan bertemu dengan Pak Tulus dan Bu Puspaningrum, Manajer Outlet dan Manajer Marketing  dari UMA. Kepada kami, keduanya banyak bercerita, tentang sejarah berdirinya UMA berikut menu-menu yang ada di sana. Nama UMA sendiri berasal dari bahasa sansekerta yang memiliki arti "Wah" atau mewah.Â
Jadi UMA Dapur Indonesia memiliki makna dapur masakan Indonesia yang "wah" atau istimewa. Sesuai dengan namanya, menu yang ditawarkan di UMA merupakan menu tradisional yang ada di nusantara. UMA sendiri baru dibuka tanggal 20 Mei 2017 lalu.
Meskipun bangunan yang ditempati UMA tidak terlaku besar,namun halaman belakangnya sangat luas. Sehingga untuk pengembangan, pengelola UMA memanfaatkan halaman belakang yang tadinya taman menjadi tempat makan, dengan diberi lampu-lampu dan tenda besar. Dan jadilah UMA ini memiliki tempat makan di dalam dan luar ruangan. Pelanggan bisa memilih tempat makan sesuai selera, mau yang lebih privacy di bagian dalam bangunan atau di halaman belakang yang lebih santai. Cocok digunakan untuk acara gathering, meeting, bahkan wedding.
Menu di UMA Dapur Indonesia
Saya sebenarnya sudah 3 kali ke UMA untuk menghadiri suatu acara. Namun didua kali kunjungan ke sana saya kurang bisa mengeksplor menunya, karena semua sudah disediakan oleh panitia. Berbeda dengan kunjungan saya yang sekarang, saya lebih bebas melihat dan memilih menu yang ada, karena waktu lebih longgar dan suasana lebih santai.
Menu di UMA sangat beragam, segala minuman dan makanan ada semua. Mulai dari kopi, teh poci, coklat, aneka es, maupun jus. Untuk makanan ada yang bisa dipesan terpisah ada pula yang disajikan secara paket (set) yang terdiri atas nasi dengan segala lauknya.Â
Bagi yang pertama datang ke UMA pasti bingung untuk memilihnya. Setelah membolak-balik buku menu, akhirnya kami membuat beberapa pilihan, dan inilah menu yang kami pesan :
Untuk minuman hangat kami mencoba teh poci dan wedang uwuh. Untuk minuman dingin pilihan kami jatuh kepada es dawet dan es campur. Sebagai snack pembuka kami memilih tape bakar coklat keju dan gedhang moncrot.Â
Untuk Makanan utama kami memilih nasi pecel semarang, sego abang lombok ijo, sego set tenong, dan nasi ayam sambal matah.
Waktu tunggu di resto ini tidak terlalu lama, sekitar 10 menit saja. Dan hidangan yang kami order mulai berdatangan.Â
Pertama yang datang minuman dan snack pembuka. Saya langsung tertarik kepada teh pocinya. Disajikan dalam teko dan cangkir tembikar, dilengkapi dengan bongkahan gula batu. Cukup untuk dinikmati 2 orang. Wedang uwuhnya juga disajikan apik, dalam cangkir ijo bermotif blirik. Teh poci ini merupakan teh tubruk, sehingga ada rasa pahit dan sepat. Enak dinikmati selagi hangat, dengan tambahan gula batu sesuai selera sehingga didapat rasa manis yang pas.Â
Selesai mencicipi manisnya teh poci, saya mencoba tape bakarnya. Disajikan dalam piring putih lebar dengan taburan keju di atasnya. Tampilannya tidak terlalu berminyak, rasanya manis dan gurih. Lumayan untuk mengganjal perut sambil menunggu hidangan utama datang.Â
Rasanya manis dan kriuk. Lelehan coklat langsung keluar ketika kita menggigitnya. Seperti lava coklat gitu deh..enak, manis dan legit.Â
Sambil makan, saya juga melihat-lihat suasana. Di UMA ini banyak spot-spot yang instragramable juga. Sayangnya saya dan teman-teman datangnya malam hari. Jadi tidak bisa banyak foto spot menarik yang bisa kami koleksi. Pandangan saya beralih ke teman-teman saya yang sedang menikmati menunya. Ada yang tengah asyik menghabiskan nasi ayam sambal matah yang sangat pas untuk penyuka masakan pedas. Dua teman saya yang lain asyik menikmati menu sego tenong dan sego abang lombok ijo. Dua menu ini sebenarnya menu unggulan dan paling laris di UMA Dapur Indonesia. Satu paket sego tenong berisi nasi putih, sayur asem bandung, ayam goreng kremes, gereh (ikan asin), tempe dan tahu goreng, serta sambal simbok. Semua disajikan dalam sebuah tempat yang bernama tenong.
Bisa juga dengan tengok-tengok dulu instagramnya di uma.dapurindonesia.  Mari mencintai menu tradisional Indonesia.
Salam...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H