Meskipun bangunan yang ditempati UMA tidak terlaku besar,namun halaman belakangnya sangat luas. Sehingga untuk pengembangan, pengelola UMA memanfaatkan halaman belakang yang tadinya taman menjadi tempat makan, dengan diberi lampu-lampu dan tenda besar. Dan jadilah UMA ini memiliki tempat makan di dalam dan luar ruangan. Pelanggan bisa memilih tempat makan sesuai selera, mau yang lebih privacy di bagian dalam bangunan atau di halaman belakang yang lebih santai. Cocok digunakan untuk acara gathering, meeting, bahkan wedding.
Menu di UMA Dapur Indonesia
Saya sebenarnya sudah 3 kali ke UMA untuk menghadiri suatu acara. Namun didua kali kunjungan ke sana saya kurang bisa mengeksplor menunya, karena semua sudah disediakan oleh panitia. Berbeda dengan kunjungan saya yang sekarang, saya lebih bebas melihat dan memilih menu yang ada, karena waktu lebih longgar dan suasana lebih santai.
Menu di UMA sangat beragam, segala minuman dan makanan ada semua. Mulai dari kopi, teh poci, coklat, aneka es, maupun jus. Untuk makanan ada yang bisa dipesan terpisah ada pula yang disajikan secara paket (set) yang terdiri atas nasi dengan segala lauknya.Â
Bagi yang pertama datang ke UMA pasti bingung untuk memilihnya. Setelah membolak-balik buku menu, akhirnya kami membuat beberapa pilihan, dan inilah menu yang kami pesan :
Untuk minuman hangat kami mencoba teh poci dan wedang uwuh. Untuk minuman dingin pilihan kami jatuh kepada es dawet dan es campur. Sebagai snack pembuka kami memilih tape bakar coklat keju dan gedhang moncrot.Â
Untuk Makanan utama kami memilih nasi pecel semarang, sego abang lombok ijo, sego set tenong, dan nasi ayam sambal matah.
Waktu tunggu di resto ini tidak terlalu lama, sekitar 10 menit saja. Dan hidangan yang kami order mulai berdatangan.Â
Pertama yang datang minuman dan snack pembuka. Saya langsung tertarik kepada teh pocinya. Disajikan dalam teko dan cangkir tembikar, dilengkapi dengan bongkahan gula batu. Cukup untuk dinikmati 2 orang. Wedang uwuhnya juga disajikan apik, dalam cangkir ijo bermotif blirik. Teh poci ini merupakan teh tubruk, sehingga ada rasa pahit dan sepat. Enak dinikmati selagi hangat, dengan tambahan gula batu sesuai selera sehingga didapat rasa manis yang pas.Â
Selesai mencicipi manisnya teh poci, saya mencoba tape bakarnya. Disajikan dalam piring putih lebar dengan taburan keju di atasnya. Tampilannya tidak terlalu berminyak, rasanya manis dan gurih. Lumayan untuk mengganjal perut sambil menunggu hidangan utama datang.Â